Protes di Tunisia Picu Presiden Pecat Perdana Menteri

Keputusan Saied dianggap tidak mengejutkan

Tunis, IDN Times - Presiden Tunisia Kais Saied telah mengumumkan penangguhan parlemen dan pemecatan Perdana Menteri Hichem Mechichi setelah protes besar-besaran terjadi di Tunisia pada Minggu (25/7/2021). Pengunjuk rasa marah terhadap pemerintah yang dianggap salah dalam mengurusi negara dan gagal dalam penanganan COVID-19.

1. Keputusan presiden disambut dengan gembira oleh pengunjuk rasa

Dilansir The Guardian, penangguhan parlemen dan pemecatan Hichem Mechichi sebagai perdana menteri dirayakan dengan gembiara oleh para warga yang memadati jalan-jalan di Tunisia, termasuk di ibu kota, Tunis. Orang-orang berkumpul bersorak merayakan keputusan presiden. Presiden Saied dikabarkan bergabung dengan orang-orang di Tunis pada Senin pagi yang merayakan keputusannya untuk menggulingkan pemerintah.

Dilansir Al Jazeera, keputusan Presiden Saied ini dilakukan setelah pertemuan darurat di istananya setelah ribuan warga Tunisia turun pada hari Minggu melakukan protes menentang pembatasan COVID-19 di Tunis dan kota-kota lain. Para pengunjuk rasa yang kebanyakan para kaum muda berteriak, “Keluar!” dan slogan-slogan yang menyerukan pembubaran parlemen, menuntut Perdana Menteri Mechichi mundur, dan segera melaksanakan pemilihan umum.

Protes diserukan pada peringatan 64 tahun kemerdekaan Tunisia oleh sebuah kelompok baru yang disebut Gerakan 25 Juli. Banyak pasukan keamanan dikerahkan Tunis untuk memblokir semua jalan menuju arteri utama ibu kota, Avenue Bourguiba, yang merupakan situs revolusi Tunisia 10 tahun lalu yang menjatuhkan pemerintahan diktator dan memicu Revolusi Musim Semi Arab.

Kemarahan para pengunjuk rasa telah ditujukan kepada Partai Ennahdha yang memerintah, pengunjuk rasa mencoba menyerbu kantor Ennahdha di Monastir, Sfax, El Kef dan Sousse, sementara di Tozeur mereka membakar markas lokal partai.

2. Tindakan presiden dianggap sebagai kudeta

Protes di Tunisia Picu Presiden Pecat Perdana MenteriPresiden Tunisia, Kais Saied, saat melakukan pertemuan pertemuan darurat dengan pejabat militer dan keamanan. (Twitter.com/Tunisian Presidency - الرئاسة التونسية)

Presiden Saied membela tindakannya dengan menyampaikan bahwa itu sejalan dengan konstitusi, dia mengutip pasal 80 untuk menangguhkan parlemen, jika “bahaya akan segera terjadi”, maka parlemen boleh ditangguhkan.

Dilansir BBC, keputusan presiden Saied oleh pimpinan parlemen, yang juga pemimpin Ennahdha, Rached Ghannouchi menuduh presiden telah melakukan "kudeta terhadap revolusi dan konstitusi". Dia menentang penangguhah parlemen dan menyampaikan bahwa rakyat Tunisia akan membela revolusi yang telah dilakukan.

Revolusi 10 tahun lalu tidak memberikan perubahan yang sesuai keinginan rakyat Tunisia. Saat ini negara sedang berjuang melawan krisis ekonomi yang mendalam dan merupakan salah satu negara di Afrika yang terpuruk dalam menghadapi virus corona, dilaporkan bahwa ada 18 ribu orang meninggal karena penyakit tersebut dan kasus telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir, yang membuat ekonomi semakin goyah.

Untuk meredam kemarahan warga pada minggu lalu Mechichi memecat menteri kesehatan, tapi ini tidak banyak membantu meredakan kemarahan orang.

Baca Juga: Tunisia Pecat Menkes Atas Lonjakan Kasus COVID-19

3. Krisis politik di Tunisia

Protes di Tunisia Picu Presiden Pecat Perdana MenteriWarga di Tunisia yang melakukan unjuk rasa pada 25 Juli 2021. (Twitter.com/sebastian usher)

Dilansir The Guardian, Saied, seorang independen tanpa partai, bersumpah untuk merombak sistem politik yang kompleks yang dilanda korupsi. Pemilihan terakhir menghasilkan ruang yang terfragmentasi di mana tidak ada partai yang memegang lebih dari seperempat kursi.

Ennahdha, yang dipimpin oleh Ghannouchi dilarang sebelum revolusi, tapi kini telah menjadi partai yang paling sukses secara konsisten sejak 2011 dan anggota pemerintahan koalisi berturut-turut.

Kelas politik di Tunisia telah terpecah-pecah, sehingga menghalangi dalam membentuk pemerintahan yang efektif dan langgeng. Sejak Saied terpilih sebagai presiden pada 2019, ia telah terkunci dalam pertikaian dengan Mechichi dan Ghannouchi. Persaingan keduanya telah menghalangi penunjukan menteri dan mengalihkan sumber daya dari menangani banyak masalah ekonomi dan sosial di Tunisia.

Wartawan yang berbasis di Tunis, Rabeb Aloui, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tindakan Saied tidak mengejutkan, dia sebelumnya telah mengancam akan membubarkan parlemen dan memecat perdana menteri. Dia mengatakan sejak September 2020 warga Tunisia telah hidup di bawah krisis politik.

Baca Juga: Aksi Mogok Makan, Mantan Capres Tunisia Dilarikan ke RS 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya