PBB: Badai Musim Dingin Perparah Krisis Kemanusiaan di Gaza

- Gaza membutuhkan 300 ribu tenda dan unit hunian prefabrikasi
- Satu lagi bayi meninggal akibat terpapar cuaca dingin ekstrem di Gaza
- PM Qatar desak agar bantuan ke Gaza masuk tanpa hambatan
Jakarta, IDN Times - Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa badai musim dingin telah memperparah krisis kemanusiaan di Gaza, di mana ratusan ribu warga mengungsi akibat perang. Sejumlah orang tewas setelah bangunan rusak tempat mereka berlindung runtuh, sementara anak-anak meninggal akibat terpapar udara dingin.
“Badai Byron memperburuk kondisi kehidupan yang sudah sangat memprihatinkan bagi ribuan orang yang tinggal di tenda-tenda atau tempat penampungan yang rusak,” tulis UNRWA di platform media sosial X pada Selasa (16/12/2025).
Pihaknya mengungkapkan bahwa di tengah kondisi sulit ini, otoritas Israel terus menghalangi badan tersebut untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan secara langsung ke Gaza, sehingga membatasi skala bantuan yang dapat menjangkau warga yang membutuhkan.
“Ini harus dihentikan. Bantuan harus diberikan dalam skala besar, sekarang," tambahnya.
1. Gaza butuh sekitar 300 ribu tenda dan unit hunian prefabrikasi
Sejak pekan lalu, hujan deras telah menggenangi ribuan tenda, membasahi alas tidur, pakaian, dan persediaan makanan, serta membuat ratusan keluarga Palestina terpapar udara dingin tanpa kehangatan maupun tempat berlindung.
“Gangguan ini berdampak pada sekitar 30 ribu anak di seluruh Gaza. Perbaikan mendesak diperlukan agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat kembali berlangsung tanpa penundaan,” kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Farhan Haq.
Menurut kantor media pemerintah Gaza, wilayah tersebut membutuhkan sekitar 300 ribu tenda dan unit hunian prefabrikasi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi warga Palestina. Pihaknya berulang kali menuding Irael tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan gencatan senjata 10 Oktober dan protokol kemanusiaan, termasuk terkait masuknya
2. Satu lagi bayi meninggal akibat terpapar cuaca dingin ekstrem di Gaza
Dilansir dari Anadolu, Kementerian Kesehatan di Gaza, pada Kamis (18/12/2025), melaporkan bahwa satu lagi bayi meninggal akibat terpapar cuaca dingin ekstrem. Bayi tersebut, Saeed Asaad Abideen, masih berusia 1 bulan.
Kematian ini menambah jumlah korban meninggal akibat gelombang dingin dan cuaca ekstrem di Gaza dalam beberapa waktu terakhir menjadi 13 orang. Pertahanan Sipil Gaza sebelumnya telah memperingatkan bahwa cuaca dingin yang parah mengancam nyawa anak-anak, mengingat banyak keluarga tidak memiliki tempat tinggal dan alat pemanas yang memadai.
3. PM Qatar desak agar bantuan ke Gaza masuk tanpa hambatan
Sementara itu, di Washington DC, Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, membahas upaya menstabilkan gencatan senjata yang rapuh di Gaza.
Menurut pejabat Qatar, pembicaraan tersebut berfokus pada peran Qatar sebagai mediator, kebutuhan mendesak agar bantuan dapat masuk ke Gaza tanpa syarat, dan mendorong negosiasi menuju gencatan senjata tahap kedua yang dapat mengakhiri perang, dilansir dari Al Jazeera.
Sejak perang meletus pada Oktober 2023, sedikitnya 70.668 warga Palestina tewas dan 171.152 lainnya terluka akibat serangan militer Israel di Gaza. Di Israel, 1.139 orang tewas akibat serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 lainnya disandera.



















