Mayoritas Warga Swiss Larang Burkak, Referendum Dilakukan Maret

Penutup wajap penuh jarang digunakan warga Swiss

Bern, IDN Times - Pada 7 Maret tahun ini Swiss akan mengadakan referendum mengenai penggunaan burkak dan niqab di tempat publik. Mengenai referendum pelarangan tersebut pemerintah harap warga nantinya menolak larangan, namun tampaknya itu akan sulit terjadi karena pada hasil survei yang diterbitkan pada hari Jumat, 22 Januari menunjukkan mayoritas warga Swiss setuju pelarangan burkak dan niqab.

1. 63 persen memilih mendukung pelarangan

Mayoritas Warga Swiss Larang Burkak, Referendum Dilakukan MaretIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Melansir dari Urdu Point, pada Jumat, 22 Januari sebuah survei mengenai pelarangan penggunaan burkak dan niqab, yang dirilis oleh perusahaan media TX Group AG bersama dengan surat kabar 20 Minuten hasilnya menunjukkan lebih dari 60 persen warga Swiss setuju dengan larangan tersebut. 

Survei tersebut dilakukan kepada 15.000 responden dengan tingkat kesalahan 1,3 persen hasilnya yaitu 63 persen mendukung larangan penuh penutup wajah, 35 persen menolak larangan, 2 persen menolak untuk mengutarakan pendapatnya. Mereka yang mendukung larangan banyak dilakukan oleh warga Swiss yang berada di wilayah Swiss yang berbahasa Italia.

Dua kanton atau negara bagian di Swiss, St Gallen dan Ticino telah memberlakukan larangan penutup wajah penuh dalam pemungutan suara regional sebelumnya, namun juga ada kanton yang menolak larangan yaitu Zurich, Solothurn dan Glarus yang telah menolak melakukannya dalam beberapa tahun terakhir.

Gambaran tersebut tentunya menunjukkan kemungkinan pilihan warga terhadap larangan burkak dan niqab, yang akan dilakukan pada 7 Maret. 

2. Pemerintah sarankan warga tolak proposal

Mayoritas Warga Swiss Larang Burkak, Referendum Dilakukan MaretIlustrasi wanita yang pemakai burkak menentang aturan larangan burkak. Sumber:unplash.com/Liam McGarry

Melansir dari Al Jazeera, dalam proposal larangan yang diajukan tidak menyebutkan cadar secara eksplisit, hanya menyatakan bahwa, “tidak ada yang boleh menutupi wajah mereka di depan umum, atau di area yang dapat diakses oleh publik atau di area di mana layanan biasanya dapat diakses oleh semua."

Melansir dar Reuters, pada hari Selasa pemerintah telah menyarankan warga untuk menolak larangan dalam referendum nanti. Proposal larangan tersebut didukung oleh  "Komitee Egerkinger",  yang mencakup politisi sayap kanan Partai Rakyat Swiss (SVP), yang ikut berperan dalam referendum 2009 untuk melarang pembangunan menara masjid baru, yang disetujui oleh hampir 60 persen pemilih. Pembangunan menara dianggap tidak sesuai dengan budaya di Swiss.

Untuk melawan proposal tersebut pemerintah telah membuat proposal tandingan. Peraturan dalam proposal tandingan mengharuskan wanita yang mengenakan penutup wajah untuk memperlihatkan wajah mereka jika diperlukan untuk identifikasi di kantor administrasi atau di transportasi umum. Proposal tandingan akan berlaku, bila mayoritas warga memilih menolak larangan pada referendum nanti. Denda hingga 10.000 franc Swiss atau setara 159 juta rupiah dapat diberikan kepada siapa saja yang menolak, berdasarkan proposal yang berlawanan, yang akan berlaku jika proposal untuk larangan penutup wajah penuh ditolak dalam referendum.

Dalam sistem demokrasi langsung di Swiss, setiap proposal yang diajukan untuk mengubah konstitusi akan mendapatkan suara populer, bila pendukungnya mengumpulkan lebih dari 100.000 tanda tangan.

Negara Eropa yang telah memberlakukan larangan burkak dan niqab adalah Prancis dan Denmark.

Baca Juga: Viral! Peserta MTQ ke-37 Sumut Undur Diri Setelah Diminta Buka Cadar

3. Larangan akan rugikan pariwisata

Mayoritas Warga Swiss Larang Burkak, Referendum Dilakukan MaretFoto wanita yanh mengenakan burkak. Sumber:pexels.com/cottonbro

Melansir dari Al Jazeera, pemerintah Swiss telah mengatakan bahwa proposal larangan tersebut merupakan ide buruk. Menteri Kehakiman Swiss Karin Keller-Sutter telah mengatakan bahwa wanita yang mengenakan penutup wajah jarang terlihat di Swiss, yang sering terlihat mengenakan memakai penutup wajah di Swiss kebanyakan merupakan turis asing. Ia juga menyampaikan bahwa masalah larangan tersebut sebaiknya diputuskan oleh masing-masing kanton dari 26 kanton Swiss.

Pemerintah juga mengatakan bahwa larangan akan merusak kedaulatan kanton dan merusak pariwisata. Montreux dan tujuan lain di sekitar Danau Jenewa serta Interlaken di Swiss telah menarik minat para turis yang beragama Islam, terutama mereka yang berasal dari negara-negara Teluk Arab yang kaya raya.

Swiss memiliki jumlah penduduk sebanyak 8,6 juta orang dan penduduk yang beragama Islam hanya berkisar 5 persen penduduk Swiss.  Burkak dan niqab yang sering digunakan wanita muslim dan jumlah muslim yang sangat sedikit di Swiss tentunya menimbulkan pertanyaan untuk apa peraturan tersebut diberlakukan.

Baca Juga: AS Labeli Swiss dan Vietnam Sebagai Manipulator Mata Uang

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya