Kapal Filipina dan China Bentrok di Laut China Selatan, 4 Awak Luka

China menghalangi kapal Filipina

Jakarta, IDN Times - Kapal penjaga laut Filipina kembali bentrok dengan kapal penjaga laut China di wilayah sengketa Laut China Selatan pada Selasa (5/4/3/2024). Insiden terbaru di perairan tersebut menyebabkan empat awak kapal Filipina terluka.

Perselisihan terjadi saat kapal Filipina yang sedang melakukan misi perbekalan dan rotasi pasukan di Second Thomas Shoal dihalangi kapal China. Terumbu karang tenggelam tersebut telah diperebutkan kedua negara, dengan China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan sebagai wilayahnya.

1. Kapal Filipina ditembaki meriam air

Kapal Filipina dan China Bentrok di Laut China Selatan, 4 Awak LukaIlustrasi kapal penjaga laut. (Unsplash.com/Lana Svet)

Dilansir Reuters, satuan tugas Filipina di perairan tersebut mengatakan kapal China menembakkan meriam air ke kapal Filipina. Tembakan itu menghancurkan kaca depan kapal dan melukai empat personel angkatan laut. Seorang laksamana yang berada di kapal itu tidak terluka.

“Ini adalah insiden yang paling serius,” kata Jonathan Malaya, juru bicara gugus tugas Filipina, pada Rabu (6/3/2024).

Dia menuduh China sengaja menimbulkan masalah dan dengan jahat menghasut kehebohan. Kapal Filipina juga mengalami kerusakan karena bertabrakan dengan kapal China.

Pada Rabu, Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro mengatakan, klaim China atas wilayah itu tidak berdasar dan tindakan terbarunya jelas-jelas ilegal dan tidak beradab.

“Sederhananya, klaim ini adalah klaim yang tidak disetujui oleh negara-negara yang berpikiran benar di dunia dan langsung dikutuk oleh banyak orang. Upaya sia-sia untuk memproduksi dan menjual cerita ini terhenti ketika dihadapkan pada fakta nyata yang tidak dapat disangkal," kata Teodoro.

China menanggapi insiden tersebut dengan menuduh kapal-kapal Filipina secara ilegal menyusup ke perairan di sekitar dangkalan tersebut, yang disebutnya sebagai Terumbu Ren'ai, sehingga mendorong kapal-kapal mereka untuk mengambil tindakan pengendalian.

Baca Juga: Menanti Dana China Penambal Biaya Kereta Cepat yang Bengkak

2. China klaim pulau di zona ekonomi eksklusif Filipina

Kapal Filipina dan China Bentrok di Laut China Selatan, 4 Awak LukaBendera China. (Pixabay.com/PPPSDavid)

Dilansir VOA News, China dan Filipina telah berulang kali terlibat perselisihan di perairan Laut China Selatan. Salah satunya terkait Scarborough Shoal, pulau karang yang kaya ikan, yang direbut oleh China pada 2012. Padahal, pulau tersebut berada di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina.

Pengadilan arbitrase internasional di Den Haag mengatakan pada 2016 bahwa klaim China tidak memiliki dasar hukum. Namun, keputusan itu ditolak China.

Kapal perikanan Filipina baru-baru ini dihadang oleh kapal penjaga laut China ketika sedang mengirimkan bahan bakar kepada nelayan Filipina yang bekerja di dekat Scarborough Shoal.

Insiden tersebut mendorong Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menyebut kehadiran kapal China di perairan dekat kepulauan Pasifik mengkhawatirkan.

China telah mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh perairan di Laut China Selatan, mengabaikan klaim yang diajukan oleh Filipina, Taiwan, dan Vietnam. 

3. Tanggapan tetangga dan AS atas perselisihan

Kapal Filipina dan China Bentrok di Laut China Selatan, 4 Awak LukaIlustrasi kapal penjaga laut. (Unsplash.com/Senne Gilis)

Pada Rabu, Australia dan negara-negara Asia Tenggara telah melakukan pertemuan selama tiga hari di Australia. Mereka menyerukan pengendalian diri di Laut China Selatan yang disengketakan dan kepatuhan terhadap tatanan berbasis aturan di Indo-Pasifik.

Insiden terbaru yang melibatkan Filipina dan China bertepatan dengan peningkatan aktivitas pertahanan baru-baru ini antara militer Filipina dan Amerika Serikat (AS).

“Kami mendukung sekutu Filipina kami,” kata juru bicara Pentagon pada Rabu, sehari setelah Departemen Luar Negeri AS menegaskan kembali dukungannya.

Filipina dan AS memiliki Perjanjian Pertahanan Bersama, yang membuat keduanya membela satu sama lain jika diserang. Kerja sama itu telah meningkatkan ketegangan di kawasan sengketa tersebut.

Para pejabat Filipina mengatakan, penerapan perjanjian tersebut akan menjadi masalah serius, meskipun konsultasi sedang dilakukan antara kedua negara.

Baca Juga: China Siap Jadi Negosiator Damai Perang Rusia-Ukraina

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya