Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 Persen

Harga minyak mencapai titik terburuk 

New York, IDN Times - Harga minyak mentah mengalami penurunan terbesar sejak Perang Teluk 1991 pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Produsen utama Arab Saudi dan Rusia memulai perang harga yang mengancam akan membanjiri pasokan pasar minyak global.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei merosot US$ 10,91 dolar atau 24,1 persen, menjadi menetap di US$ 34,36 dolar per barel. Sementara, kontrak turun 31 persen pada awal sesi menjadi US$ 31,02 dolar, tingkat terendah sejak 12 Februari 2016.

1. Minyak mentah WTI turut jatuh 24,6 persen

Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 PersenKilang minyak Pertamina. IDN Times/Surya Aditya

Dikutip dari Antara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April jatuh US$ 10,15 dolar atau 24,6 persen, menjadi ditutup di US$ 31,13 dolar per barel. WTI sebelumnya anjlok 33 persen menjadi 27,34, juga yang terendah sejak 12 Februari 2016.

Kemerosotan hampir 25 persen dalam harga minyak memicu penjualan panik dan kerugian besar pada indeks saham utama Wall Street. Penyebaran cepat virus corona memperkuat kekhawatiran akan resesi global.

Arab Saudi dan Rusia sama-sama menyatakan akan meningkatkan produksi pada akhir pekan. Hal itu dilakukan setelah pakta tiga tahun antara mereka dan produsen minyak utama lainnya untuk membatasi pasokan gagal disepakati pada Jumat (6/3).

2. Moskow menolak dukung OPEC dalam pengurangan produksi minyak yang dipicu wabah virus corona

Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 PersenAntara

Baca Juga: Pertamina Beli Minyak Mentah di AS, Erick Thohir: Hemat Rp280 Miliar

Sementara, Moskow telah menolak untuk mendukung Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam melakukan pengurangan minyak yang lebih dalam untuk mengatasi penurunan permintaan secara substansial. Penurunan itu disebabkan oleh dampak virus corona terhadap perjalanan dan kegiatan ekonomi.

Senin (9/3) menandai penurunan persentase satu hari terbesar untuk kedua kontrak acuan minyak sejak 17 Januari 1991, ketika harga minyak turun sepertiga pada permulaan Perang Teluk AS. Volume perdagangan di bulan depan untuk kedua kontrak mencapai rekor tertinggi.

3. Exxon dan Chevron rugi besar sejak Oktober 2008

Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 PersenANTARA FOTO/Reno Esnir

Tak hanya itu, harga saham-saham energi juga telah turun tajam. Produsen serpih (shale) mulai memangkas pengeluaran untuk mengantisipasi pendapatan yang lebih rendah.

Saham Exxon turun lebih dari 12 persen, persentase kerugian satu hari terbesar sejak 15 Oktober 2008, puncak krisis keuangan. Kemudian, saham Chevron jatuh lebih dari 15 persen, kerugian terbesar sejak kejatuhan pasar "Black Monday" Oktober 1987.

"Selama akhir pekan, setiap perusahaan mengurangi jumlah (kontrak) mereka dan pada dasarnya serpih masuk ke mode bertahan hidup dalam hal pengeluaran modal dan aktivitas," kata Dan Yergin, wakil ketua IHS Markit

4. Arab Saudi akan memangkas harga ekspor

Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 PersenDok Istimewa/Ditpolair Polda Kalteng

Arab Saudi berencana untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya di atas 10 juta barel per hari (bph) pada April dari 9,7 juta bph dalam beberapa bulan terakhir. Selain itu, kerajaan memangkas harga ekspor pada akhir pekan untuk mendorong pabrik penyulingan membeli lebih banyak.

Rusia, salah satu produsen top dunia bersama Arab Saudi dan Amerika Serikat, juga mengatakan mereka dapat meningkatkan produksi dan dapat mengatasi harga minyak yang rendah selama enam hingga 10 tahun.

OPEC, Rusia dan produsen lain telah bekerja sama selama tiga tahun untuk menahan pasokan dalam kelompok yang dikenal sebagai OPEC+. Negara-negara lain dalam kelompok itu kemungkinan akan meningkatkan pasokan dan memangkas harga untuk bersaing, menambah pasar yang sudah dibanjiri minyak mentah.

“Prognosis untuk pasar minyak bahkan lebih mengerikan daripada pada November 2014, ketika perang harga seperti itu dimulai, karena terjadi di depan kejatuhan permintaan minyak signifikan akibat virus corona,” kata Goldman Sachs.

Arab Saudi, Rusia, dan produsen besar lainnya terakhir berebut untuk mendapatkan pangsa pasar pada 2014 dalam upaya menekan produksi dari Amerika Serikat, yang belum bergabung dengan pakta pembatasan produksi apa pun dan sekarang menjadi produsen minyak mentah terbesar dunia berkat laju yang cepat peningkatan produksi dari sektor serpih.

Wabah global dari virus corona mendorong pemimpin OPEC secara de facto Arab Saudi untuk mencari pengurangan produksi tambahan dari kelompok OPEC+. Lebih dari 110.000 orang telah terinfeksi di 105 negara dan wilayah serta 3.800 orang telah meninggal, sebagian besar di Tiongkok daratan, menurut penghitungan Reuters.

5. Permintaan minyak akan berkontraksi 9.000 barel per hari pada 2020

Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 Persen(Lokasi Megaproyek Grass Root Refinery di Kilang Minyak Tuban, Jawa Timur) IDN Times/Dwifantya Aquina

Upaya Tiongkok untuk mengekang wabah virus corona telah mengganggu ekonomi terbesar kedua di dunia itu dan memotong pengiriman ke importir minyak terbesar. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan minyak akan mengalami kontraksi pada 2020 untuk pertama kalinya sejak 2009. Badan itu memangkas perkiraan tahunannya dan mengatakan bahwa permintaan akan berkontraksi sebesar 90.000 barel per hari pada 2020 dari 2019.

Bank-bank besar juga telah memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan mereka. Morgan Stanley memperkirakan Tiongkok akan memiliki pertumbuhan permintaan nol pada 2020, sementara Goldman Sachs melihat kontraksi 150.000 barel per hari dalam permintaan global.

Bank of America mengurangi perkiraan harga minyak mentah Brent menjadi 45 dolar AS per barel pada 2020 dari 54 dolar AS per barel.

"Pergeseran radikal dalam kebijakan menunjukkan bahwa Saudi akan memungkinkan persediaannya meningkat tajam selama tiga kuartal berikutnya," kata laporan Riset Global Bank of America. "Sebagai hasilnya, kami sekarang memperkirakan harga minyak Brent untuk sementara turun ke kisaran 20 dolar AS selama beberapa minggu mendatang."

6. Harga minyak mentah diprediksi akan semakin anjlok

Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 PersenIlustrasi kapal tanker pengangkut minyak. (Sumber: tambang.co.id)

Dikutip dari The Straits Times, penurunan minyak juga memantul di pasar keuangan. Futures pada Indeks S&P 500 naik sebanyak 5 persen di perdagangan New York, memicu pembatasan perdagangan. Beberapa pasar Asia mengalami penurunan terburuk sejak krisis keuangan global 2008.

Nikkei Jepang merosot 5,1 persen pada penutupan, sementara pasar komoditas-Australia menukik turun 7,3 persen. Indeks Kospi Korea Selatan diperdagangkan turun 4,3 persen. Pasar Hong Kong dan Tiongkok tidak terlalu terpukul. Indeks Hang Seng turun 3,8 persen, sementara Shanghai Composite index turun 2,8 persen. Di Singapura, Straits Times Index turun 142,91 poin atau 4,8 persen menjadi 2.818,07 pada 14:13.

Dengan permintaan minyak yang sudah anjlok karena dampak ekonomi dari virus corona, para pedagang memperkirakan harga akan semakin rendah. "Pasar minyak sekarang dihadapkan dengan dua guncangan bearish yang sangat tidak pasti dengan hasil yang jelas dari penjualan harga yang tajam," kata Jeffrey Currie, kepala penelitian komoditas di Goldman Sachs di New York.

7. Pemerintah meracik berbagai kebijakan fiskal

Fakta-fakta yang Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok 25 PersenIDN Times / Auriga Agustina

Di Indonesia, pemerintah tengah mempertimbangkan berbagai kebijakan fiskal untuk mengurangi dampak virus corona dan anjloknya minyak dunia. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, kekhawatiran mengenai virus corona di seluruh dunia telah menyebabkan koreksi sangat tajam di pasar keuangan.

"Jadi kita juga harus mengantisipasi dampaknya terhadap lembaga-lembaga keuangan.Apakah itu dari sisi penyaluran kredit, apakah dari sisi performance kredit, dan juga dari sisi kemampuan menghadapi stress test. Jadi untuk tahun 2020, kita akan terus menggunakan instrumen fiskal kita," ungkapnya di Istana Negara, Senin (9/3).

Di sisi lain, ungkap Sri, penerimaan dari sisi migas maupun penerimaan pajak yang lain juga akan mengalami tekanan. Oleh karena itu, pada APBN 2020 defisitnya akan meningkat.

"Saat ini kita mengindikasikan, defisit itu ada di dalam kisaran 2,2 hingga 2,5. Namun kita akan lihat nanti dari sisi penerimaan maupun dari sisi belanjanya," kata Sri.

Baca Juga: Respons Pernyataan Trump soal Iran, Harga Minyak Mentah Merosot Tajam 

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya