Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerminkan Emosi Rakyat, Iran Tangguhkan Kerja Sama dengan IAEA

Bendera Badan Energi Atom Internasional (IAEA). (twitter.com/iaeaorg)
Bendera Badan Energi Atom Internasional (IAEA). (twitter.com/iaeaorg)
Intinya sih...
  • Parlemen Iran mendukung penangguhan kerja sama dengan IAEA
  • Kritikan tajam dari Iran terhadap IAEA dan kepala badan tersebut
  • Keputusan ini mencerminkan kemarahan publik Iran terhadap perang yang melibatkan Israel dan AS

Jakarta, IDN Times - Iran menangguhkan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada Rabu (2/7/2025). Penangguhan ini terjadi sepekan usai gencatan senjata dalam perang yang melibatkan Iran, Israel, dan Amerika Serikat (AS).

Perang itu pecah pada 13 Juni dan berlangsung selama 12 hari. Akibatnya, hubungan antara Iran dan Badan Pengawas Nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meningkat.

1. Parlemen Iran mendukung penuh keputusan tersebut

ilustrasi bendera Iran. (unsplash.com/sina drakhshani)
ilustrasi bendera Iran. (unsplash.com/sina drakhshani)

Pada 25 Juni, sehari setelah gencatan senjata terjadi, anggota parlemen Iran dengan suara mayoritas mendukung RUU untuk menangguhkan kerja sama dengan badan tersebut. RUU tersebut kemudian disetujui oleh Dewan Wali, sebuah badan yang bertugas memeriksa undang-undang, sebelum pengesahan akhir dari presidensi.

"Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengumumkan undang-undang yang menangguhkan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional," lapor televisi pemerintah Iran, dikutip oleh Channel News Asia.

2. Kritikan ke IAEA

Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi. (commons.wikimedia.org/IAEA Imagebank)
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi. (commons.wikimedia.org/IAEA Imagebank)

Para pejabat Iran mengkritik tajam IAEA karena 'diam' usai Israel dan AS menyerang situs nuklir Iran. Teheran juga mengecam badan tersebut atas resolusi yang diadopsi pada 12 Juni yang menuduh Iran tidak mematuhi kewajiban nuklirnya.

Iran telah menolak permintaan dari Kepala IAEA, Rafael Grossi, untuk mengunjungi fasilitas nuklir yang dibom selama perang. Awal minggu ini, Pezeshkian mengecam tindakan destruktif Grossi. Sementara Prancis, Jerman, dan Inggris telah mengutuk ancaman yang tidak disebutkan secara spesifik terhadap kepala IAEA.

Surat kabar Kayhan yang sangat konservatif di Iran baru-baru ini mengeklaim sebuah dokumen menunjukkan bahwa Grossi adalah mata-mata Israel dan harus dieksekusi.

Iran mengatakan permintaan Grossi untuk mengunjungi lokasi yang dibombardir menandakan "niat jahat", tetapi bersikeras tidak ada ancaman terhadapnya atau terhadap inspektur dari badannya.

3. Mencerminkan kemarahan publik Iran

WhatsApp Image 2025-06-23 at 16.12.33 (1).jpeg
Ilustrasi perang Iran Israel (IDN Times/Aditya Pratama)

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baqaei mengatakan, keputusan ini mencerminkan kekhawatiran dan kemarahan publik Iran.

Perang 12 hari itu dimulai ketika Israel melancarkan kampanye pengeboman besar-besaran terhadap Iran dan menewaskan komandan militer dan ilmuwan nuklir, sementara Teheran menanggapinya dengan gelombang rudal dan pesawat nirawak yang diluncurkan ke Israel.

Lalu pada 22 Juni, sekutu Israel, Amerika Serikat, melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordo, Isfahan, dan Natanz.

Menurut badan peradilan, lebih dari 900 orang tewas di Iran. Menurut pihak berwenang, serangan balasan Iran menewaskan 28 orang di Israel.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa serangan AS telah menghancurkan program nuklir Iran, meskipun tingkat kerusakannya belum jelas. Sedangkan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi telah mengakui kerusakan serius pada situs nuklir mereka.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dheri Agriesta
EditorDheri Agriesta
Follow Us