WHO: Rumah Sakit di Gaza Selatan Mulai Kehabisan Bahan Bakar!

Bahan bakar yang tersisa hanya cukup untuk tiga hari lagi

Intinya Sih...

  • Bahan bakar di rumah sakit Gaza selatan hanya cukup untuk 3 hari lagi karena penutupan perbatasan oleh Israel.
  • Kepala WHO mengatakan penutupan perbatasan menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan dan operasi rumah sakit.
  • Rumah sakit di Rafah terpaksa ditutup, pasien dipindahkan, dan fasilitas kesehatan berhenti menerima pasien.

Jakarta, IDN Times - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa bahan bakar yang tersisa di rumah sakit di Gaza selatan hanya cukup untuk tiga hari lagi akibat ditutupnya perbatasan.

Sebelumnya, Israel mengerahkan pasukan darat dan tanknya ke kota Rafah pada Selasa (7/5/2024). Mereka merebut penyeberangan terdekat ke Mesir, yang merupakan saluran utama bantuan ke Gaza.

“Penutupan perbatasan terus menghalangi PBB untuk membawa bahan bakar. Tanpa bahan bakar, semua operasi kemanusiaan akan terhenti. Penutupan perbatasan juga menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam postingannya di media sosial X pada Rabu (8/5/2024).

“Rumah sakit di selatan Gaza hanya mempunyai sisa bahan bakar untuk tiga hari, yang berarti layanan akan segera terhenti.”

Baca Juga: Pejabat PBB Peringatkan Gaza Berisiko Kelaparan Parah

1. Operasi bantuan akan terhenti tanpa bahan bakar

Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina, mengatakan bahwa bahan bakar sangat penting untuk menjalankan operasi bantuan. Selain untuk menggerakkan generator di rumah sakit, bahan bakar juga dibutuhkan untuk transportasi para pekerja kemanusiaan dan menjaga agar toko roti tetap beroperasi.

“Apa yang kita semua butuhkan, kita para aktivis kemanusiaan, adalah bahan bakar, bahan bakar, bahan bakar,” kata Peeperkorn, dikutip The New Arab.

“Tanpa bahan bakar, semua operasi kemanusiaan, termasuk operasi rumah sakit – akan terhenti.”

2. Rumah Sakit al-Najjar di Rafah telah ditutup

Pada Rabu, militer Israel kembali membombardir Rafah ketika perundingan mengenai gencatan senjata dilanjutkan di Kairo. Israel telah mengancam akan melakukan serangan besar-besaran di Rafah untuk mengalahkan ribuan pejuang Hamas yang menurut mereka bersembunyi di sana.

Kota yang berbatasan dengan Mesir ini merupakan tempat berlindung bagi lebih dari 1,4 juta warga Palestina yang melarikan diri dari pertempuran selama tujuh bulan terakhir. Mereka tinggal di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara di tengah kekurangan makanan, air dan obat-obatan.

Tedros mengatakan bahwa al-Najjar, salah satu dari tiga rumah sakit di Rafah, terpaksa ditutup akibat kekerasan yang berlangsung di kota tersebut. Para pasien telah dipindahkan tempat lainnya.

“Pada saat operasi kemanusiaan yang rapuh memerlukan peningkatan, operasi militer Rafah semakin membatasi kemampuan kami untuk menjangkau ribuan orang yang hidup dalam kondisi mengerikan tanpa makanan, sanitasi, layanan kesehatan, dan keamanan yang memadai. Ini harus dihentikan sekarang," tambahnya.

Dilaporkan Dana Kependudukan PBB (UNFPA), Rumah Sakit Bersalin Al-Helal Al-Emairati di Rafah juga telah berhenti menerima pasien. Sebelum serangan Israel di kota tersebut, fasilitas kesehatan ini menangani sekitar 85-80 kelahiran di Gaza setiap harinya.

Baca Juga: Dubes Palestina Kembali Surati PBB Terkait Eskalasi Konflik Gaza

3. Puluhan warga Palestina tidak bisa pergi berobat ke luar negeri akibat ditutupnya perbatasan

Dilansir Al Jazeera, Israel telah memerintahkan puluhan ribu warga sipil untuk pergi ke zona kemanusiaan di al-Mawasi, sekitar 20 km jauhnya dari Rafah. Namun, Walikota Rafah Ahmed Al-Sofi mengatakan bahwa wilayah pesisir itu kekurangan segala kebutuhan hidup.

Ia menambahkan bahwa perumahan, rumah sakit dan sekolah-sekolah, tempat puluhan ribu orang mencari perlindungan, telah menjadi sasaran pasukan Israel di Rafah.

“Kenyataan di wilayah timur Rafah menunjukkan adanya bencana kemanusiaan yang nyata,” ujarnya.

Khalil al-Daghran, seorang pejabat Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan bahwa penutupan penyeberangan Rafah telah menghalangi puluhan warga Palestina yang terluka dan sakit untuk pergi mendapatkan perawatan di luar negeri.

Dia pun meminta masyarakat internasional dan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menekan Israel agar mengakhiri serangannya, dan segera membuka kembali penyeberangan perbatasan.

Baca Juga: Keluarga Dokter di Gaza Sewa Pengacara dan Gugat Israel di ICC

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya