Libya Diminta Setop Penguburan Massal Korban Banjir

Lebih dari seribu mayat telah dikubur secara massal

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok bantuan lainnya meminta pihak berwenang di Libya untuk tidak menguburkan korban banjir di kuburan massal. Laporan PBB menyebutkan lebih dari seribu jenazah telah dikuburkan secara massal sejak banjir melanda bagian timur negara tersebut awal pekan ini.

“Kami mendesak pihak berwenang di masyarakat yang terkena dampak tragedi tersebut untuk tidak terburu-buru melakukan penguburan massal atau kremasi massal,” kata Kazunobu Kojima, petugas medis untuk keamanan hayati dan biosekuriti di Program Darurat Kesehatan WHO, dalam pernyataan bersama dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Pernyataan itu mengimbau agar pemakaman jenazah tetap dilakukan dengan layak dan terdokumentasi. Adapun pemakaman yang yang tergesa-gesa dapat menyebabkan tekanan mental jangka panjang bagi anggota keluarga serta masalah sosial dan hukum, dilansir Reuters.

Baca Juga: Banjir Bandang Libya, KBRI Tripoli Siaga Buka Hotline

1. Mayat korban bencana alam hampir tidak pernah menimbulkan bahaya kesehatan

Badan bantuan tersebut menjelaskan bahwa jenazah orang yang meninggal akibat bencana alam atau konflik bersenjata hampir tidak pernah menimbulkan bahaya kesehatan bagi masyarakat. Pasalnya, mayat-mayat tersebut umumnya tidak mengandung organisme penyebab penyakit.

Hal ini berbeda apabila kematian terjadi akibat penyakit menular seperti Ebola dan kolera, atau ketika bencana terjadi di daerah endemik penyakit menular tersebut.

“Keyakinan bahwa mayat akan menyebabkan epidemi tidak didukung oleh bukti. Kami melihat banyak kasus di mana laporan media dan bahkan beberapa profesional medis salah mengartikan masalah ini,” kata Pierre Guyomarch, kepala unit forensik ICRC.

“Mereka yang selamat dari peristiwa seperti bencana alam lebih mungkin menyebarkan penyakit dibandingkan mayat.”

Baca Juga: Tidak Ada WNI Jadi Korban di Banjir Libya 

2. Badan bantuan kirimkan kantong jenazah

Menurut laporan PBB yang diterbitkan pada Kamis (14/9/2023), lebih dari seribu jenazah di Derna dan 100 lebih jenazah lainnya di Albayda telah dikebumikan di kuburan massal setelah banjir 11 September lalu.

“Mayat-mayat berserakan di jalanan, terdampar di pantai dan terkubur di bawah reruntuhan bangunan dan puing-puing. Hanya dalam dua jam, salah satu rekan saya menghitung ada lebih dari 200 mayat di pantai dekat Derna,” Bilal Sablouh, Manajer Forensik Regional Afrika untuk Afrika untuk ICRC, mengatakan pada pengarahan di Jenewa.

Ia menambahkan, ICRC telah mengirimkan lima ribu kantong jenazah ke Benghazi pada Jumat.

3. Banjir disebabkan jebolnya bendungan

Bencana itu bermula pada Senin pukul 3 pagi, ketika dua bendungan jebol akibat badai Daniel. Gelombang besar air pun mengalir turun melalui pegunungan menuju kota pesisir Libya, menewaskan ribuan orang dan menyapu semua yang dilewatinya ke laut.

Doctors Without Borders dalam sebuah pernyataan pada Kamis mengatakan sedikitnya lima ribu orang telah tewas akibat banjir tersebut, dikutip CNN.

Kota Derna di Libya timur, yang menjadi pusat bencana, dihuni sekitar 100 ribu jiwa sebelum tragedi itu terjadi. Pihak berwenang mengatakan kini sedikitnya 10 ribu orang masih hilang.

Menurut para ahli, selain dipicu oleh badai dashyat, bencana yang terjadi di Libya juga diperparah oleh berbagai faktor lainnya, termasuk infrastruktur yang sudah tua dan rusak, peringatan yang tidak memadai, dan dampak krisis iklim yang semakin cepat.

Baca Juga: Ngeri! Banjir Bandang di Libya Tewaskan 6 Ribu Orang, 10 Ribu Hilang

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya