Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Layanan gawat darurat terdampak parah oleh krisis ini, dengan kekurangan obat paling kritis pada cairan infus, antibiotik intravena, dan obat pereda nyeri.

  • Israel membatasi jumlah truk bantuan medis yang masuk ke Gaza, menyebabkan 1.200 pasien meninggal karena tidak dapat dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis di luar Gaza.

  • WHO menyebut situasi pangan di Gaza masih kritis, dengan lebih dari 100 ribu anak dan 37 ribu ibu diperkirakan akan mengalami malnutrisi akut hingga April 2026.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan Gaza, pada Minggu (21/12/2025), memperingatkan bahwa krisis obat-obatan dan perlengkapan medis telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kondisi ini berisiko melemahkan kemampuan layanan kesehatan dalam menyediakan pelayanan diagnostik dan pengobatan.

Dalam rinciannya, kementerian menyebutkan sebanyak 321 item obat esensial telah kehabisan stok, yang mencerminkan kekurangan sebesar 52 persen. Sementara itu, kekurangan perlengkapan medis mencapai 71 persen, dengan 710 item dilaporkan kosong.

“Tingkat kekurangan untuk pemeriksaan laboratorium dan persediaan bank darah juga telah mencapai 59 persen,” tambahnya.

1. Layanan gawat darurat terdampak parah oleh krisis ini

Menurut kementerian, kekurangan obat paling kritis terjadi pada layanan gawat darurat, khususnya cairan infus, antibiotik intravena, dan obat pereda nyeri. Kondisi ini berisiko membuat sekitar 200 ribu pasien tidak bisa mendapatkan layanan darurat, 100 ribu pasien kehilangan akses layanan bedah, dan 700 lainnya tidak dapat menerima perawatan intensif,

Pihaknya juga mencatat adanya kelangkaan pasokan untuk layanan penyakit ginjal, onkologi, bedah jantung terbuka, ortopedi, dan berbagai layanan medis lainnya.

“Mengingat angka-angka yang mengkhawatirkan ini, dan dengan terus berkurangnya jumlah truk medis yang memasuki Gaza hingga kurang dari 30 persen dari kebutuhan bulanan, dan dengan jumlah pasokan yang tidak mencukupi, Kementerian Kesehatan segera mengimbau semua pihak terkait untuk sepenuhnya memikul tanggung jawab dalam melaksanakan intervensi darurat,” kata kementerian.

2. Israel batasi jumlah truk bantuan medis yang masuk ke Gaza

Selama dua tahun perang, Israel telah menyerang hampir seluruh rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Gaza, serta menyerang dan menahan sejumlah petugas medis. Meski gencatan senjata telah diterapkan sejak Oktober lalu, Israel masih terus melakukan pelanggaran dengan tidak mengizinkan masuknya truk bantuan medis dalam jumlah yang telah disepakati.

Dilansir dari Al Jazeera, sekitar 1.500 anak juga masih menunggu dibukanya perlintasan perbatasan agar dapat menerima perawatan medis di luar Gaza.

Kepala Unit Informasi Kementerian Kesehatan Gaza, Zaher Al Waheidi, pada Minggu, mengatakan bahwa sebanyak 1.200 pasien, termasuk 155 anak, telah meninggal karena tidak dapat dievakuasi dari Gaza untuk mendapatkan perawatan medis.

3. WHO sebut situasi pangan di Gaza masih kritis

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa situasi pangan di Gaza masih jauh dari stabil, meskipun laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menyebutkan bahwa tidak ada lagi wilayah di Gaza yang saat ini dikategorikan mengalami kelaparan ekstrem.

“Perkembangan positif ini patut disambut, namun tetap sangat rapuh karena penduduk masih harus berjuang menghadapi kehancuran infrastruktur berskala besar, runtuhnya mata pencaharian dan produksi pangan lokal, serta berbagai pembatasan terhadap operasi kemanusiaan,” tulis Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, di platform media sosial X.

Ia menyebutkan bahwa lebih dari 100 ribu anak serta 37 ribu ibu masih diperkirakan akan mengalami malnutrisi akut hingga April 2026. WHO pun mendesak agar persetujuan dan akses masuk bagi pasokan medis penting, peralatan, serta bangunan rumah sakit prefabrikasi segera dipercepat, dilansir dari Anadolu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team