Pencari Suaka di Italia Harus Bayar Rp80 Juta kalau Tak Mau Ditahan

Pemerintah Italia berusaha mengatasi krisis migran

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Italia mengatakan bahwa pencari suaka di negara tersebut harus membayar jaminan sebesar 4.938 euro (sekitar Rp80 juta) untuk menghindari penahanan saat menunggu permohonan suaka mereka diproses.

Langkah yang diumumkan pada Jumat (22/9/2023) ini, diambil akibat krisis migrasi yang sedang dihadapi Italia. Pekan lalu, hampir 10 ribu orang tiba di pulau Lampedusa di bagian selatan negara itu.

Menghadapi lonjakan pendatang baru, koalisi Perdana Menteri Giorgia Meloni mengumumkan mereka akan menambah jumlah pusat penahanan di seluruh negeri untuk para migran sebelum kemungkinan mereka dipulangkan. Selain itu, jangka waktu penahanan seseorang juga ditambah dari tiga bulan menjadi 18 bulan.

Baca Juga: Pencari Suaka Eritrea Bentrok dengan Polisi Israel, 140 Orang Terluka

1. Dikecam kelompok HAM

Namun, keputusan pemerintah Italia itu menuai kecaman dari kelompok hak asasi manusia.

"Ini konyol. Siapa yang punya 5 ribu euro?" kata Anna Brambilla, seorang pengacara dan anggota Asosiasi Studi Yuridis tentang Imigrasi (ASGI) yang berfokus pada hak-hak migran, dikutip Reuters.

“Mereka ingin menjadikan penahanan migran sebagai sebuah norma, namun sulit melihat bagaimana mereka dapat melakukan hal tersebut.

Paus Fransiskus, dalam kunjungannya ke Prancis dalam kegiatan yang berpusat pada krisis migrasi di Eropa, pada Jumat mengatakan bahwa para migran saat ini menghadapi kekurangan rasa kemanusiaan yang sangat buruk.

“Ini adalah kekejaman, kurangnya rasa kemanusiaan,” katanya, mengacu pada situasi migran di Mediterania secara umum.

Baca Juga: Italia Darurat Migran, 3 Hari Kedatangan Ribuan Orang

2. Saat ini ada 10 pusat repatriasi di Italia

Saat ini, terdapat 10 pusat repatriasi di Italia yang hanya memiliki kapasitas untuk 619 orang. Meloni mengatakan ia ingin menambah jumlah tersebut setidaknya dua kali lipat dan menempatkan satu pusat repatriasi di masing-masing 20 wilayah di Italia.

Namun, banyak pemimpin daerah dan walikota mengatakan mereka tidak ingin menjadi tuan rumah untuk pusat-pusat baru tersebut dan mempertanyakan efisiensi penahanan massal.

“Kita berbicara tentang mengosongkan laut dengan ember,” kata Luca Zaia, kepala wilayah Veneto utara dan anggota senior partai koalisi Liga, yang dikenal anti-migran.

3. Sebanyak 132.867 migran tiba di Italia tahun ini

Menurut data terbaru Kementerian Dalam Negeri, sebanyak 132.867 migran tiba di Italia dengan menggunakan perahu sepanjang tahun ini. Jumlah itu naik hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada 2022, yaitu sebanyak 69.498 orang.

Pejabat mengatakan sebagian besar pendatang yang tiba ke Italia difaktori oleh alasan ekonomi sehingga mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan suaka.

Roma juga tidak dapat mendeportasi para migran tersebut lantaran pihaknya hanya memiliki perjanjian repatriasi dengan beberapa negara saja. Menyoroti masalah ini, Roma hanya mendeportasi 3.916 orang pada 2022.

Menurut data resmi, pada 2022, Italia meninjau 52.625 permintaan suaka dan menolak 53,5 persen di antaranya. Pemerintah tahun ini juga memperketat peraturannya dengan menghapuskan izin tinggal “perlindungan khusus” yang ditawarkan kepada migran yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan suaka, namun menghadapi risiko kemanusiaan di kampung halamannya.

Baca Juga: Menteri Italia Takut Warga Pribumi Tergantikan oleh Migran 

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya