Pengungsi Anak di Pusat Penahanan yang Didanai Inggris Alami Pelecehan

Kondisi mereka sangat memprihatinkan

Libya, IDN Times - Beberapa pengungsi yang masih anak-anak mengalami pelecehan dan malnutrisi dalam 26 jaringan pusat penahanan Libya yang dibiayai oleh pemerintah Inggris.Dalam ungkapan pertama kepada media dari anak-anak di bawah umur yang ditahan di kamp tersebut, mereka menggambarkan kelaparan, dipukuli dan disiksa oleh polisi dan penjaga kamp Libya. Bahkan digambarkan seperti neraka yang ada di bumi.

1. Ribuan orang jadi korban di kamp-kamp tahanan Migran Libya

Pengungsi Anak di Pusat Penahanan yang Didanai Inggris Alami PelecehanJOEL SAGET/AFP

Saat ini, ribuan orang terjebak di kamp-kamp tahanan migran yang penuh sesak dan tidak manusiawi di Libya. Mereka dikirim untuk kerja paksa, disiksa, diperkosa dan bahkan dipukul sampai mati.

Alih-alih membantu mengakhiri pelanggaran ini, Eropa justru membantu pemerintah Libya menjebak orang-orang tersebut. Seorang pengungsi, Ousman, yang menghabiskan lima bulan di pusat penahanan Tripoli mengungkapkan;

“Di penjara mereka sering memukul kami. Mereka membunuh banyak anak laki-laki. Saya melihat banyak orang meninggal di penjara, entah karena mereka jatuh sakit atau dipukuli. ”

2. Dalih pemerintah Inggris bahwa kamp penahanan merupakan upaya manusiawi

Pengungsi Anak di Pusat Penahanan yang Didanai Inggris Alami Pelecehanindependent.co.uk

Menurut dokumen yang pernah dilihat oleh The Guardian, ada 26 kamp aktif yang sebagian didanai oleh Inggris di Libya. Sementara keberadaan kamp sebelumnya telah dilaporkan, skala jaringan itu tidak umum. Tidak ada angka pasti tentang jumlah anak yang ditahan tetapi diperkirakan jumlahnya ratusan dan mungkin lebih dari 1.000. Setidaknya ada 5.400 pengungsi dan migran yang ditahan total menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR).

Departemen Pembangunan Internasional mengkonfirmasi bahwa pemerintah memberikan kontribusi dana untuk pusat-pusat penahanan tersebut

"Kami terus membantu mendanai pekerjaan Dana Uni Eropa untuk meningkatkan kondisi bagi para migran di pusat-pusat penahanan."

Pemerintah bersikeras bahwa pendanaan diperlukan sebagai bagian dari upaya manusiawi untuk menghalangi orang-orang dari membuat perlintasan Mediterania yang berbahaya. Dengan alasan bahwa pusat penahanan migran adalah tanggung jawab pihak berwenang Libya, hal ini dipahami telah menimbulkan kekhawatiran atas perlakuan pemerintah Libya terhadap tahanan.

3. Ada maksud terselubung

Pengungsi Anak di Pusat Penahanan yang Didanai Inggris Alami Pelecehanindependent.co.uk

Tetapi kritikus melihat kamp Libya sebagai cara bagi negara-negara Eropa untuk mengalihkan masalah mereka terhadap para migran dan pencari suaka.Mereka pun berpendapat bahwa negara-negara Eropa terlibat dalam masalah dengan sistem yang mereka danai tersebut untuk memastikan para imigran tidak sampai ke Eropa.

Laporan dari anak-anak, yang berisiko hukuman berat jika penjaga menemukan mereka telah berbicara kepada media, memberikan laporan sangat rinci tentang kehidupan di kamp-kamp untuk anak di bawah umur. Awal bulan ini, Amnesty International mengatakan kondisi di pusat penahanan tidak berkelanjutan dan penyiksaan serta penganiayaan justru meluas.

"Ada ketidakpedulian yang tidak berperasaan di bagian Eropa dan negara-negara lain atas penderitaan mereka yang mendekam di pusat-pusat penahanan," kata laporan Amnesty.

4. Kesaksian para korban

Pengungsi Anak di Pusat Penahanan yang Didanai Inggris Alami Pelecehanamnesty.org.uk

Seorang anak laki-laki berusia 16 tahun di salah satu pusat mengatakan:

“Saya telah di sini selama empat bulan. Saya telah mencoba melarikan diri tiga kali menyeberangi laut ke Italia tetapi setiap kali saya ditangkap dan dibawa kembali ke pusat penahanan. Kami sedang sekarat di sini tetapi tidak ada yang mengambil tanggung jawab. Kami harus dibawa ke tempat aman tetapi kami terkunci di sini 24 jam sehari. Kami tidak melihat matahari terbit dan kami tidak melihat matahari terbenam. ”

Pusat-pusat ini dirancang untuk menjaga pencari suaka agar tidak melintasi Mediterania ke Eropa. Inggris dan negara-negara Uni Eropa lainnya telah menghabiskan puluhan juta untuk mencegah pencari suaka dari zona konflik, seperti Eritrea dan Sudan, memasuki wilayah tersebut. Tahun lalu pemerintah Inggris menghabiskan £ 10 juta di Libya pada berbagai inisiatif, termasuk pusat-pusat penahanan.

Seorang pencari suaka Eritrea berusia 13 tahun di sebuah kamp Tripoli mengatakan kepada The Guardian bahwa tahanan hanya mendapat satu atau dua porsi kecil pasta putih sehari dan banyak yang kelaparan dan kurang gizi. Penyakit seperti Tuberkulosis banyak terjadi. Banyak yang hanya memiliki satu baju dan sepasang celana pendek. Mereka sangat kedinginan karena syhu juga yang menurun.

“Saya sangat takut dan sangat lapar,” kata bocah itu. “Saya ingin mencapai Inggris di mana saya akan aman. Kami tidak memiliki apa pun di sini, tidak ada makanan, tidak ada pakaian, tidak ada telepon. Saya sangat merindukan ibu dan ayah saya. ”

Baca Juga: Kata Pengungsi Rohingya di Indonesia Soal Aung San Suu Kyi

Ganjar Firmansyah Photo Verified Writer Ganjar Firmansyah

A Reader who love hiking hitchiking camping and other-Ings

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya