Banyak yang Bunuh Diri, Guru di Korsel Akan Gelar Demo Nasional

Guru bunuh diri karena stres kebanyakan pekerjaan

Jakarta, IDN Times - Para guru di Korea Selatan akan mengadakan protes pada Senin (4/9/2023) untuk memperingati kematian guru-guru muda yang bunuh diri belakangan ini.

Melansir The Korea Herald, komunitas guru online mengatakan bahwa sekitar 70 ribu guru diperkirakan bakal berpartisipasi dalam acara “September. 4 Rally” untuk menuntut hak yang lebih baik bagi para pengajar di sekolah.

Sementara itu, pemerintah telah mengumumkan bahwa 30 sekolah di seluruh negeri, dengan jumlah terbanyak di Seoul yaitu sembilan sekolah, akan ditutup sementara. Sebab, para guru berencana mengambil hari libur untuk mengikuti protes.

1. Guru yang ambil cuti demi ikut demo terancam tindakan disipliner

Pemerintah mengatakan pada Minggu (3/9/2023), pihaknya akan mengadakan pertemuan dengan partai yang berkuasa mengenai unjuk rasa guru. Slogan yang diusung pengunjuk rasa adalah “Hari untuk Menghentikan Pendidikan Publik.”

Kementerian Pendidikan telah memperingatkan, para guru yang berpartisipasi dalam unjuk rasa dengan mengambil cuti sakit merupakan tindakan ilegal. Adapun kepala sekolah dapat menghadapi tindakan disipliner yang serius, termasuk pemecatan dan bahkan tuntutan pidana, jika mereka menyetujui cuti guru.

Namun para guru menentang peringatan tersebut dengan menyatakan bahwa mereka akan berpartisipasi dalam demo secara sukarela, dan berhak untuk menggunakan cuti mereka sendiri.

Baca Juga: Imbas Krisis Demografi, Korsel Akan Rekrut Ratusan ART Asing 

2. Guru tuntut revisi Undang-Undang Kesejahteraan Anak

Pada Juli, seorang guru sekolah dasar berusia 23 tahun bunuh diri di Seoul. Dua kasus serupa kembali terjadi pada akhir pekan ini, masing-masing di di Yangcheong-gu di Seoul barat dan di Gunsan, Provinsi Jeolla Utara. Kedua guru tersebut, yang berusia 30-an tahun, menderita stres karena banyaknya pekerjaan.

Menyusul kematian berturut-turut tersebut, lebih dari 200 ribu guru pada Sabtu (2/9/2023) berunjuk rasa di depan Majelis Nasional di pusat kota Seoul untuk memperingati kematian rekan-rekan mereka dan menyerukan perlindungan yang lebih baik terhadap para guru, dilansir The Korea Times.

Mereka juga menuntut revisi Undang-Undang Kesejahteraan Anak di Korea Selatan, yang dianggap memungkinkan orang tua untuk menuduh guru secara tidak adil melakukan penganiyaan terhadap anak.

Guru juga mengecam sistem perlindungan yang berpusat pada anak sebagai penyebab terhambatnya tanggung jawab guru dalam mengelola kelas dan mendisiplinkan siswa atas kesalahan mereka.

“Meskipun kami berupaya menuntut hak-hak guru yang lebih baik, kami, sekali lagi, kehilangan dua guru lagi. Apa yang dilakukan Kementerian Pendidikan, masing-masing dinas pendidikan dan Majelis Nasional?” kata seorang guru yang tidak disebutkan namanya di hadapan para pengunjuk rasa.

3. Kementerian Pendidikan buat kebijakan baru yang melindungi guru

Usai kematian para guru baru-baru ini, Kementerian Pendidikan pada akhir bulan meluncurkan serangkaian kebijakan yang bertujuan meningkatkan otoritas para guru di kelas, termasuk memungkinkan mereka untuk mengeluarkan siswa yang berperilaku mengganggu dalam proses belajar.

Kementerian juga mengatakan, mereka telah memutuskan untuk bekerja sama dengan Kementerian Kehakiman untuk membentuk tim satuan tugas. Tim itu bertugas melindungi guru dari klaim penganiayaan anak oleh orang tua dan memastikan hak mengajar mereka.

Baca Juga: Presiden Korsel Pamer Makan Seafood, Tepis Bahaya Limbah Jepang

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya