Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Honduras (unsplash.com/hectoremilio)
bendera Honduras (unsplash.com/hectoremilio)

Jakarta, IDN Times - Presiden Honduras Xiomara Castro, pada Minggu (27/4/2025), menyatakan bakal menerima deportasi anak perempuan asal Amerika Serikat (AS) berusia 2 tahun bersama ibunya ke negaranya. 

"Saya menawarkan dukungan penuh Honduras kepada ibu dan anak berusia 2 tahun yang dideportasi sesuai dengan keputusan dari Kejaksaan AS. Saya sudah mendapatkan permintaan dari pihak AS," tutur Castro, dilansir CNN.

Belakangan ini, AS sudah meningkatkan deportasi imigran ilegal di negaranya. AS bahkan sudah bekerja sama dengan El Salvador untuk mendeportasi terduga anggota geng kriminal ke penjara raksasa di Amerika Tengah tersebut. 

1. Rubio sebut anak tersebut hanya ikut dengan ibunya ke Honduras

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio. (Matt Johnson from Omaha, Nebraska, United States, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengungkapkan bahwa tiga anak di bawah umur yang diketahui lahir dan menjadi warga AS tersebut tidak dideportasi. Ia menyebut anak berusia 2, 4, dan 7 tahun tersebut hanya ikut ibunya ke Honduras. 

"Tiga warga AS berusia 2, 4, dan 7 tahun itu tidak dideportasi. Namun, ibunya yang masuk ke AS secara ilegal akan dideportasi. Maka dari itu, anak-anaknya akan ikut bersama ibunya ke Honduras. Jika mereka warga AS, maka mereka diperbolehkan kembali ke AS apabila ayah atau ada seseorang yang mau menampung mereka," terangnya, dikutip USA Today

Berdasarkan dokumen di pengadilan, keluarga dari anak berusia 2 tahun berinisial V.M.L tersebut ditangkap di Louisiana. Ibunya ditangkap ketika ketika hadir dalam acara imigrasi rutin di Kantor Bea Cukai New Orleans. 

Sementara, ayahnya yang diketahui tinggal di AS mengaku sudah siap untuk merawat anaknya di AS. Namun, ia masih belum diperkenankan untuk menjemput anak tersebut. 

2. AS disebut hanya ingin mendeportasi anak di bawah umur

Hakim Distrik AS, Terry Doughty, mengkritisi pemerintahan Trump yang dipandang hanya ingin mendeportasi anak itu bersama ibunya tanpa proses hukum yang berarti. 

"Pemerintah mengungkapkan bahwa ini tidak apa-apa karena ibunya mengharapkan anaknya juga dideportasi bersamanya. Namun, pengadilan tidak mengetahuinya dan tidak bisa memastikan hal tersebut," ungkap Doughty, dilansir Politico.

Asisten Departemen Perlindungan Negara (DHS), Tricia McLaughlin, mengungkapkan bahwa ibu anak tersebut sudah menentukan untuk membawa anaknya ke Honduras. Ia mengklaim sudah biasa ibunya ingin dideportasi bersama anak-anaknya. 

"Ibunya sudah meminta langsung untuk membawa anaknya. Maka, kami mengambil tanggung jawab untuk melindungi anak itu dengan serius dan kami akan melanjutkan pengawasan agar keamanan anak tersebut benar-benar terjamin," terangnya. 

3. Honduras lanjutkan perjanjian ekstradisi dengan AS

Pada Februari, Castro sudah mengumumkan kelanjutan persetujuan perjanjian ekstradisi dengan AS. Ia menyebut perjanjian ekstradisi itu penting untuk menjamin keamanan di Honduras. 

"Saya sudah mencapai persetujuan baru dengan AS untuk melanjutkan perjanjian ekstradisi yang selama ini penting untuk menjaga Honduras. Kami akan menjamin penegakan aturan tersebut," ungkapnya, dikutip EFE

Pada Agustus 2024, Castro sempat menangguhkan perjanjian ekstradisi dengan AS yang sudah disetujui lebih dari 1 abad. Sejumlah pihak mengklaim aksi itu akan membuat penyelundup narkoba beraksi dengan bebas di Honduras. 

Penolakan perjanjian ekstradisi disebabkan tuduhan AS mengintervensi urusan Honduras menyusul kritikan atas pertemuan pejabat pemerintahan Honduras dan Venezuela. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama