Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Iran (unsplash.com/sina drakhshani)
Bendera Iran (unsplash.com/sina drakhshani)

Intinya sih...

  • Iran desak IAEA hentikan standar ganda.

  • Iran sebut IAEA tidak mengecam Israel dan AS dalam serangan Juni 2025

Jakarta, IDN Times - Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, pada Kamis (10/7/2025) meminta Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menghentikan praktik standar ganda jika ingin kerja sama nuklir dengan Teheran kembali dilanjutkan. Pernyataan ini disampaikan setelah Iran resmi menghentikan kerja sama dengan badan nuklir PBB tersebut.

Iran mengesahkan undang-undang yang menangguhkan seluruh bentuk kerja sama dengan IAEA. Keputusan ini diambil setelah ketegangan meningkat antara Iran dan badan pengawas nuklir dunia tersebut.

1. Latar belakang penangguhan kerja sama

Undang-undang ini menegaskan bahwa akses IAEA ke fasilitas nuklir Iran hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

“Kelanjutan kerja sama Iran dengan badan ini bergantung pada perbaikan standar ganda yang diterapkan IAEA terhadap program nuklir Iran,” menurut pernyataan Pezeshkian.

Presiden Pezeshkian juga mengatakan bahwa keputusan menangguhkan kerja sama diambil sebagai respons atas perilaku yang tidak profesional dan bias dari Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi.

2. Penarikan inspektur IAEA dari Iran

IAEA mengumumkan penarikan seluruh inspektur terakhirnya dari Iran setelah undang-undang penangguhan kerja sama diberlakukan, pada Jumat (4/7/2025).

“Tim inspektur IAEA hari ini telah meninggalkan Iran dengan selamat untuk kembali ke markas besar di Wina,” tulis IAEA dalam pernyataan resmi, dilansir Newsweek.

Langkah ini merupakan pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir IAEA menghentikan seluruh aktivitas inspeksi di Iran. Seorang diplomat Barat mengatakan, penarikan inspektur dilakukan karena undang-undang baru Iran berpotensi mengkriminalisasi aktivitas pemantauan internasional di sektor energi nuklir, dikutip RBC-Ukraine.

Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, mengatakan pentingnya segera melanjutkan negosiasi dengan Iran terkait pemantauan nuklir.

“Kondisi untuk mengembalikan tugas pemantauan dan verifikasi sangat penting bagi IAEA,” ujarnya.

3. Iran sebut IAEA tidak mengecam Israel dan AS dalam serangan Juni 2025

Iran menuding IAEA gagal mengecam serangan Amerika Serikat (AS) dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran pada Juni 2025. Iran menganggap IAEA turut memfasilitasi serangan tersebut melalui resolusi yang menyatakan Iran tidak patuh pada komitmen non-proliferasi.

Pada Juni 2025, Israel melancarkan serangan udara ke fasilitas nuklir Iran, diikuti serangan balasan Iran dengan rudal dan drone ke Israel. AS juga melakukan serangan ke situs nuklir utama Iran pada Minggu (22/6/2025). Konflik bersenjata selama 12 hari ini berakhir dengan gencatan senjata yang difasilitasi AS pada Selasa (24/6/2025).

“Setiap agresi yang diulang terhadap Iran akan dibalas dengan respons yang lebih keras dan disesalkan,” ujar Pezeshkian, dalam percakapan dengan Presiden Dewan Eropa, pada Kamis (10/7/2025).

Sementara itu, Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa, menekankan Iran harus sepenuhnya mematuhi Traktat Non-Proliferasi dan memungkinkan dilanjutkannya inspeksi IAEA.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team