Bunga Sakura di Jepang Mekar Lebih Cepat Imbas Perubahan Iklim

Berdampak pada perekonomian masyarakat

Jakarta, IDN Times — Bunga sakura di Prefektur Kyoto, Jepang, mekar lebih awal tahun ini, yaitu pada Jumat (1/4/2022) kemarin. Penelitian terbaru oleh Nikolaos Christidis dan kawan-kawan, yang terbit di Environmental Research Letters, mengungkapkan bahwa fenomena tersebut bisa terjadi karena perubahan iklim dan perkembangan wilayah urban.

Pusat perkotaan Kyoto yang menghangat menggeser waktu berbunga sakura menjadi 11 hari lebih cepat. Apabila terus terjadi, kondisi ini akan berdampak pada perekonomian masyarakat lokal dan bahkan keberlangsungan hidup sejumlah spesies hewan.

1. Berbunga lebih cepat karena perubahan iklim

Bunga Sakura di Jepang Mekar Lebih Cepat Imbas Perubahan Iklimilustrasi pohon sakura di Jepang (unsplash.com/P.)

Alasan utama bunga sakura di Prefektur Kyoto, Jepang, mekar lebih awal ada kaitannya dengan perubahan iklim. Spesifiknya, CNN menyebutkan bahwa penggunaan bahan bakar fosil mengakibatkan suhu lingkungan di seluruh dunia meroket tinggi.

Di Kyoto sendiri, Met Office melaporkan bahwa temperatur di pusat perkotaannya mengalami kenaikan beberapa derajat sejak zaman praindustri.

Akibatnya, tanggal sakura berbunga menjadi terdorong 11 hari lebih cepat. Tahun ini, puncak mekar sakura jatuh pada tanggal 1 April 2022 kemarin, sedangkan tahun lalu, waktunya lebih awal lagi, yakni pada 26 Maret 2021, dilansir Sky News.

Apabila peningkatan suhu masih terus terjadi, penelitian tersebut mengungkapkan, tidak menutup kemungkinan bagi tanaman tersebut akan berbunga hampir 3 minggu lebih cepat (17 hari) pada tahun 2100 nantinya.

Baca Juga: Pria Jepang Ini Tak Sengaja Habiskan Dana COVID se-Kota untuk Judi

2. Wilayah perkotaan yang semakin berkembang juga memiliki pengaruh

Bunga Sakura di Jepang Mekar Lebih Cepat Imbas Perubahan Iklimpemandangan Prefektur Kyoto (unsplash.com/Su San Lee)

Bukan hanya perubahan iklim, perkembangan wilayah urban juga memiliki pengaruh yang signifikan. Area perkotaan diketahui cenderung lebih hangat daripada pedesaan. Hal itu bisa terjadi akibat heat island effect (efek pulau bahang perkotaan).

Heat island effect merujuk pada fenomena di mana suhu perkotaan cenderung lebih tinggi daripada daerah pinggiran/pedesaan. Dari United States Environmental Protection Agency, hal tersebut bisa terjadi karena infrastruktur, seperti bangunan dan jalan raya, yang menyerap serta memancarkan kembali sinar matahari lebih banyak daripada hutan maupun danau.

Dari poin sebelumnya, Kyoto yang termasuk area urban pun semakin panas. Studi dari Environmental Research Letters tadi menemukan, dibandingkan Kameoka, temperatur pusat kota Kyoto melonjak lebih cepat sejak tahun 1940-an.

Lebih lanjut, penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa puncak mekar bunga sakura yang jatuh 11 hari lebih cepat tahun ini bukan hanya diakibatkan oleh perubahan iklim global, tetapi juga karena pemanasan daerah perkotaan Kyoto sendiri.

3. Puncak mekar bunga sakura yang lebih awal berdampak pada ekonomi masyarakat

Bunga Sakura di Jepang Mekar Lebih Cepat Imbas Perubahan Iklimilustrasi hanami di Jepang (unsplash.com/ (っ◔◡◔)っ Clement 🇰🇷)

Bunga sakura adalah sesuatu yang sangat krusial bagi Negeri Matahari Terbit. Setiap tahun, festival melihat mekarnya sakura (hanami) diadakan dan kegiatan ini berkontribusi besar bagi perekonomian masyarakat lokal.

Apabila waktu berbunga sakura mulai berubah, tentu pengadaan festival dan acara-acara terkait perlu direncanakan ulang. Tidak menutup kemungkinan bergesernya tanggal festival berdampak pada jumlah pengunjung yang datang.

Itu sebabnya, Yasuyuki Aono, dari Osaka Metropolitan University, mengatakan bahwa sangatlah penting untuk memprediksi waktu mekarnya sakura, mengutip dari CNN.

4. Efek lebih lanjut pada ekosistem dan keberlangsungan hidup spesies

Bunga Sakura di Jepang Mekar Lebih Cepat Imbas Perubahan Iklimilustrasi bunga sakura (pixabay.com/phusakura)

Penelitian oleh Nikolaos Christidis juga mengungkapkan bahwa dampak dari musim berbunga yang lebih cepat ini tidak hanya berimbas pada bidang ekonomi dan parawisata, tetapi juga ekosistem.

Pertama, peningkatan suhu lingkungan akan memengaruhi praktik pengelolaan lahan dan pertanian pohon penghasil kayu, buah-buahan, dan kacang-kacangan.

Kemudian, pergeseran waktu musim berbunga akibat kenaikan temperatur lingkungan juga berdampak pada keberlangsungan hidup spesies tertentu.

Hewan dan tumbuhan sangat bergantung satu sama lain. Siklus hidup hewan dan serangga tertentu kerap menyesuaikan dengan fase mekarnya bunga dari tanaman yang terjadi di musim semi.

Ketika bunga lebih dulu mekar di saat para hewan belum siap, atau sebaliknya, pasokan makanan untuk keduanya kemungkinan tidak akan cukup. Timing yang tidak tepat ini nantinya dapat merusak keseimbangan ekosistem dan bahkan memusnahkan seluruh spesies.

5. Fenomena serupa juga terjadi di belahan dunia lain

Bunga Sakura di Jepang Mekar Lebih Cepat Imbas Perubahan Iklimilustrasi lembah berbunga (unsplash.com/Patrick Hendry)

Fenomena bunga yang mekar lebih awal nyatanya tidak hanya terjadi di Jepang. Tahun ini, sejumlah wilayah di Inggris juga mengalami musim semi sebulan lebih cepat dari biasanya.

Gelombang panas yang menghantam Amerika Serikat pada tahun 2019 silam juga membuat bunga matahari mekar lebih cepat.

Tidak hanya itu, dilansir Times of India, Taman Nasional Valley of Flowers yang ada di India sudah dipenuhi oleh bunga levender kuning dan merah muda pada Mei tahun ini. Padahal, musim berbunga biasanya baru mulai Juni nanti.

Kondisi ini disebabkan oleh Gletser Tipra yang sudah mencair sejak awal Maret akibat kenaikan suhu. Seharusnya, gletser tersebut baru akan mencair pada bulan Mei.

Baca Juga: Krisis Iklim dan Dampaknya pada Milenial dan Gen Z, Bisa Apa?

E N C E K U B I N A Photo Verified Writer E N C E K U B I N A

Mau cari kerja yang bisa rebahan terus~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya