Kelompok Houthi di Yaman Bebaskan 113 Tahanan Perang

Tahanan yang dibebaskan termasuk orang sakit dan lansia

Jakarta, IDN Times - Kelompok Houthi di Yaman membebaskan sedikitnya 113 tahanan perang di ibu kota, Sanaa, pada Minggu (26/5/2024).

“Sebagian besar dari mereka dibebaskan karena kasus kemanusiaan, termasuk orang sakit, orang terluka, dan orang lanjut usia,” ujar Abdul Qader Al-Murtada, kepala komite urusan tahanan yang dikelola Houthi, dikutip Reuters.

Ia mengatakan bahwa para tahanan tersebut adalah tentara pemerintah yang ditangkap di medan perang.

1. Yaman sebut para tahanan adalah warga sipil yang diculik Houthi

Sementara itu, pemerintah Yaman yang diakui secara internasional mengatakan bahwa para tahanan tersebut bukanlah tentara, melainkan warga sipil yang diculik oleh kelompok Houthi dari rumah, masjid, dan tempat kerja mereka.

“Membebaskan para korban ini dengan nama apa pun tidak membebaskan (Houthi) dari kejahatan ini,” tulis Majed Fadail selaku Wakil Menteri Hak Asasi Manusia di pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional, dalam unggahannya di media sosial X.

Baca Juga: PBB: Rakyat Sudan Hadapi Kekerasan Brutal dan Kelaparan

2. ICRC harap ada pembebasan lebih lanjut

Pembebasan sepihak 113 tahanan tersebut juga telah dikonfirmasi oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada Minggu. ICRC, dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa pihaknya turut membantu para tahanan untuk memastikan pembebasan mereka dilakukan secara manusiawi dan bermartabat.

Komite ini memandang pembebasan tersebut sebagai langkah positif untuk menghidupkan kembali perundingan pertukaran tahanan. Ribuan orang diyakini masih ditahan sebagai tawanan perang sejak konflik meletus pada 2014.

“Kami berharap hal ini membuka jalan bagi pembebasan lebih lanjut, memberikan kenyamanan bagi keluarga yang menantikan reunifikasi dengan orang yang mereka cintai,” kata Daphnee Maret, ketua delegasi ICRC di Yaman, dikutip Associated Press.

ICRC menambahkan bahwa salah satu tahanan yang dibebaskan akibat masalah kesehatan dibawa dengan ambulans ke kampung halamannya di Yaman.

“Saya merasa sangat nyaman, seolah-olah saya dilahirkan kembali hari ini. Karena kami putus asa dan berpikir kami tidak akan pernah bisa keluar,” kata Murshed Al Jamaai, salah seorang tahanan yang dibebaskan pada Minggu.

3. Lebih dari 150 ribu orang tewas akibat konflik di Yaman

Konflik Yaman dimulai pada akhir 2014, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran menggulingkan pemerintah dari kota Sanaa, dan merebut sebagian besar wilayah utara negara itu. Krisis semakin meningkat ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi melakukan intervensi pada 2015, yang bertujuan memulihkan pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, konflik tersebut telah berubah menjadi perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Lebih dari 150 ribu orang, termasuk tentara dan warga sipil, tewas dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Pada Desember lalu, pihak-pihak yang bertikai di Yaman telah sepakat untuk terlibat dalam proses perdamaian yang dipimpin PBB, namun langkah tersebut terhenti ketika Houthi melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dalam perang Gaza.

Baca Juga: Walau Serbia Marah, PBB Resmikan Hari Peringatan Genosida Srebrenica

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya