Menlu RI Retno Marsudi di SDGs Summit 2023 (IDN Times/Vanny El Rahman)
Sementara itu, Indonesia memiliki catatan positif seputar pencapaian SDGs di dalam negeri. Berdasarkan data Bappenas, 63 persen indikator SDGs mencapai target dan 15 persen menunjukkan tren membaik. Jika diakumulasi, maka 78 persen indikator SDGs telah tercapai dan punya tren membaik.
“Masih ada 22 persen yang perlu perhatian khusus,” kata Retno.
Menurut Tri, banyak negara mengapresiasi Kartu Prakerja sebagai jaring pengaman sosial dan platform untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Alhasil, di tengah krisis pandemik COVID-19, Indonesia dinilai tidak mengalami kemunduran signifikan dalam mengejar target SDGs 2030.
“Kartu Prakerja menarik perhatian negara lain untuk ditiru dan dipelajari. Banyak juga yang tertarik karena Kartu Prakerja praktiknya tidak hanya melibatkan pemerintah, tapi juga tapi juga lembaga sosial masyarakat (LSM), yayasan, dan kelompok masyarakat yang sangat memberikan kontribusi positif,” ungkap Tri.
Sayangnya, torehan positif Indonesia tidak selaras dengan capaian SDGs kawasan. Menurut laporan United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) pada 2023, progres SDGs di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara baru mencapai 14,4 persen. Bahkan, diperkirakan 90 persen target SDGs tidak bisa tercapai pada 2030 dan perlu 42 tahun lagi untuk mencapai SDGs.
Bertolak dari kondisi tersebut, Retno mengutarakan keinginannya untuk “mengawinkan” SDGs dengan Visi Komunitas ASEAN 2025 dan 2045. Retno, sebagai Ketua ASEAN 2023, menegaskan bahwa negara Asia Tenggara berkomitmen merealisasikan SDGs di kawasan.
Hanya saja, tantangan pertama yang akan dihadapi ASEAN adalah kesenjangan antara negara anggota. Retno berharap program Initiative for ASEAN Integration dapat memperkecil kesenjangan di kawasan, khususnya bagi negara Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Pada saat yang sama, Retno berharap negara-negara berkembang, khususnya di Asia Tenggara, mendapat kesempatan untuk menggalakkan pembangunan dan hilirisasi industri. Seruan itu tidak lepas dari fakta bahwa kebanyakan negara berkembang hanya menjual raw material, yang kemudian produk olahannya masuk kembali ke negara berkembang dengan harga lebih mahal.
Pada konteks itu, ASEAN siap menjadikan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sebagai nilai tawar. Sebab, Nikel yang merupakan komponen dasar EV adalah “harta karun” di Asia Tenggara. Indonesia diketahui memiliki 26 persen cadangan nikel dunia. Ada juga Filipina yang masuk dalam lima besar cadangan nikel dunia.
“Dan sebagai Ketua ASEAN, Indonesia mendorong ASEAN sebagai hub kawasan untuk EV dan berperan dalam rantai pasok global, serta mendorong pembangunan hijau untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth,” kata Retno.