Iran: Trump Bohong soal Rencana Perdamaian di Timur Tengah

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump selama kunjungan ke negara-negara Teluk. Khamenei menuduh Trump berbohong saat menyatakan ingin menggunakan pengaruh AS untuk perdamaian di kawasan tersebut.
"Rencana AS di Timur Tengah telah gagal. Mereka harus angkat kaki dari kawasan ini," ujar Khamenei.
Pernyataan Khamenei disampaikan di Teheran pada Sabtu (17/5/2025), sehari setelah Trump menyelesaikan turnya di Uni Emirat Arab. Sebelumnya, Trump mendesak Iran untuk segera menanggapi proposal AS terkait program nuklir Teheran.
1. Khamenei nilai pernyataan Trump tak layak ditanggapi
Melansir Al Jazeera, Khamenei menilai pernyataan Trump selama kunjungannya tidak layak mendapat tanggapan sama sekali. Dia menyebut level pernyataan Trump sangat rendah dan merupakan aib bagi Trump sendiri serta bangsa AS.
Dia juga membantah klaim Trump soal penggunaan kekuatan AS untuk perdamaian. Khamenei justru menyalahkan AS karena mendukung Israel dalam konflik di Gaza.
"Trump ingin menggunakan kekuatan demi perdamaian. Dia berbohong. Dia dan pejabat AS menggunakan kekuatan untuk membantai Gaza, untuk mengobarkan perang di mana pun mereka bisa, dan untuk mendukung pasukan bayaran mereka sendiri," ujar Khamenei, dilansir dari Press TV.
Khamenei kemudian menyebut Israel sebagai sumber korupsi dan perang di kawasan Timur Tengah. Dia menggambarkan Israel sebagai tumor berbahaya yang harus dicabut dari kawasan tersebut.
2. Presiden Iran kritik ancaman Trump
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, juga mempertanyakan sikap Trump yang bicara soal perdamaian sambil melontarkan ancaman.
Dia menyampaikan kritiknya dalam acara angkatan laut di Teheran pada hari yang sama. Menurutnya, Iran akan tetap melanjutkan pembicaraan nuklir dengan AS dan tidak gentar dengan ancaman.
"Mana yang harus kami percaya? Di satu sisi, Trump bicara tentang perdamaian dan di sisi lain, dia mengancam Iran dengan senjata pembunuh massal," kata Pezeshkian, dilansir The New Arab.
3. Iran bantah telah menerima proposal nuklir AS

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, membantah klaim Trump bahwa proposal AS terkait negosiasi nuklir telah sampai ke pihaknya. Dia juga menyatakan Iran tidak akan mengorbankan haknya untuk melakukan pengayaan uranium.
Araqchi juga mengkritik Washington yang terus mengubah kerangka negosiasi.
"Sama sekali tidak dapat diterima bahwa AS berulang kali mendefinisikan kerangka baru untuk negosiasi yang akhirnya memperpanjang proses," kata Araqchi.
Putaran keempat pembicaraan Iran-AS tentang masalah nuklir baru saja berakhir di Oman pada Minggu lalu. Namun, putaran baru belum dijadwalkan hingga saat ini.
Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Kesepakatan tersebut sebelumnya ditandatangani antara Iran dan negara-negara besar dunia pada 2015. Penarikan ini diikuti dengan penerapan sanksi terberat AS terhadap Iran yang masih dipertahankan hingga kini.