Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera Israel. (pexels.com/Leonid Altman)

Jakarta, IDN Times - Israel terus melakukan serangan dan membom wilayah-wilayah di Lebanon secara sporadis, mengklaim bahwa pihaknya menargetkan Hizbullah yang melanggar gencatan senjata. Aksi Tel Aviv menuai kecaman besar-besaran dari Beirut karena gencatan senjata telah disepakati pada 27 November 2024.

Selain itu, Israel menolak untuk menarik kembali militernya. Berdasarkan ketentuan awal perjanjian antara Israel dan Hizbullah, Israel harus menarik pasukannya dari Lebanon selatan paling lambat pada 26 Januari.

Namun, Israel justru menangguhkan penarikan hingga 18 Februari mendatang, dilansir Al Jazeera pada Minggu (9/2/2025).

1. Israel kerap lancarkan aksi militer

Dengan kehadiran Israel di Lebanon selatan, ribuan orang masih belum dapat kembali ke rumah mereka di desa-desa perbatasan karena militer Israel menembaki orang-orang yang berada terlalu dekat.

Israel kerap melancarkan serangan sesekali, beberapa di antaranya terjadi di sebelah utara Sungai Litani, meski tidak lagi seintensif sebelum gencatan senjata dimulai. Hal ini memicu Hizbullah untuk mengerahkan pasukannya ke arah utara, sesuai dengan perjanjian gencatan senjata.

Sebuah kelompok pengumpulan data, Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), mencatat 330 serangan udara dan insiden penembakan yang dilakukan oleh Israel antara 27 November 2024-10 Januari 2025. Serta, 260 peristiwa perusakan properti. ACLED juga mencatat satu serangan yang dilakukan oleh Hizbullah sejak gencatan senjata dimulai.

"Hizbullah pada dasarnya menahan diri dari kekerasan, tidak ada serangan langsung di tanah Israel sejak gencatan senjata berlaku, kecuali satu serangan pada 2 Desember terhadap situs Rwayset Al Alam milik Israel di wilayah pendudukan yang kami kodekan sebagai Suriah," kata Ameneh Mehvar dari ACLED.

2. Seputar perang Israel-Hizbullah

Editorial Team

EditorRahmah N

Tonton lebih seru di