Azerbaijan Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Nagorno-Karbakh 

Gencatan senjata telah disepakati pada 20 September

Jakarta, IDN Times - Azerbaijan mengatakan pihaknya telah mengirimkan 20 ton kargo berisi bantuan kemanusiaan ke wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan. Ini dilakukan dua hari setelah Azerbaijan dan kelompok separatis etnis Armenia di kawasan itu mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Kementerian Darurat Azerbaijan mengatakan bantuan itu termasuk dua truk berisi makanan dan produk kebersihan serta dua mobil berisi roti. Kargo tersebut dikirim dari wilayah barat Agdam, yang berbatasan dengan Nagorno-Karabakh.

“Kargo akan dikirim melalui jalan Agdam-Khankedi yang sudah beroperasi hingga tujuannya dan akan didistribusikan kepada masyarakat,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan pada Jumat (22/9/2023).

Khankedi adalah sebutan Azerbaijan untuk kota utama Nagorno-Karabakh, yang dalam bahasa Armenia dikenal sebagai Stepanakert. “Di masa depan, pengiriman kargo makanan kemanusiaan serupa untuk warga Armenia di Karabakh akan dipastikan.”

Azerbaijan pada Selasa (19/9/2023) melancarkan operasi militer di Nagorno-Karabakh dalam upayanya untuk menyingkirkan kelompok separatis Armenia yang menguasai wilayah tersebut. 

Sehari kemudian, kedua pihak menyepakati gencatan senjata, namun pembicaraan tentang bagaimana wilayah tersebut akan diintegrasikan kembali ke Azerbaijan belum mencapai kesepakatan akhir.

Baca Juga: 5 Fakta Operasi Militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh

1. 120 ribu warga Nagorno-Karabakh kekurangan obat-obatan dan makanan

Hikmet Hajiyev, penasihat kebijakan luar negeri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, mengatakan kepada Reuters bahwa kargo tersebut dikirim atas permintaan warga Armenia di wilayah tersebut.

Dikutip Associated Press, sebanyak 120 ribu orang yang tinggal di Nagorno-Karabakh harus menghadapi kekurangan obat-obatan dan makanan sejak Azerbaijan menerapkan blokade di koridor Lachin, jalan utama yang menghubungkan wilayah tersebut dengan Armenia tahun lalu.

“Azerbaijan membuat kami kelaparan selama sembilan bulan, merampas kondisi dasar kehidupan kami, kemudian menyerang penduduk sipil, bagaimana kami bisa tetap di sini setelah semua kekejaman ini? Itu tidak mungkin,” kata seorang warga Stepanakert bernama Mary.

Pemimpin etnis Armenia di Nagorno-Karabakh pada Jumat mengatakan bahwa kesepakatan telah dicapai supaya konvoi kemanusiaan dapat memasuki Nagorno-Karabakh dari Armenia melalui koridor Lachin. 

Baca Juga: Paus Fransiskus Serukan Penyelesaian Konflik di Nagorno-Karabakh 

2. Azerbaijan tawarkan amnesti bagi kelompok separatis Armenia di Nagorno-Karabakh

Hajiyev mengatakan Azerbaijan sedang mempertimbangkan untuk menawarkan amnesti kepada pejuang etnis Armenia di Nagorno-Karabakh. “Bahkan terhadap mantan militer dan kombatan, jika mereka dapat diklasifikasikan sedemikian rupa, dan bahkan bagi mereka, kami mempertimbangkan amnesti atau menyinggung amnesti juga,” kata Presiden Azerbaijan itu.

Dia mengatakan meskipun kelompok tentara tertentu kemungkinan akan terus melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Azerbaijan, namun Baku tidak menganggap hal itu sebagai masalah yang serius.

“Tentu saja hal ini akan menimbulkan tantangan dan kesulitan tertentu tetapi tidak dalam skala yang besar,” ujarnya.

Hajiyev juga menambahkan bahwa Baku akan memberikan hak dan keamanan bagi penduduk Armenia di Nagorno-Karabakh sesuai dengan konstitusi Azerbaijan. 

Sementara itu, para pemimpin separatis Armenia pada Jumat menilai belum ada hasil nyata dalam pembicaraan mengenai jaminan keamanan atau amnesti bagi pejuang Nagorno-Karabakh.

3. Armenia siap tampung pengungsi

Pada Jumat, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan etnis Armenia di wilayah tersebut tidak perlu segera meninggalkan rumah mereka, namun pihaknya siap menerima 40 ribu pengungsi dari Nagorno-Karabakh jika diperlukan.

“Jika situasinya tidak membaik, maka masalah (pengungsi) akan menjadi agenda kami,” katanya seperti dikutip oleh kantor berita resmi Rusia RIA Novosti.

Meski demikian, banyak masyarakat di wilayah tersebut masih diliputi kekhawatiran. “Mayoritas penduduk ingin dievakuasi ke Armenia. Kami tidak bisa hidup dengan Azerbaijan,” kata Hayk Harutunyan, yang tinggal di Stepanakert.

“Selama 30 tahun terakhir ribuan orang Armenia terbunuh, saudara dan saudari kita. Tujuan Azerbaijan adalah memusnahkan bangsa Armenia; bagaimana kami bisa hidup bersama mereka yang ingin membunuh kami?” katanya kepada Associated Press melalui telepon.

Baca Juga: Gencatan Senjata, Azerbaijan Gelar Pembicaraan dengan Etnis Armenia

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya