Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pahalgam, India (unsplash.com/Abdul Muiz Khan)
Pahalgam, India (unsplash.com/Abdul Muiz Khan)

Jakarta, IDN Times - Kawasan wisata populer Pahalgam di Jammu dan Kashmir, India, kini mendadak sepi usai serangan mematikan pada Selasa (22/4/2025). Hampir hotel dan pertokoan di sana telah tutup karena ditinggal pergi para wisatawan.

“Saya sangat sibuk kemarin pagi, saya bahkan tidak punya waktu untuk berbicara dengan siapa pun,” kata Mushtaq Ahmad, seorang pemilik restoran yang terpaksa menutup bisnisnya pada Rabu (23/4/2025), kepada Al Jazeera.

"Kami dikutuk selamanya. Saya rasa industri ini tidak akan pulih sekarang," ujarnya dengan nada pesimis.

Pengusaha hotel lainnya, Arshad Ahmad, mengatakan bahwa ia sempat kewalahan melayani banyaknya tamu tahun ini. Namun kini, semuanya berubah drastis.

“Seluruh 20 kamar saya sudah dipesan untuk bulan depan. Tetapi segalanya berubah dalam semalam. Semua pelanggan saya berangkat pagi-pagi sekali. Mereka sedih, ketakutan, dan terkejut," ujarnya.

1. Sebagian besar masyarakat Kashmir bergantung pada industri pariwisata

Sedikitnya 26 orang tewas dan 17 lainnya terluka akibat serangan kelompok bersenjata di padang rumput Baisaran, kawasan trekking indah di Pahalgam. Sebagian besar korban adalah turis. Kelompok bersenjata Front Perlawanan (TRF) mengaku bertanggung jawab atas serangan paling mematikan di wilayah tersebut dalam 25 tahun terakhir.

Ribuan wisatawan bergegas pun meninggalkan Kashmir usai kejadian itu. Hal ini menjadi pukulan besar bagi masyarakat lokal, yang sebagian besar bergantung pada industri pariwisata.

Gulzar Ahmad Wani, seorang sopir taksi, biasanya dapat menghasilkan hingga 52 dolar AS (sekitar Rp840 ribu) per hari dengan mengantarkan para turis ke berbagai tempat wisata di Pahalgam. Namun, sejak serangan pada Selasa, semua pemesanannya dibatalkan dan para pengunjung yang telah datang langsung meninggalkan wilayah tersebut.

“Apa yang terjadi ini ibarat menuangkan sebotol racun ke dalam hidangan yang baru saja disiapkan. Ini seharusnya musim puncak wisata, dan kami berharap bisa mempertahankan momentum ini untuk mendapatkan penghasilan yang layak tahun ini," ungkapnya.

2. Berdampak jangka panjang bagi perekonomian Kashmir

Dilansir dari The New Indian Express, Ketua Dewan Keterampilan Pariwisata dan Perhotelan (THSC), Jyoti Mayal, mengatakan bahwa insiden tersebut merupakan pukulan berat bagi upaya gabungan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata Kashmir pasca-COVID-19.  

"Saya berbicara dengan beberapa hotel di Pahalgam, mereka mengatakan bahwa sebagian besar pemesanan mereka dibatalkan; lebih dari 60 persen telah dibatalkan. Insiden ini akan menjadi kemunduran besar bagi seluruh industri," kata Mayal.

Suhail Ahmad, yang memiliki sedikitnya tiga hotel di Srinagar dan Pahalgam, mengatakan bahwa pembunuhan terhadap wisatawan tak bersalah akan berdampak jangka panjang bagi perekonomian wilayah tersebut.

“Insiden ini sangat disayangkan dan harus dikutuk. Hal ini harus diselidiki dengan tepat. Ini belum pernah terjadi di sini. Ini akan menghancurkan industri pariwisata di Kashmir. Wilayah ini 90 persen bergantung pada wisatawan,” ujarnya.

Menurut angka resmi, lebih dari 23 juta wisatawan mengunjungi wilayah Jammu dan Kashmir yang dikelola India pada 2024. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat tahun ini.

3. Investasi terhadap Kashmir akan berkurang

Sementara itu, para pakar ekonomi berpendapat bahwa berita mengenai serangan di Pahalgam dapat menghalangi masuknya investasi langsung ke Kashmir.

“Indikator utama untuk aktivitas ekonomi yang baik adalah seberapa banyak berita positif yang keluar dari wilayah tersebut. Ketika pariwisata meningkat, rasa positif terhadap investasi juga meningkat. Dalam 3 tahun terakhir, rasio investasi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) wilayah ini meningkat, meskipun sedikit," kata Ejaz Ayoub, seorang ekonom yang berbasis di Srinagar. 

Meski demikian, ia meyakini bahwa eksodus wisatawan tidak akan melemahkan perekonomian wilayah tersebut seperti yang digambarkan oleh media arus utama India.

"Kontribusi pariwisata terhadap PDB kami secara keseluruhan sangat kecil. Industri perhotelan di wilayah ini menghasilkan 324 juta dolar AS (sekitar Rp4,86 triliun) per tahun, yang hanya menyumbang 1 persen dari PDB kami. Jika mempertimbangkan efek turunannya melalui sektor sekunder dan tersier, seperti operator tur atau individu yang terkait dengan gig-economy seperti penunggang kuda, angka ini bisa mencapai 720 juta dolar AS (sekitar Rp10,8 triliun rupiah)," jelasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama