Haiti Diguyur Hujan Lebat, 13 Orang Tewas dan Ribuan Rumah Rusak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 13 orang tewas dan ribuan rumah rusak akibat hujan lebat yang melanda Haiti selama dua hari terakhir. Sebagian besar kematian dilaporkan terjadi akibat tanah longsor.
“Jika Anda tinggal di tepi sungai, jurang atau lereng gunung, pindahlah,” kata badan perlindungan sipil Haiti, dikutip Reuters.
Badan cuaca mengatakan bahwa bahwa hujan sedang hingga lebat diperkirakan akan terus berlanjut, terutama di wilayah utara dan selatan, sepanjang akhir pekan. Pihaknya juga memperingatkan kemungkinan terjadinya banjir bandang.
Baca Juga: Banjir kian Ganas, Presiden Kenya Tunda Pembukaan Sekolah
1. Banyak hewan ternak tersapu banjir
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Kamis sore oleh Badan bencana Haiti, 12 orang dilaporkan tewas dan beberapa rumah rusak akibat tanah longsor di kota utara Cap-Haitien.
Lebih dari dua ribu rumah juga terendam banjir, dan banyak hewan ternak yang hilang akibat tersapu luapan sungai Haut-Cap. Adapun wilayah utara ini merupakan lumbung pertanian Haiti.
Hujan lebat juga dilaporkan terjadi di negara tetangga Puerto Rico. Pada Jumat (3/5/2024), para pejabat mengatakan, belasan penerbangan yang dijadwalkan mendarat di ibu kota San Juan terpaksa dialihkan ke Republik Dominika dan tempat lainnya.
Banjir juga dilaporkan terjadi di wilayah Amerika Serikat (AS).
2. Geng-geng kriminal lancarkan serangan baru di ibu kota
Editor’s picks
Krisis ini terjadi di tengah kekacauan politik yang masih berlangsung di Haiti. Geng-geng kriminal melancarkan serangan barunya pada Rabu (1/5/2024) malam, sehari setelah perdana menteri baru Haiti diumumkan. Mereka mengepung beberapa lingkungan di Port-au-Prince, membakar rumah-rumah dan terlibat baku tembak dengan polisi selama berjam-jam.
“Geng-geng itu mulai membakar segala sesuatu yang terlihat. Saya bersembunyi di sudut sepanjang malam," kata seorang pria bernama Néne, yang menolak menyebutkan nama belakangnya, dikutip Associated Press.
Serangan terjadi di wilayah yang dikuasai Jimmy Chérizier atau "Barbecue", mantan perwira polisi elit yang kini menjadi pemimpin geng. Dia dan para pemimpin geng lainnya disalahkan atas serangan terkoordinasi yang dimulai pada 29 Februari di Port-au-Prince. Saat itu, orang-orang bersenjata membakar kantor polisi, melepaskan tembakan ke bandara internasional utama dan menyerbu dua penjara terbesar di Haiti hingga membebaskan lebih dari empat ribu narapidana.
Serangan tersebut akhirnya memaksa Perdana Menteri Ariel Henry untuk mengundurkan diri dan berujung pada pembentukan dewan presiden transisi.
Baca Juga: PBB: Situasi Haiti Makin Memburuk, Anak-anak Kekurangan Gizi
3. Lebih dari 2.500 orang terbunuh atau terluka selama Januari-Maret 2024
Kekerasan di Haiti telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Menurut data PBB, lebih dari 2.500 orang terbunuh atau terluka selama Januari hingga Maret 2024. Jumlah ini meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lebih dari 90 ribu lainnya juga dilaporkan telah meninggalkan Port-au-Prince hanya dalam waktu satu bulan. Ini terjadi setelah geng-geng yang menguasai sekitar 80 persen ibu kota semakin menargetkan lingkungan yang sebelumnya damai.
"Ini terlalu banyak. Kami tidak bisa melawan lagi. Mereka mengambil semua milik kita," kata seorang warga bernama Ernest Aubrey.
Baca Juga: Korsel Keluarkan Travel Ban untuk Warganya ke Haiti Per 1 Mei 2024
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.