Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Gaza Hanya Makan Sekali Sehari saat Bantuan Tersendat

ilustrasi krisis makanan
ilustrasi krisis makanan (pexels.com/Ahmed akacha)
Intinya sih...
  • Perang dan blokade Israel mempengaruhi pendidikan dan layanan kesehatan di Gaza
  • Ekonomi wilayah pendudukan Palestina anjlok hingga titik terburuk dalam sejarah modern
  • Biaya pemulihan dan dampak lanjutan agresi Israel diperkirakan akan melampaui 70 miliar dolar AS
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza tetap kritis meski gencatan senjata sudah berlaku. Lembaga itu menyebut pembatasan Israel terhadap arus bantuan membuat perbaikan sulit terlihat.

Juru bicara UNRWA, Adnan Abu Hasna, mengatakan akses bagi staf internasional masih ditutup dan pasokan kemanusiaan hanya masuk dalam jumlah terbatas. Kondisi tersebut membuat sekitar 6 ribu truk makanan tertahan di perbatasan. Lebih dari 90 persen warga Gaza kini sepenuhnya mengandalkan bantuan luar. Banyak keluarga bertahan dengan satu kali makan setiap hari.

Dilansir dari Middle East Monitor, rata-rata 170 truk bantuan dapat menembus Gaza setiap hari. Namun angka itu belum mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang semakin mendesak. UNRWA kini mengoperasikan 100 tempat penampungan yang menampung lebih dari 80 ribu pengungsi. Lembaga itu tetap menyelenggarakan pendidikan jarak jauh bagi sekitar 300 ribu siswa serta kelas tatap muka untuk 50 ribu anak lainnya dalam kondisi yang sangat minim.

Sekitar 48 ribu anak terpaksa belajar di 330 ruang darurat di 59 lokasi penampungan. Banyak dari mereka duduk di lantai dingin karena kurangnya bangku.

1. Dampak perang terhadap pendidikan dan layanan kesehatan

ilustrasi krisis kemanusiaan (pexels.com/Ahmed akacha)
ilustrasi krisis kemanusiaan (pexels.com/Ahmed akacha)

Serangan dan kerusakan luas telah melumpuhkan ribuan sekolah di wilayah itu. UNRWA kemudian mengubah tempat penampungan darurat menjadi ruang kelas sementara agar pendidikan anak pengungsi tetap berjalan. Penyediaan kursi dan meja sederhana juga membantu memberi rasa stabil bagi anak-anak yang hidup di tengah ketidakpastian pasca-perang. Krisis kemanusiaan berkepanjangan ini berakar dari perang Israel di Gaza yang meletus pada 2023.

UNA News melaporkan bahwa di sektor kesehatan, klinik UNRWA kini hanya menerima 15 pasien setiap hari di tujuh puskesmas tetap serta 35 pos layanan keliling. Padahal sejak 2023 jumlah kunjungan medis telah melampaui 15 juta kali dengan lonjakan kasus malnutrisi.

UNRWA kehilangan 380 staf sejak konflik berlangsung. Sekitar 90 persen dari 300 fasilitasnya hancur sehingga kapasitas operasional menurun drastis. Lembaga ini juga menghadapi defisit anggaran sekitar 200 juta dolar AS (setara Rp3,3 triliun) setelah Amerika Serikat (AS) menghentikan bantuan tahunan senilai 360 juta dolar AS (setara Rp5,9 triliun). Selain itu, kampanye terorganisir terus mencoba merusak kepercayaan publik terhadap UNRWA.

2. Penurunan ekonomi parah di wilayah pendudukan Palestina

ilustrasi bendera Palestina (pexels.com/Alfo Medeiros)
ilustrasi bendera Palestina (pexels.com/Alfo Medeiros)

Dilansir dari Al Jazeera, ekonomi wilayah pendudukan Palestina anjlok hingga titik terburuk dalam sejarah modern. Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menyebut kemerosotan ini dipicu perang Israel di Gaza serta blokade berkepanjangan yang membatasi pergerakan dan perdagangan.

Operasi militer dua tahun terakhir digabung dengan pembatasan yang sudah berlangsung lama, menjadikan kontraksi ini termasuk 10 terburuk di dunia sejak 1960. Kerusakan infrastruktur, aset produktif, dan layanan publik turut menghapus kemajuan sosial-ekonomi puluhan tahun di Gaza dan Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur.

Di Gaza, produk domestik bruto (PDB) turun 83 persen sepanjang 2024. Dalam dua tahun total penurunannya mencapai 87 persen hingga hanya tersisa 362 juta dolar AS (setara Rp6 triliun). PDB per kapita jatuh ke 161 dolar AS (setara Rp2,67 juta), salah satu yang terendah di dunia. Di seluruh wilayah pendudukan, PDB kembali menyamai level 2010.

Pendapatan per kapita turun ke titik yang sama seperti pada 2003 sehingga kemajuan selama 22 tahun hilang dalam waktu singkat. Blokade Israel selama hampir dua dekade membuat wilayah itu bergantung penuh pada bantuan luar. Serangan di Gaza juga meratakan sekitar 174.500 bangunan.

Tepi Barat yang diduduki ikut mengalami resesi mendalam. Penyebab utamanya adalah penyekatan pergerakan, hilangnya pekerjaan, serta penahanan pendapatan pajak oleh Israel yang seharusnya menjadi hak Otoritas Palestina (PA).

PA mengumumkan bahwa Israel menahan 4 miliar dolar AS (setara Rp66,4 triliun) dana pajak tersebut. Keputusan itu membuat pemerintah Palestina kesulitan membayar gaji, menjalankan layanan dasar, maupun memulai rekonstruksi.

3. Perkiraan biaya pemulihan dan dampak lanjutan agresi Israel

ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)
ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)

UNCTAD memperkirakan biaya rekonstruksi dan pemulihan Gaza akan melampaui 70 miliar dolar AS (setara Rp1.162 triliun). Bahkan dengan dukungan internasional dalam jumlah sangat besar, pemulihan ke tingkat ekonomi sebelum 2023 diperkirakan memakan waktu puluhan tahun.

Tanpa intervensi besar dan segera, dampak perang serta blokade sistemik akan terus menekan ekonomi Palestina ke dalam resesi berkepanjangan. Upaya bangkit yang berarti hanya mungkin terjadi jika gencatan senjata saat ini bertahan dalam jangka panjang.

Agresi Israel dimulai setelah serangan kelompok Hamas dan faksi Palestina lain ke wilayah Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.139 orang dan membawa sekitar 250 sandera ke Gaza. Israel kemudian membalas dengan serangan udara besar-besaran.

Negara itu memperketat blokade 16 tahun atas Gaza menjadi pengepungan total. Serangan tersebut mengakibatkan sedikitnya 69.733 warga Palestina tewas dan 170.863 lainnya terluka. Lebih dari 300 korban jiwa tambahan tercatat sejak gencatan senjata diberlakukan bulan lalu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

DPR Usul Mulai 2026 Sebagian Wamen Ikut Gibran Berkantor di IKN

26 Nov 2025, 12:53 WIBNews