Uganda Laporkan 14 Kasus Virus Ebola Baru di Ibu Kota

Pada awal bulan ada pasien Ebola yang meninggal di Kampala

Jakarta, IDN Times - Otoritas Kesehatan Uganda, Senin (24/10/2022), mengumumkan bahwa sudah ada 14 kasus virus Ebola yang dikonfirmasi di ibu kota Kampala setelah mengkonfirmasi sembilan kasus baru.

Menteri Kesehatan Jane Ruth Aceng mengkonfirmasi bahwa semua kasus itu teridentifikasi dalam 48 jam dan merupakan varian Sudan.

Baca Juga: AS Wajibkan Pemeriksaan Ebola bagi Orang yang Datang dari Uganda

1. Sebagian besar kasus di ibu kota terkait pasien yang telah meninggal

Uganda Laporkan 14 Kasus Virus Ebola Baru di Ibu KotaIlustrasi perawatan pasien Ebola. (Pixabay.com/bhossfeld)

Melansir Reuters, virus Ebola berada di ibu kota pada awal bulan ini setelah seroang pasien yang sudah tertular di wilayah distrik Kassanda datang ke Kampala untuk mencari perawatan medis. Pasien itu kini telah meninggal.

Aceng dalam keterangannya di Twitter memberitahu bahwa tujuh dari sembilan kasus positif yang dilaporkan di ibu kota pada hari Minggu adalah anggota keluarga dari pria yang meninggal dan berasal dari lingkungan Kampala Masanafu. Seorang lagi yang positif adalah petugas kesehatan yang merawat pasien yang meninggal itu.

"Rekan Uganda, mari kita waspada. Laporkan diri kamu jika kamu memiliki kontak atau mengetahui orang yang pernah melakukan kontak," kata Aceng.

Emmanuel Ainebyoona, juri bicara Kementerian Kesehatan Uganda mengatakan semua pasien di Kampala telah diisolasi setelah menunjukkan adanya gejala, yang dilakukan untuk mengurangi kemungkinan mereka menularkan virus. Ainebyoona memberitahu bahwa saat ini di ibu kota ada 1.800 kontak pasien.

“Ada Ebola di Kampala, tidak diragukan lagi. Hal yang bagus adalah kami sudah memiliki fasilitas isolasi di Mulago. Kami sedang menyiapkan lapangan bermain di Mulago. Kami memiliki fasilitas isolasi di Entebbe. Dan sebagian besar orang yang diuji adalah kontak yang berada dalam isolasi dan karantina kami," kata Ainebyoona.

Baca Juga: WHO Rekomendasikan 2 Perawatan untuk Hindari Kematian akibat Ebola

2. Uganda telah melaporkan lebih dari 90 kasus

Wabah virus Ebola di Uganda pada tahun ini pertama kali dilaporkan pada bulan September di bagian pedesaan Uganda tengah. Semua kasus yang dikonfirmasi merupakan varian Sudan.

Hingga saat ini, Uganda telah mengkonfirmasi lebih dari 90 kasus, termasuk setidaknya 44 kematian akibat virus. Hal itu berdasarkan pernyataan oleh Kementerian Kesehatan Uganda dan Organisasi Kesehatan Dunia.

Virus Ebola dapat membunuh sekitar setengah dari orang yang terinfeksi. Gejalanya yang ditimbulkan, termasuk membuat tubuh sangat lemas, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, muntah, dan diare.

Baca Juga: Lawan Penyebaran Ebola, Uganda Lockdown 2 Distrik Selama 21 Hari

3. Pengobatan Ebola di Uganda menghadapai hambatan

Uganda Laporkan 14 Kasus Virus Ebola Baru di Ibu KotaIlustrasi pemeriksaan terhadap pasien Ebola. (Unsplash.com/Hush Naidoo Jade Photography)

Melansir VOA News, petugas kesehatan di seluruh Uganda memiliki hambatan dalam menangani wabah Ebola. Dr. Sam Oledo, presiden Asosiasi Medis Uganda, mengatakan kebiasaan masyarakat yang mencari pengobatan lokal dan pengobatan dari ahli herbal menjadi tantangan dan menempatkan petugas kesehatan dalam risiko.

“Jika kamu adalah kontak dari seseorang yang berada di bawah isolasi, laporkan diri kamu, selain kamu menyembunyikan dan mempengaruhi semua orang. Tapisekarang, anggota masyarakat adalah orang yang membantu kami untuk melaporkan ke pihak berwenang herbalis mana, tradisionalis Afrika mana yang merawat pasien," kata Oledo.

Pemerintah saat ini sedang dalam proses merekrut hampir 1.500 staf tambahan untuk memerangi wabah Ebola.

Penanganan virus tersebut juga mengalami hambatan karena saat ini belum ada vaksin yang terbukti ampuh untuk melawan varian Sudan, tidak seperti jenis Zaire yang lebih umum yang menyebar selama wabah baru-baru ini di negara tetangga Republik Demokratik Kongo.

Uganda saat ini telah menerima pasokan dua vaksin percobaan untuk varian Sudan, yang dibuat Oxford dari Inggris dan vaksin Sabin dari Amerika Serikat. Pihak berwenang sedang menunggu izin dari penyelidik medis sebelum meluncurkannya ke publik.

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya