Israel Perintahkan Evakuasi Rumah Sakit Terbesar di Gaza Selatan

Rumah sakit telah dikepung selama tiga minggu

Jakarta, IDN Times - Israel telah memerintahkan warga Palestina yang berlindung di Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis di Gaza selatan untuk mengevakuasi diri pada Rabu (14/2/2024). Israel telah mengepung kompleks medis terbesar di Gaza selatan itu selama tiga minggu.

Israel melancarkan serangan di Gaza setelah Hamas menyerang wilayahnya pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 dan menyandera 253 orang. Serangan Israel di Palestina selama perang ini telah menewaskan lebih dari 28.500 orang. Selama perang berlangsung Israel telah menyerang rumah sakit di Gaza satu demi satu.

1. Israel mengaku tidak bermaksud mengevakuasi pasien dan staf medis

Dilansir BBC, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya telah membuka rute aman untuk mengevakuasi penduduk sipil yang berlindung di area rumah sakit.  Mereka diarahkan menuju ke area tanah pertanian di sebuah daerah yang dikenal sebagai Al-Mawasi.

“Evakuasi penduduk sipil dilakukan secara terkendali dan tepat oleh pasukan IDF untuk mencegah teroris mengeksploitasi evakuasi tersebut,” kata IDF

“Kami tegaskan bahwa IDF tidak bermaksud mengevakuasi pasien dan staf medis, pasukan yang terlibat telah diinstruksikan secara menyeluruh terlebih dahulu untuk memprioritaskan keselamatan warga sipil, pasien, pekerja medis, dan fasilitas medis selama operasi berlangsung," tambahnya.

Serangan di rumah sakit ini dilakukan karena IDF menuduh bahwa Hamas, yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Israel telah memasukkan dirinya ke dalam rumah sakit dan infrastruktur sipil.

Baca Juga: Mesir Peringatkan Dampak Besar dari Serangan Israel ke Rafah

2. Ada lebih dari 2.500 orang berlindung di rumah sakit

Israel Perintahkan Evakuasi Rumah Sakit Terbesar di Gaza SelatanIlustrasi rumah sakit. (Unsplash.com/Hush Naidoo Jade Photography)

Dilansir Al Jazeera, meski Israel memerintahkan warga sipil melakukan evakuasi, tapi mereka yang berlindung takut keluar setelah ada laporan ada orang yang ditembak saat keluar. Tentara Israel juga menembaki orang-orang di dalam rumah sakit, termasuk seorang dokter dan perawat. Hal itu disampaikan para saksi mata dan organisasi kemanusiaan Medecins Sans Frontieres (MSF).

Guillemette Thomas dari MSF menyampaikan bahwa situasi di rumah sakit sudah kritis dan dalam 24 jam terakhir telah membuat keadaan di lapangan menjadi lebih “menakutkan”.

“Situasinya sangat kritis bagi pasien dan kami khawatir dengan masa depan mereka,” katanya, menambahkan ada sekitar 400 pasien berada dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Ashraf al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan ada lebih dari 2.500 orang masih berada di dalam kompleks tersebut, termasuk pengungsi, pasien, petugas medis dan keluarga mereka.

“(Tentara Israel) mengirim seorang sandera dengan tangan diborgol ke rumah sakit dan memintanya memberi tahu kami bahwa kami harus mengungsi. Dan ketika orang-orang mulai mengungsi, mereka melepaskan tembakan dan menembaki orang-orang tersebut. Dan mereka juga membunuh sandera (yang mereka kirim ke dalam),” kata Dr Ahmed al-Moghrabi, kepala operasi plastik di Rumah Sakit Nasser.

Al-Moghrabi mengatakan ribuan orang, termasuk pasien yang sakit kritis telah ditahan di pos pemeriksaan Israel ketika mereka mencoba melarikan diri dari daerah tersebut. Dia juga menggambarkan situasi di rumah sakit berbahaya.

3. Israel tolak akses ke rumah sakit

Israel Perintahkan Evakuasi Rumah Sakit Terbesar di Gaza SelatanIlustrasi rumah sakit. (Unsplash.com/Adhy Savala)

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di media sosial menyampaikan kekhawatirannya atas serangan Israel terhadap fasilitas kesehatan.

“Nasser adalah tulang punggung sistem kesehatan di Gaza selatan. Ini harus dilindungi. Akses kemanusiaan harus diizinkan. Rumah sakit harus dijaga agar dapat menjalankan fungsi penyelamatan jiwa. Rumah sakit tidak boleh dimiliterisasi atau diserang.”

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan hanya 11 dari 33 rumah sakit di Gaza yang saat ini berfungsi sebagian. Rumah sakit telah menjadi tempat penampungan bagi ribuan orang dari 1,7 juta orang yang meninggalkan rumah mereka akibat perang. Mayoritas pengungsi kini tinggal di Rafah, selatan Khan Younis, dimana terdapat kekhawatiran yang meningkat mengenai kurangnya makanan, air dan sanitasi.

Tarik Jasarevic, juru bicara WHO, mengatakan Israel telah menolak akses badan PBB tersebut ke Rumah Sakit Nasser sejak 29 Januari.

“Kami mencoba beberapa kali untuk pergi ke sana, tetapi permintaan kami ditolak. Kami mendengar laporan sekitar 400 pasien masih berada di sana, 10 orang tewas, dan sebuah gudang hancur,” kata Jasarevic.

Baca Juga: Ukraina Tuduh Rusia Dapat Starlink dari Negara Arab

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya