Hamas Tolak Serahkan Kekuasaan di Gaza dengan Imbalan Genjatan Senjata

Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Jihad Islam

Jakarta, IDN Times - Hamas dan Jihad Islam menolak usulan Mesir agar mereka melepaskan kekuasaan di Jalur Gaza dengan imbalan gencatan senjata permanen. Penolakan terjadi setelah dua kelompok itu mengadakan pembicaraan terpisah dengan mediator Mesir di Kairo. 

Dilansir Reuters, dua sumber keamanan Mesir pada Senin (25/12/2023) mengatakan, Hamas dan Jihad Islam menolak menawarkan konsesi apa pun, selain kemungkinan pembebasan lebih banyak sandera.

Saat ini, lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan di Gaza.

1. Hamas siap membahas pertukaran tahanan jika agresi dihentikan dan bantuan disalurkan

Seorang pejabat Hamas yang mengunjungi Kairo baru-baru ini mengulangi sikap resminya terkait penolakan tawaran tersebut.

“Hamas berupaya mengakhiri agresi Israel terhadap rakyat kami, pembantaian dan genosida, dan kami berdiskusi dengan saudara-saudara kami di Mesir tentang cara untuk melakukan hal tersebut,” kata pejabat itu kepada Reuters.

“Kami juga mengatakan bahwa bantuan untuk rakyat kami harus terus berjalan dan harus ditingkatkan serta harus menjangkau seluruh penduduk di utara dan selatan. Setelah agresi dihentikan dan bantuan ditingkatkan, kami siap membahas pertukaran tahanan,” tambahnya.

Baca Juga: 50 Ribu Perempuan di Gaza Terpaksa Melahirkan di Tengah Perang

2. Jihad Islam ingin semua tahanan Palestina dibebaskan

Komitmen serupa juga diutarakan oleh Jihad Islam, sekutu Hamas yang juga menyandera tahanan di Gaza.

Delegasi Jihad Islam, Ziad al-Nakhala, saat ini berada di Kairo untuk berdiskusi dengan para pejabat Mesir mengenai tawaran pertukaran tahanan dan masalah lainnya. Namun, seorang pejabat mengatakan kelompok tersebut telah mengakhiri serangan militer Israel sebagai prasyarat untuk negosiasi lebih lanjut.

Pejabat itu mengungkapkan, Jihad Islam ingin setiap pertukaran tahanan didasarkan pada prinsip "semua untuk semua". Artinya, semua sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza akan dibebaskan apabila semua warga Palestina yang dipenjara di Israel juga dibebaskan.

Menurut Asosiasi Tahanan Palestina, terdapat 5.250 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel sebelum perang. Kini, jumlah tersebut meningkat menjadi sekitar 10 ribu setelah Israel melakukan penangkapan terhadap ribuan warga Palestina lainnya di Tepi Barat dan Gaza sejak 7 Oktober.

3. Serangan udara Israel tewaskan lebih dari 100 orang

Sementara itu, lebih dari 100 orang tewas dalam serangan udara Israel dipusat Jalur Gaza pada Minggu (24/12/2023) malam. Tingginya jumlah korban jiwa dalam serangan kali ini menjadikannya sebagai salah satu serangan Israel yang paling mematikan selama 11 minggu pertempuran.

Sedikitnya 70 orang tewas dalam pemboman yang menghantam blok perumahan di kamp pengungsi Maghazi di dekat Deir al-Balah.

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Ashraf Al-Qidra, mengatakan banyak dari mereka yang tewas di Maghazi adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, delapan orang lainnya tewas ketika pesawat dan tank Israel melancarkan puluhan serangan udara terhadap rumah-rumah dan jalan-jalan di dekat al-Bureij dan al-Nusseirat.

Petugas medis melaporkan serangan udara Israel di Khan Younis di Gaza selatan juga membunuh 23 warga sipil.

Baca Juga: Perempuan Gaza Terpaksa Pakai Kain dan Popok Bayi untuk Pembalut

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya