anak-anak di Gaza mengantre untuk makanan. (UNRWA, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
Insiden ini menyoroti kontroversi seputar GHF, sistem distribusi bantuan yang didukung AS dan Israel. PBB menolak untuk bekerja sama dengan GHF karena khawatir sistem mereka melanggar prinsip netralitas.
Kementerian Luar Negeri AS telah mengumumkan pendanaan sebesar 30 juta dolar AS (sekitar Rp485 miliar) untuk kelompok tersebut. Israel dan AS berpendapat sistem GHF diperlukan untuk memastikan bantuan tidak dicuri oleh Hamas, sebuah tuduhan yang dibantah oleh kelompok tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, secara terbuka mengkritik model bantuan tersebut.
"Setiap sistem bantuan yang mengarahkan warga sipil yang putus asa ke dalam zona militer secara inheren tidak aman. Skema ini telah membunuh orang-orang," ujar Guterres, dilansir Strait Times.
Menanggapi kritik PBB, Kementerian Luar Negeri Israel menuduh badan itu berupaya mengganggu operasi GHF. Sebelumnya, media Israel mengungkap pengakuan tentara yang diperintahkan menembak warga sipil di titik bantuan. Namun, klaim ini dibantah oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.