Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Eli Cohen, Mata-mata Ulung Mossad yang Mengubah Sejarah Spionase

Eli Cohen sebagai Kamel Amin Thaabet (commons.wikimedia.org/wiki/Avi1111 dr. avishai teicher)
Intinya sih...
  • Eli Cohen, agen Mossad, berhasil menyusup ke pemerintahan Suriah pada 1960-an dengan identitas palsu sebagai Kamel Amin Thaabet.
  • Informasi yang dikumpulkan Cohen membantu Israel dalam kemenangan strategis politik dan militer atas Suriah, termasuk dalam Perang Enam Hari pada 1967.
  • Cohen akhirnya ditangkap dan dieksekusi oleh pemerintah Suriah pada 18 Mei 1965 setelah dicurigai sebagai mata-mata oleh dinas intelijen Suriah.

Dunia intelijen penuh dengan kisah-kisah dramatis yang sering kali melampaui imajinasi manusia. Salah satu tokoh paling legendaris dalam sejarah spionase adalah Eli Cohen, agen Mossad, badan intelejen Israel yang berhasil menyusup ke jantung pemerintahan Suriah pada 1960-an. Dengan identitas palsu sebagai Kamel Amin Thaabet, seorang pengusaha kaya keturunan Suriah yang kembali dari Argentina.

Eli Cohen berhasil membangun jaringan pertemanan dengan pejabat tinggi Suriah. Perannya yang luar biasa tidak hanya memberikan keunggulan strategis bagi Israel, tetapi juga menjadi contoh pengorbanan dalam dunia intelijen. Yuk kita pelajari bersama tentang perjalanan Eli Cohen sebagai agen rahasia kebanggaan Israel! 

1. Lahir di keluarga Yahudi yang terdampak ketegangan politik dan militer di Mesir

potret Eli Cohen dan keluarganya (upload.wikimedia.org/The State of Israel, Public domain)

Eli Cohen memiliki nama lengkap Eliyahu Ben-Shaul Cohen lahir pada 26 Desember 1924 di Alexandria, Mesir dalam keluarga Yahudi yang taat. Ayahnya, Saul Cohen, adalah seorang pedagang asal Suriah yang beremigrasi ke Mesir, sementara ibunya, Sophie Cohen, adalah seorang ibu rumah tangga yang membesarkan anak-anak mereka dalam lingkungan yang penuh disiplin dan kecintaan terhadap agama serta pendidikan.

Sejak kecil, Eli dikenal sebagai anak yang cerdas dan cepat belajar. Ia menguasai beberapa bahasa, termasuk Arab, Ibrani, Prancis, dan Inggris. Ia sempat belajar teknik elektro di Universitas Alexandria, meskipun studinya terganggu karena meningkatnya ketegangan antara komunitas Yahudi dan pemerintah Mesir.

Setelah kerusuhan dan pengusiran besar-besaran terhadap Yahudi di Mesir pada akhir 1950-an, keluarga Eli Cohen akhirnya bermigrasi ke Israel, tempat ia kemudian bergabung dengan Mossad dan menjalankan salah satu operasi intelijen paling berani dalam sejarah.

2. Ditolak sebanyak dua kali saat melamar pekerjaan di Mossad

potret Eli Cohen ketika melakukan penyamaran sebagai Kamel Amin Thaabet (commons.wikimedia.org/wiki/דף הפייסבוק "אלי כהן סוכן המוסד מדמשק")

Sebelum direkrut oleh Mossad, Eli Cohen sempat bekerja sebagai akuntan di Mesir. Selama di Mesir, ia juga aktif dalam komunitas Yahudi setempat dan terlibat dalam aktivitas Zionis, yang membuatnya diperhatikan oleh dinas intelijen Israel. Setelah pindah ke Israel pada tahun 1957, ia bekerja sebagai penerjemah dan analis intelijen untuk Unit Intelijen Militer Israel (AMAN). Ia mencoba mengirim lamaran untuk bergabung dengan Mossad, namun pada awalnya, lamarannya ditolak sebanyak dua kali. 

Meskipun begitu, Mossad akhirnya merekrutnya pada awal 1960-an setelah menyadari bahwa keterampilan bahasa, pengetahuan budaya, dan kecerdikannya sangat berharga untuk operasi rahasia di dunia Arab, khususnya di Suriah. Akhirnya Mossad merekrut Eli Cohen dan memberikan pelatihan intensif kepadanya sebelum ia dikirim ke Suriah sebagai agen rahasia.

3. Sukses menyamar menjadi Kamel Amin Thaabet

dokumen palsu milik Eli Cohen (commons.wikimedia.org/wiki/Israel Preker Pikiwiki Israel)

Eli Cohen, dengan identitas palsunya sebagai Kamel Amin Thaabet, seorang pengusaha kaya keturunan Suriah yang kembali dari Argentina, berhasil menipu banyak pejabat tinggi Suriah berkat kombinasi kecerdasan, pesona, dan strateginya yang matang. Ia memanfaatkan gaya hidup mewah, koneksi bisnis, serta keterampilan sosialnya untuk membangun hubungan erat dengan elite politik dan militer Suriah.

Meskipun pada saat itu Suriah sangat ketat terhadap imigran, Eli Cohen dengan mudah masuk ke Suriah karena berhasil berteman dengan pejabat kedutaan besar Suriah di Argentina. Melalui koneksi ini, ia mendapatkan dukungan dan surat rekomendasi yang membantunya mendapatkan izin masuk ke Suriah tanpa banyak kecurigaan.

Setibanya di Suriah, Eli Cohen perlahan membangun relasi dengan elite sosial dan militer, menghadiri pertemuan bisnis, serta berkontribusi dalam acara amal dan politik. Dengan cara ini, ia memperoleh kepercayaan dan akses ke lingkaran kekuasaan. Bahkan Eli Cohen berhasil membuat perwira tinggi militer Suriah Jenderal Amin al-Hafiz mengizinkan dan mengajaknya untuk mengunjungi Dataran Golan hingga Eli Cohen berhasil memperoleh akses ke posisi militer strategis di Golan.

4. Kesuksesan-kesuksesan Israel atas aksi spionase Eli Cohen

potret Eli Cohen dan pejabat tinggi militer di Dataran Golan (commons.wikimedia.org/wiki/Syrian military personnel)

Atas aksi spionasenya, Eli Cohen menjadi salah satu faktor utama dalam kemenangan-kemenangan strategis politik dan militer Israel atas Suriah. Eli Cohen berhasil mendapatkan akses ke dokumen dan strategi pertahanan Suriah, termasuk rencana mereka untuk menyerang Israel. Informasi ini membantu Israel dalam menyusun strategi defensif yang lebih baik.

Tidak hanya mengunjungi Dataran Golan tetapi Eli Cohen juga memberikan rincian tentang lokasi bunker, jaringan komunikasi, dan jalur suplai militer Suriah. Bahkan, ia menyarankan agar Suriah menanam pohon di sekitar bunker untuk memberikan keteduhan bagi para tentara padahal itu adalah alibi yang justru membantu Israel mengidentifikasi target dengan lebih mudah saat perang terjadi. 

Informasi yang dikumpulkan Cohen mengenai posisi pertahanan dan benteng militer Suriah di Dataran Golan membuat Israel dengan cepat menaklukkan wilayah tersebut dalam Perang Enam Hari pada 1967. Israel berhasil merebut Golan hanya dalam waktu dua hari, yang sebelumnya dianggap sebagai benteng pertahanan yang sulit ditembus.

5. Tertangkapnya Eli Cohen dan akhir dari aksi spionasenya

persidangan Eli Cohen saat tertangkap (commons.wikimedia.org/wiki/The State of Israel)

Selama melakukan dinas rahasia di Suriah, Eli Cohen mengirimkan informasi ke Israel melalui pesan radio terenkripsi yang dikirim pada waktu-waktu tertentu di malam hari untuk menghindari deteksi. Ia juga menggunakan metode lain, seperti menulis laporan dengan tinta tak terlihat dan menyembunyikannya dalam dokumen bisnisnya.

Walau pada saat itu, Cohen sedang memiliki hubungan erat dengan banyak pejabat tinggi Suriah, termasuk Jenderal Amin al-Hafiz yang kemudian menjadi Presiden Suriah. Dan perwira tinggi yang bertanggung jawab atas pertahanan Dataran Tinggi Golan, Ia tetap menjadi target kecurigaan dinas keamanan dan intelejen Suriah. 

Hingga akhirnya Eli Cohen semakin dicurigai setelah dinas keamanan Suriah menerima laporan adanya kebocoran informasi militer. Salah satu pejabat yang pertama kali mencurigainya adalah Letnan Kolonel Ahmed Su’edani, kepala intelijen militer Suriah. Su’edani dikenal sangat waspada terhadap potensi mata-mata di dalam lingkaran pemerintah dan militer.

Akhirnya dinas intelijen Suriah meminta bantuan teknisi Soviet yang menggunakan peralatan canggih untuk mendeteksi sinyal radio yang mencurigakan. Setelah dilakukan pemantauan ketat, mereka berhasil melacak lokasi pengiriman sinyalnya dan menangkap Cohen di apartemennya di Damaskus pada Januari 1965. Operasi penangkapannya sendiri dipimpin langsung oleh Ahmed Su’edani.

6. Eksekusi hukuman mati Eli Cohen pada tahun 1965

eksekusi mati Eli Cohen di Damaskus (commons.wikimedia.org/wiki/jspace.com, Public domain)

Setelah penangkapannya pihak Israel melakukan berbagai macam upaya diplomasi untuk menyelamatkan Eli Cohen. Namun, pemerintah Suriah menolak dan Eli Cohen dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Suriah dan pada 18 Mei 1965, Ia dieksekusi di depan umum di Damaskus. Hingga saat ini, jasadnya belum dikembalikan ke Israel meskipun telah dilakukan berbagai negosiasi.

Cerita Eli Cohen tetap hidup dalam dunia intelijen dan masyarakat Israel. Ia dianggap sebagai salah satu mata-mata paling berani dalam sejarah, dan kontribusinya terhadap keamanan Israel diabadikan dalam berbagai buku, film, serta serial televisi seperti The Spy yang diperankan oleh Sacha Baron Cohen.

Eli Cohen bukan hanya seorang mata-mata, tetapi juga seorang pahlawan yang dengan kecerdasan dan keberaniannya berhasil mengubah jalannya sejarah. Kisahnya tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya dalam dunia intelijen dan pertahanan nasional. Bagaimana menurutmu, apakah pengorbanan seorang mata-mata seperti Eli Cohen bisa dianggap sebagai bentuk patriotisme tertinggi? Berikan pendapatmu di kolom komentar, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us