PM Hungaria: Trump Akan Setop Danai Ukraina jika Jadi Presiden AS

Orban sebut Trump bisa mengakhiri perang Ukraina-Rusia

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengatakan bahwa Donald Trump tidak akan mendanai perjuangan Ukraina melawan invasi Rusia jika ia kembali terpilih sebagai presiden Amerika Serikat (AS). 

“Dia tidak akan memberikan satu sen pun pada perang Ukraina-Rusia dan oleh karena itu perang akan berakhir. Jelas sekali bahwa Ukraina tidak dapat berdiri sendiri," kata Orban pada Minggu (10/3/2024) malam. Ia telah secara terbuka mendukung sekutu lamanya itu untuk kembali ke Gedung Putih dalam pemilihan presiden AS 2024.

“Jika Amerika tidak memberikan uang dan senjata, dan juga Eropa, maka perang ini akan berakhir. Dan jika Amerika tidak memberikan uang, maka Eropa tidak mampu membiayai perang ini sendiri, dan perang akan berakhir."

Dia menambahkan bahwa Trump memiliki rencana yang cukup rinci tentang cara mengakhiri perang Rusia-Ukraina, namun tidak menjelaskannya lebih lanjut.

Baca Juga: Survei: Donald Trump Ungguli Joe Biden untuk Pemilu 2024

1. Orban sebut Trump dapat mewujudkan perdamaian

Orban sempat menemui Trump di kediamannya di Florida pada Jumat (8/3/2024). Dalam pertemuan itu, ia menyebutnya sebagai sosok yang menjunjung tinggi perdamaian.

“Presiden Trump adalah presiden perdamaian, dia mendapat rasa hormat di dunia, dan dengan demikian dia menciptakan kondisi untuk perdamaian. Selama masa kepresidenannya, terjadi perdamaian di Timur Tengah dan perdamaian di Ukraina. Dan tidak akan ada perang saat ini jika dia masih menjadi presiden Amerika Serikat," kata Orban dalam sebuah pernyataan.

Kandidat presiden utama dari Partai Republik itu lantas memuji tamunya dengan menyebutnya sebagai pemimpin yang cerdas.

“Tidak ada orang yang lebih baik, lebih cerdas, atau pemimpin yang lebih baik daripada Viktor Orban," ujar Trump.

Selama kunjungannya ke AS, Orban tidak bertemu dengan Presiden AS saat ini Joe Biden, yang akan menjadi saingan utama Trump dalam pemilihan presiden pada November.

Perdana Menteri Hungaria itu telah berulang kali menuai kritik keras dari sesama pemimpin Uni Eropa (UE) karena menjalin hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, sejak Kremlin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Tidak seperti banyak negara Barat lainnya, Orban juga menolak mengirim senjata ke negara tetangganya, Ukraina. Ia juga berulang kali menyatakan bahwa Kiev tidak mampu menang melawan Rusia yang memiliki senjata nuklir.

2. Trump disebut akan menjadi diktator apabila berhasil merebut kursi kepresidenan

Pertemuan antara Orban dan Trump itu lantas dicemooh oleh Biden.

“Anda tahu dengan siapa (Trump) bertemu hari ini, di Mar-a-Lago? Orban dari Hungaria, yang dengan tegas menyatakan bahwa menurutnya demokrasi tidak akan berhasil dan ia menginginkan kediktatoran," kata Biden kepada para pendukungnya di Philadelphia pada Sabtu (9/3/2024), dikutip The Guardian.

Trump sendiri pernah mengatakan bahwa dia akan menjadi diktator pada hari pertama menjabat jika dia berhasil mengalahkan Biden.

Dalam wawancara dengan CNN pada Senin (11/3/2024), John Bolton, penasihat keamanan nasional ketiga Trump, mengatakan bahwa mantan presiden AS itu memang ingin menjadi pemimpin otoriter.

“Dia memandang dirinya sebagai orang besar. Dia suka berurusan dengan orang-orang besar lainnya, dan orang-orang besar… memenjarakan orang dan Anda tidak perlu meminta izin siapa pun. Dia menyukai itu," kata Bolton.

Baca Juga: Mau Rangkul Swedia Masuk NATO, Hungaria Beli 4 Jet Tempurnya

3. Rusia peroleh kemajuan di Ukraina timur

Para pemimpin UE semakin khawatir bahwa kepemimpinan Trump yang kedua akan mengakibatkan berkurangnya bantuan militer dan keuangan AS secara signifikan ke Ukraina dan aliansi militer NATO.

RUU bantuan luar negeri senilai 95 miliar dolar AS (sekitar Rp1,4 kuadriliun), termasuk bantuan militer ke Ukraina senilai 60 miliar dolar AS (sekitarr Rp929 triliun), telah tertahan di Kongres AS karena mendapat tentangan dari Partai Republik.

Partai Republik mengatakan bahwa mereka tidak akan meloloskan RUU tersebut tanpa terlebih dahulu menyetujui pendanaan tambahan untuk keamanan perbatasan AS.

Sementara itu, pasukan Rusia baru-baru ini memperoleh kemajuan di Ukraina timur lantaran Kiev mengalami krisis amunisi. Adapun Ukraina sangat bergantung pada senjata dari AS dan sekutu Barat lainnya untuk terus memerangi Rusia.

Baca Juga: Pemilihan Presiden AS, Sudah Pasti antara Biden Lawan Trump

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya