WHO: 1 dari 5 Rakyat Ukraina Berisiko Alami Masalah Mental

Konflik belum mereda jelang setahun perang Rusia-Ukraina 

Jakarta, IDN Times - Perang di Ukraina tak hanya menyebabkan kerusakan fisik yang parah, namun juga berdampak pada kesehatan mental masyarakat.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), satu dari lima orang yang mengalami perang atau konflik lainnya dalam 10 tahun terakhir rentan mengalami depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan bipolar, atau skizofrenia. Artinya, ada sekitar 9,6 juta orang di Ukraina yang berisiko mengalami masalah kesehatan mental.

Pemerintah Ukraina juga mengatakan, lebih dari 60 persen tentara nasional menderita PTSD dan sekitar setengah dari populasi membutuhkan bantuan psikologis akibat perang, dilansir Euro News. 

Perang di Ukraina telah dimulai sejak 2014 ketika Rusia mencaplok wilayah Krimea di bagian timur Ukraina. Konflik kemudian meningkat ketika presiden Rusia memutuskan untuk memulai invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

1. Layanan kesehatan mental hanya mampu tangani 1/3 pasien

WHO: 1 dari 5 Rakyat Ukraina Berisiko Alami Masalah Mentalilustrasi berkonsultasi dengan psikolog (pexels.com/SHVETS production)

Konflik yang berkecamuk telah menambah tekanan pada sistem kesehatan mental Ukraina yang mengalami krisis. Akibatnya, pelayanan kesehatan mental kini hanya dapat menangani sepertiga dari mereka yang membutuhkan.

Di departemen psikiatri yang dibuka di Rumah Sakit Darurat Komunal Klinis Kota di Lyiv, ada lebih dari seribu orang yang yang telah dirawat akibat trauma terkait konflik sejak April lalu.

"Jika Anda bertanya kepada saya enam bulan lalu, saya tidak dapat memberi tahu Anda apa pun karena kami masih belajar. Dan kami tidak melakukannya sendiri, tetapi kami menjangkau rumah sakit militer NATO," kata psikiater Oleg Berezyuk, dilansir Euro News.

Menurutnya, hambatan utama ialah mendorong mereka untuk meminta bantuan dan bercerita. Baru setelah itu, perawatan trauma dapat dimulai, baik untuk warga sipil maupun tentara. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa masalah kesehatan mental tidak menghalangi mereka untuk terus hidup.

Menurut WHO, setidaknya ada 500 serangan terhadap perawatan kesehatan selama invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022. Serangan tersebut telah mengakibatkan banyak masyarakat kesulitan mengakses layanan kesehatan.

Baca Juga: Joe Biden Kunjungi Ukraina, Umumkan Paket Bantuan Baru

2. Krisis mental pada generasi muda Ukraina

WHO: 1 dari 5 Rakyat Ukraina Berisiko Alami Masalah Mentalilustrasi depresi (pexels.com/Pixabay)

Generasi muda Ukraina merupakan salah satu kelompok yang paling rentan akibat konflik yang berkepanjangan. Selama perang, mereka telah mengalami penderitaan akibat pelecehan, kekerasan dan kehilangan teman maupun anggota keluarga terdekat mereka. Hal ini berpotensi menyebabkan trauma psikologis yang parah, seperti PTSD, depresi dan gangguan kecemasan.

Menurut survei WHO, penyembuhan post-traumatic stress disorder (PTSD) selama perang berjalan lambat. Ini berarti masalah kesehatan mental di kalangan pemuda Ukraina bisa berlangsung lama. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu dan upaya yang serius untuk mengatasinya.

Untuk menangani masalah tersebut, United Nations Children's Fund (UNICEF) bersama Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Ukraina, Institut Terapi Perilaku Kognitif Ukraina, dan Pusat Publik ALL-Ukrainian telah meluncurkan proyek yang disebut PROUCH, yaitu kelompok pendukung kesehatan mental yang menargetkan pemuda dan orang tua yang terdampak perang di Ukraina.

Proyek ini menawarkan sesi konsultasi gratis dan Zoom di bawah pengawasan psikolog dan spesialis profesional tentang bagaimana menghadapi tantangan psikologis selama perang dan konflik.

3. WHO bantu perkuat layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial

WHO: 1 dari 5 Rakyat Ukraina Berisiko Alami Masalah Mentalilustrasi PTSD (pexels.com/RODNAE Productions)

Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Henri P. Kluge, juga menyatakan komitmen WHO untuk terus mendukung penguatan layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial (MHPSS) bagi jutaan rakyat Ukraina yang terdampak perang.

WHO sebelumnya telah mengirimkan tenaga teknis ke Ukraina untuk membangun kapasitas di MHPSS, demi memastikan sistem kesehatan mental di negara tersebut memenuhi standar global terbaik.

“Mengintegrasikan kesehatan mental dan dukungan psikososial ke dalam sistem perawatan primer Ukraina akan membantu menjangkau komunitas di mana pun, sekaligus membangun kesadaran publik bahwa mencari bantuan atau saran untuk masalah kesehatan mental boleh saja," kata Kluge.

Untuk mendorong kerja sama yang lebih besar antara berbagai sektor di bidang kesehatan mental, WHO akan memberi dukungan kepada project office di bawah Kabinet Menteri Ukraina yang akan mengembangkan solusi dan mengoordinasikan pelaksanaan Program All-Ukrainian Mental Health.

Baca Juga: Rusia Tuduh Ukraina Akan Tembakkan Nuklir ke Wilayahnya Sendiri

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya