Pria Senegal Bersalah atas Tewasnya 4 Migran di Selat Inggris

Pelaku mengemudikan perahu yang berisi migran

Jakarta, IDN Times - Ibrahima Bah, seorang migran asal Senegal dinyatakan bersalah terkait kematian empat migran oleh pengadilan Inggris pada Senin (19/2/2024). Dia mengemudikan perahu karet yang tenggelam di selat Inggris pada Desember 2022, dengan imbalan penyeberangan gratis dari penyelundup.

Perahu itu berkualitas rendah dan tidak boleh menampung lebih dari 20 orang, tapi perahu itu berlayar dari Prancis dengan membawa setidaknya 43 migran lainnya.

Atas tindakan ini migran tersebut dinyatakan bersalah atas pembunuhan tidak disengaja. Dia juga diputuskan bersalah memfasilitasi pelanggaran hukum imigrasi.

Baca Juga: Wanita Inggris Dipenjara 7 Tahun karena Bantu Anak Perempuan Sunat

1. Pengemudi perahu mengaku diancam

Pria Senegal Bersalah atas Tewasnya 4 Migran di Selat InggrisIlustrasi perahu migran. (Unsplash.com/Jametlene Reskp)

Dilansir BBC, Bah mengatakan diserang oleh penyelundup dan diancam dibunuh jika tidak mengemudikan perahu tersebut. Namun, jaksa Libby Clark mengatakan tidak ada bukti langsung bahwa Bah diserang dan itu bukan pembelaan yang dapat dipertahankan.

“Jika kita mempertimbangkan tindakannya saat kapal itu melaju, dia bisa saja menolak untuk masuk. Dia bisa saja pergi dengan perahu untuk jarak yang pendek jika dia takut dan kemudian kembali karena menurutnya itu terlalu berbahaya. Namun, dia terus melaju bahkan setelah sekitar setengah jam perjalanan, perahu itu terendam air dan orang-orang mendengar suara tusukan dan desisan saat perahu mengempis," kata Clark.

Jaksa Duncan Atkinson mengatakan sebagai pengemudi Bah memiliki kewajiban untuk memastikan keselamatan dan melindungi mereka dari risiko besar terhadap hidup mereka. Atkinson mengatakan Bah tidak memiliki pelatihan atau pengalaman, sementara perahu tidak memiliki lampu atau peralatan keselamatan seperti suar.

Perjalanan tersebut dinavigasi oleh dua pria Afghanistan di depan perahu dengan menggunakan telepon seluler.

Setelah diselamatkan Bah mengatakan kepada polisi bahwa dia melakukan perjalanan dari Senegal ke Mali, Aljazair dan Libya, sebelum melakukan perjalanan dengan perahu dari Libya ke Italia menggunakan penyelundup.

2. Diyakini masih ada satu jenazah yang belum ditemukan

Pengadilan mengatakan bahwa para awak kapal nelayan Inggris menemukan kapal yang tenggelam dan mencoba menyelamatkan para migran itu. Penyelamatan juga dibantu ambulans udara dan Pasukan Perbatasan Inggris.

Sebanyak 39 orang yang selamat dibawa ke pantai di Dover. Jumlah pasti migran yang tenggelam tidak diketahui karena tampaknya setidaknya ada satu jenazah yang diyakini belum ditemukan.

Salah satu penumpang, Ahmadi, dari Afghanistan, mengatakan bahwa dia berada di kapal tersebut, tapi tidak tahu siapa yang mengemudi karena saat itu gelap. Ahmadi mengatakan setelah berusaha mengeluarkan air dari perahu dengan botol, ia terjun ke laut untuk mencoba berenang menuju perahu nelayan. Namun, cuaca air yang sangat dingin membuatnya merasa seperti mati setelah sekitar lima menit.

“Satu orang tidak memiliki jaket pengaman. Saya berenang menghampirinya, tapi dua menit kemudian saya tinggalkan karena saya sadar dia sudah meninggal,” kata Ahmadi.

Baca Juga: Senegal Blokir Internet di Tengah Demonstrasi Penundaan Pemilu

3. Inggris berusaha hentikan migran lakukan perjalanan berbahaya

Pria Senegal Bersalah atas Tewasnya 4 Migran di Selat InggrisBendera Inggris Raya. (Unsplash.com/simon frederick)

Dilansir Associated Press, pemerintah Inggris menjadikan upaya untuk menghentikan migran melakukan perjalanan berbahaya melintasi Selat Inggris sebagai salah satu prioritas utama. Lebih dari 29 ribu orang melakukan penyeberangan berbahaya pada tahun 2023, jumlah itu turun dari 42 ribu pada tahun sebelumnya.

Inggris telah memperkenalkan peraturan yang lebih keras yang dirancang untuk menghalangi para pencari suaka, termasuk undang-undang kontroversial yang mengirim sejumlah migran dalam Rwanda, di mana permohonan suaka mereka akan diproses.

Mengirim migran ke Rwanda telah dikritik oleh kelompok hak asasi manusia, yang menyebut rencana tersebut tidak manusiawi dan tidak bisa dilaksanakan. Hingga saat ini belum ada seorang pun yang dikirim ke Rwanda.

Baca Juga: 3 Orang Tewas dalam Protes Penundaan Pemilu di Senegal

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya