Laporan terbaru menunjukkan warga Palestina di Gaza kini menghadapi risiko kematian perlahan akibat kurangnya kebutuhan dasar. Kehancuran infrastruktur pertanian dan blokade laut yang terus berlanjut membuat warga kehilangan akses mandiri terhadap sumber makanan.
Israel dituduh masih membatasi akses bantuan kemanusiaan yang sangat vital, termasuk pasokan medis dan peralatan perbaikan infrastruktur. Padahal, Mahkamah Internasional (ICJ) telah mengeluarkan perintah agar Israel menjamin akses pasokan kemanusiaan.
Jumlah truk bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza saat ini hanya sekitar 200 unit per hari, jauh di bawah angka 600 unit yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata. Perbatasan Rafah yang merupakan pintu gerbang utama ke dunia luar juga masih tertutup, memaksa bantuan masuk melalui kontrol ketat Israel.
Kondisi kelaparan dan penyakit menular semakin memperparah kerentanan penduduk yang sudah menderita akibat pengepungan selama berbulan-bulan. Amnesty menekankan bahwa probabilitas kehancuran total warga Palestina di Gaza masih sangat tinggi jika kondisi ini tidak segera diubah.
“Sampai saat ini, Israel belum menyerah pada rencananya untuk melakukan pembersihan etnis di Gaza,” kata Muhammad Shehada, peneliti tamu di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (ECFR), dilansir Al Jazeera.