Pasukan Hizbullah berbaris di sebuah upacara. (commons.wikimedia.org/Khamenei.ir)
Nasrallah tewas pada 27 September dalam serangan udara Israel, saat ia bertemu dengan para komandan di sebuah bunker di pinggiran selatan Beirut. Kematiannya menjadi pukulan telak bagi kelompok itu, yang hanya ‘hidup’ dari bayang-bayang Nasrallah.
Dihormati oleh para pendukung Hizbullah, Nasrallah memimpin kelompok Syiah itu selama beberapa dekade konflik dengan Israel. Ia mengawasi transformasinya menjadi kekuatan militer dengan pengaruh regional dan menjadi salah satu tokoh Arab paling terkemuka dalam beberapa generasi.
Pemakaman di pinggiran selatan Beirut juga akan menghormati Hashem Safieddine, yang memimpin Hizbullah selama satu minggu setelah kematian Nasrallah sebelum ia juga dibunuh oleh Israel. Ini menggarisbawahi seberapa dalam intelijen Israel telah menyusup ke kelompok paramiliter itu. Ia akan dimakamkan di selatan pada hari Senin.
"Pemakaman ini merupakan landasan peluncuran untuk fase berikutnya. Pemakaman besar yang dihadiri ratusan ribu orang merupakan cara untuk memberi tahu semua orang bahwa Hizbullah masih ada, bahwa mereka masih merupakan aktor utama Syiah di Lebanon," kata Mohamad Hage Ali dari Carnegie Middle East Center, dikutip oleh Gulf Today, Jumat (21/2/2025).