Laporan IAEA menyebut Iran telah memiliki 408,6 kilogram uranium yang diperkaya hingga kemurnian 60 persen per 17 Mei 2025. Jumlah ini naik hampir 50 persen, atau sekitar 133,8 kilogram, dibandingkan laporan Februari.
IAEA menilai volume uranium tersebut secara teknis cukup untuk membuat sembilan hingga sepuluh senjata nuklir. Iran bisa memurnikannya lebih lanjut hingga mencapai tingkat 90 persen, yang merupakan ambang batas untuk senjata nuklir.
Selain itu, IAEA juga menyampaikan kekhawatiran terhadap dugaan aktivitas nuklir Iran yang tidak dilaporkan sebelumnya. Aktivitas ini diduga melibatkan material nuklir di tiga lokasi yang telah lama diselidiki, yaitu Lavisan-Shian, Varamin, dan Turquzabad.
Iran sendiri selalu menyatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Teheran juga mengklaim telah bekerja sama baik dengan IAEA, termasuk memberi akses dan penjelasan terkait situs yang dipertanyakan.
"Tuduhan IAEA didasarkan pada klaim mengenai beberapa aktivitas dan lokasi yang tidak diumumkan dari puluhan tahun lalu. Iran telah berulang kali menyatakan tidak pernah punya situs atau aktivitas nuklir yang tidak diumumkan," kata Kementerian Luar Negeri dan Organisasi Atom Iran, dilansir Iran International.