Krisis Air Bersih dan Cuaca Panas Picu Penyebaran Penyakit di Gaza

Lebih dari 345 ribu kasus diare tercatat oleh WHO

Jakarta,  IDN Times - Koordinator kemanusiaan PBB di Gaza mengatakan, penyakit yang ditularkan melalui air menyebar di Gaza akibat peningkatan suhu dan kurangnya air bersih.

“Di sana menjadi sangat panas. Masyarakat mendapatkan air jauh lebih sedikit dari yang mereka butuhkan, dan akibatnya, banyak penyakit yang ditularkan melalui air karena kurangnya air bersih dan aman serta terganggunya sistem sanitasi," kata Jamie McGoldrick melalui tautan video dari Yerusalem, dikutip Reuters.

“Kita harus menemukan cara dalam beberapa bulan ke depan bagaimana kita bisa mendapatkan pasokan air yang lebih baik ke daerah-daerah yang saat ini ramai dikunjungi orang," tambah dia pada Jumat (12/4/2024). 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk berkaitan dengan penyakit seperti kolera, diare, disentri dan hepatitis A.

1. WHO mencatat lebih dari 345 ribu kasus diare sejak pertengahan Oktober

Sejak pertengahan Oktober, WHO telah mencatat lebih dari 345 ribu kasus diare, dengan lebih dari 105 ribu di antaranya terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Israel sendiri telah berkomitmen untuk memfasilitasi organisasi kemanusiaan meningkatkan bantuan di Gaza, dan menyetujui dimulainya kembali pengoperasian pipa air di Gaza utara.

Satu-satunya sumber air alami di Jalur Gaza adalah Cekungan Akuifer Pesisir, yang membentang di sepanjang pantai Mediterania timur dari Semenanjung Sinai utara di Mesir, mengalir melalui Gaza dan masuk ke Israel.

Namun, kualitasnya telah menurun dengan cepat sepanjang tahun, lantaran air yang dipompa keluar lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh air hujan.

Baca Juga: Sekjen PBB Prihatin Konflik Halangi Warga Gaza Rayakan Idul Fitri

2. Hanya sedikit peningkatan bantuan yang masuk ke Gaza

Di bawah tekanan besar dari Amerika Serikat (AS), Israel telah berjanji untuk meningkatkan bantuan ke Gaza secara dramatis. Pihaknya mengatakan bahwa sejak Minggu (7/4/2024), mereka telah mengangkut rata-rata 400 truk setiap hari ke Gaza, dan bantuan tersebut kini menumpuk di penyeberangan Kerem Shalom di sisi Palestina.

Namun Juliette Touma, direktur komunikasi badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan bahwa meskipun pekerja bantuan telah melihat sedikit peningkatan dalam jumlah bantuan yang masuk ke Gaza, namun hal tersebut tidak sebanding dengan peningkatan yang diklaim Israel.

Pada Senin (8/4/2024), UNRWA melaporkan ada 223 truk bantuan yang lewat. Pada Selasa (9/4/2024), jumlahnya mencapai 246, lalu turun menjadi 141 pada Rabu (10/4/2024). Sementara itu, hanya sedikit bantuan yang mencapai Gaza utara.

3. Minimnya bantuan telah memperburuk kondisi malnutrisi di Gaza

Sebelum meletusnya perang Israel-Hamas pada Oktober, sekitar 500 truk yang membawa makanan, bahan bakar dan pasokan lainnya memasuki Gaza setiap harinya. Namun, jumlah itu pun belum mencukupi kebutuhan di wilayah padat penduduk yang perekonomiannya terpuruk akibat blokade selama 17 tahun oleh Israel dan Mesir.

Blokade tersebut, yang bertujuan untuk mencegah Hamas mempersenjatai diri, telah membatasi aliran barang masuk dan keluar Gaza, dan berkontribusi terhadap meluasnya kemiskinan dan pengangguran.

Scott Anderson, penjabat direktur UNRWA di Gaza, mengatakan bahwa minimnya bantuan yang masuk sejak perang dimulai telah memperburuk kekurangan nutrisi yang sudah ada di wilayah tersebut.

“Anda harus ingat, sebelum perang, lingkungan ini bukanlah lingkungan yang kaya nutrisi. Ketahanannya tidak ada,” kata Anderson, dikutip Associated Press.

Baca Juga: Inggris Tetap Kirim Senjata ke Israel Walau Warganya Tewas di Gaza

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya