Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Iran. (unsplash.com/mostafa meraji)
bendera Iran. (unsplash.com/mostafa meraji)

Intinya sih...

  • Rouzbeh Vadi, ilmuwan nuklir Iran, dieksekusi karena menjadi mata-mata Mossad.

  • Vadi rilis video pengakuan sebelum eksekusi, bertemu Mossad di Austria 5 kali.

  • Pemerintah Iran tangkap 2 ribu orang yang dicurigai sebagai mata-mata setelah perang dengan Israel.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Iran mengumumkan telah mengeksekusi seorang ilmuwan nuklirnya, Rouzbeh Vadi pada Kamis (7/8/2025). Ia dihukum gantung setelah terbukti bersalah menjadi mata-mata untuk badan intelijen Israel, Mossad.

Pengadilan Iran menyatakan Vadi secara sadar dan sengaja bekerja sama dengan Israel. Informasi yang ia berikan diyakini membantu Israel membunuh ilmuwan nuklir Iran lainnya selama perang pada Juni lalu.

1. Media Iran rilis video pengakuan Vadi sebelum dieksekusi

Rouzbeh Vadi merupakan seorang peneliti yang bekerja untuk Organisasi Energi Atom Iran. Ia adalah lulusan program doktoral bidang teknik reaktor dari Universitas Teknologi Amir Kabir yang bergengsi.

Vadi pernah menulis makalah akademis bersama dua ilmuwan nuklir lainnya. Kedua rekannya tersebut, Ahmad Zolfaqar dan Abdolhamid Minouchehr, termasuk di antara korban yang terbunuh dalam serangan Israel.

Media pemerintah Iran merilis sebuah video pengakuan dari Vadi sebelum eksekusinya dilaksanakan. Dalam video tersebut, ia tampak mengakui perbuatannya, meskipun kelompok hak asasi manusia menuding pengakuan itu dibuat di bawah paksaan.

"Fasilitas utama adalah Fordow dan Natanz, yang informasinya saya kirim. Saya memberi tahu mereka bahwa saya mengetahui seluk-beluk Fordow, dan mereka (agen Mossad) meminta saya untuk mengirimkan semuanya," tutur Vadi dalam video pengakuannya yang disiarkan stasiun TV IRIB, dikutip dari The New Arab.

2. Vadi dan Mossad bertemu di Austria sebanyak lima kali

Menurut pihak berwenang Iran, proses rekrutmen Vadi dilakukan oleh Mossad secara daring. Setelah berhasil direkrut, komunikasi dengannya ditangani oleh agen yang menggunakan nama samaran "Alex" dan "Kevin".

Sebagai imbalan atas jasanya, Vadi menerima pembayaran rutin setiap bulan. Pembayaran itu dilakukan melalui dompet mata uang kripto dengan jumlah yang tidak diungkap. Mossad juga dilaporkan menjanjikan Vadi paspor asing untuk imbalan kolaborasi jangka panjang.

Vadi disebut telah melakukan pertemuan tatap muka dengan agen Mossad sebanyak lima kali. Seluruh pertemuan rahasia itu diatur di Wina, Austria, dengan protokol keamanan yang sangat ketat.

Protokol meliputi pergantian kendaraan beberapa kali dan pakaian pertemuan khusus. Selama di Wina, ia juga menjalani tes psikologi dan kebohongan untuk memverifikasi informasi dan loyalitasnya.

3. Iran tangkap 2 ribu orang yang dicurigai sebagai mata-mata

Eksekusi Vadi terjadi di tengah gelombang penangkapan yang dilakukan pemerintah Iran setelah perang dengan Israel. Konflik tersebut dinilai telah mengguncang kepemimpinan Teheran karena memperlihatkan dalamnya infiltrasi intelijen Israel.

Sejak perang berakhir, otoritas Iran telah menangkap lebih dari 2 ribu orang atas berbagai tuduhan spionase dan ancaman keamanan. Menurut Ynet, setidaknya delapan hingga sepuluh orang telah dieksekusi atas tuduhan menjadi mata-mata untuk Israel.

"Mata-mata harus diidentifikasi, tetapi mengenali mereka tidaklah mudah, kita tidak bisa menemukan mereka begitu saja di jalanan. Namun, kita perlu melakukannya sesuai hukum," kata Kepala Kehakiman Iran, Gholam-Hossein Mohseni-Ejei, dilansir NYT.

Langkah-langkah represif ini menuai kecaman dari berbagai kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International. Mereka mengkritik lonjakan eksekusi dan menyatakan keprihatinan atas proses peradilan yang sering kali tertutup dan tidak adil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team