Usir Ketua Buruh Eropa, Tunisia Disebut Cari Ribut dengan Pekerja 

Diperintahkan pergi dalam waktu 24 jam

Jakarta, IDN Times - Presiden Tunisia Kais Saied, pada Sabtu (18/2/2023), mengusir Ketua Konfederasi Serikat Buruh Eropa (ETUC) Esther Lynch. Saied menetapkan persona non grata kepada Lynch, ia harus meninggalkan Tunisia dalam waktu 24 jam.

Pria asal Irlandia itu diusir setelah mengikuti protes yang diselenggarakan Serikat Buruh Umum Tunisia (UGTT). Dia dianggap ikut campur urusan dalam negeri Tunisia.

1. Pengusiran dianggap menimbulkan konfrontasi

UGTT terkejut dengan pengusiran itu dan menyebut Tunisia hendak berkonfrontasi dengan serikat pekerja di seluruh dunia.

"Kami mengutuk keputusan yang tidak hanya mengandung konfrontasi terhadap UGTT, tetapi juga dengan gerakan serikat pekerja internasional", kata Sami Tahri, pejabat senior di UGTT, menambahkan bahwa Lynch mengalami pelecehan dan dilarang meninggalkan hotelnya untuk makan malam.

Ribuan anggota UGTT melakukan aksi unjuk rasa pada Sabtu, dengan turun ke jalan di delapan kota Tunisia. Mereka memprotes kebijakan Saied, menuduhnya berusaha mengekang kebebasan dasar termasuk hak berserikat, dilansir Reuters

Saied telah menutup parlemen pada 2021, merebut sebagian besar kekuasaan dan beralih ke pemerintahan melalui keputusan sebelum menulis konstitusi baru. Presiden pada minggu ini mengatakan bahwa pihak berwenang tidak menargetkan kebebasan, tapi berusaha meminta pertanggungjawaban semua orang secara setara.

Baca Juga: 10 Negara Terkaya di Afrika, Termasuk Tunisia?

2. Ikut memberikan pidato dalam protes

Usir Ketua Buruh Eropa, Tunisia Disebut Cari Ribut dengan Pekerja Ilustrasi aksi unjuk rasa. (Unsplash.com/Chris Slupski)

Melansir France 24, saat mengikuti protes buruh, Lynch memberikan pidato kepada ribuan pengunjuk rasa. Dia mengklaim menyampaikan pesan solidaritas dari 45 juta pekerja di seluruh Eropa.

"Kami mengatakan kepada pemerintah lepaskan serikat pekerja kami, bebaskan pemimpin kami," kata Lynch, menambahkan pemerintah harus duduk dan bernegosiasi dengan UGTT untuk mencari solusi atas kesengsaraan Tunisia.

Para demonstrasi menuntut pembebasan Anis Kaabi, pejabat senior UGTT, yang ditangkap pada 31 Januari menyusul aksi mogok oleh petugas pintu tol. Kaabi akan menghadapi persidangan mulai 23 Februari atas tuduhan menggunakan posisinya untuk merugikan otoritas publik.

Serikat menggambarkan penangkapannya sebagai pukulan terhadap buruh dan pelanggaran hak pekerja.

Othmane Jallouli, wakil ketua UGTT, mengatakan bahwa sejak hari ini, setiap anggota serikat dapat dipecat hanya karena mengungkapkan pendapat.

Pemerintah Saied telah melakukan penangkapan terhadap beberapa tokoh anti-pemerintah, termasuk politisi, jurnalis, dan dua hakim.

3. Serikat buruh menolak pinjaman

Protes ini dilakukan saat Tunisia sedang dalam pembicaraan berlarut-larut dengan Dana Moneter Internasional untuk pinjaman bailout. UGTT telah memperingatkan pinjaman itu kemungkinan akan memerlukan langkah-langkah penghematan yang menyakitkan.

Demonstran di Sfax, tempat protes terbesar terjadi, meneriakkan "Tunisia tidak untuk dijual!" dan "tidak untuk menghapus subsidi!" Beberapa pengunjuk rasa mengangkat roti sebagai simbol protes atas melonjaknya biaya hidup.

Jallouli mengatakan pemerintah telah gagal menempatkan negara di jalur reformasi ekonomi dan sosial, yang berhasil dilakukan hanyalah menyerang serikat pekerja.

Baca Juga: Mali, Guinea dan Burkina Faso Ingin Gabung Kembali ke Blok Uni Afrika

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya