Israel Ingin Masjid Ibrahimi Dikelola Dewan Pemukim Yahudi

- Israel ingin mengalihkan pengelolaan Masjid Ibrahimi ke dewan pemukim Yahudi.
- Walikota Hebron mengecam keras rencana tersebut sebagai agresi politik, budaya, dan agama terhadap kota tersebut.
- Israel disebut berupaya memaksakan realitas baru di lapangan dengan melakukan pelanggaran terhadap situs yang memiliki nilai keagamaan, sejarah, dan arkeologi yang tinggi.
Jakarta, IDN Times - Israel dilaporkan berencana mengalihkan pengelolaan Masjid Ibrahimi di kota Hebron, Tepi Barat, ke dewan pemukim Yahudi. Keputusan tersebut otomatis memicu kecaman keras dari Palestina.
Seperti dikabarkan oleh media Israel awal pekan ini, Tel Aviv berencana mencabut kewenangan administratif Pemerintah Kota Hebron yang dikelola Palestina atas Masjid Ibrahimi. Adapun situs bersejarah ini akan diserahkan kepada dewan keagamaan Yahudi di pemukiman Kiryat Arba.
Kementerian Luar Negeri Palestina yang berbasis di Ramallah memperingatkan bahwa rencana Israel tersebut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional serta berisiko meningkatkan ketegangan dan merusak kesucian situs-situs keagamaan. Pihaknya mendesak UNESCO dan komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan.
“Langkah ini dipandang sebagai tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam upaya Israel yang terus berlanjut untuk mengklaim kedaulatan atas situs tersebut, menjudaisasi, serta mengubah identitas dan ciri-ciri sejarahnya,” kata kementerian tersebut.
1. Agresi politik, budaya, dan agama terhadap Hebron
Walikota Hebron, Tayseer Abu Sneineh, juga mengecam keras rencana tersebut. Dalam sebuah pernyataan, ia memperingatkan bahwa mengubah status Masjid Ibrahimi merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan seluruh perjanjian terkait, termasuk Protokol Hebron dan rekomendasi Komite Shamgar yang dikeluarkan setelah pembantaian di masjid tersebut pada 1994.
“Kami memang belum menerima keputusan resmi, tetapi pada prinsipnya, kami menolaknya sepenuhnya. Ini adalah agresi politik, budaya, dan agama terhadap Hebron, serta serangan terhadap kewenangan sah pemerintah kota, termasuk atas Masjid Ibrahimi dan area sekitarnya," kata Sneineh.
2. Israel disebut berupaya memaksakan realitas baru di lapangan
Dilansir dari Middle East Eye, Muataz Abu Sneineh, Direktur Masjid Ibrahimi, menyatakan bahwa jika rencana tersebut benar adanya, maka hal ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap situs yang memiliki nilai keagamaan, sejarah, dan arkeologi yang tinggi. Menurutnya, laporan tersebut bisa jadi merupakan upaya Israel untuk menguji reaksi warga Palestina sebelum langkah resmi diambil.
“Para penjaga masjid masih menjalankan tugas mereka, dan sejauh ini belum ada perubahan apa pun. Namun, pengumuman-pengumuman seperti ini sangat berbahaya karena bertujuan untuk mendorong rencana penjudaisan yang dapat mengubah status quo di sini,” ungkap Abu Sneineh.
Ia menambahkan bahwa setiap bentuk intervensi terhadap urusan atau struktur fisik masjid menunjukkan bahwa Israel sedang memanfaatkan situasi perang yang sedang berlangsung untuk memaksakan realitas baru di lapangan.
“Israel terus melakukan pelanggaran dan mengabaikan seluruh hukum internasional, padahal situs ini masuk dalam daftar Warisan Dunia Palestina versi UNESCO dan diakui oleh berbagai organisasi hak asasi manusia,” ujarnya.
3. Israel kerap melakukan pelanggaran di kompleks Masjid Ibrahimi
Masjid Ibrahimi telah lama menjadi sasaran pembatasan dan pelanggaran oleh Israel, termasuk pelarangan azan, penutupan pintu masuk bagi jamaah Muslim, serangan pemukim hingga penggeledahan terhadap para jamaah. Pekan lalu, pemukim Israel bahkan mengadakan pesta pernikahan di halaman masjid.
Masjid Ibrahimi dianggap sebagai situs suci oleh umat Islam, Yahudi, dan Kristen karena diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, tokoh penting dalam ketiga agama tersebut. Bagi warga Israel, situs ini dikenal dengan sebutan 'Gua Para Leluhur'.
Pada 1994, seorang pemukim Israel menyerbu kompleks masjid dan melepaskan tembakan ke arah jemaah Muslim saat bulan suci Ramadan. Sedikitnya 29 orang tewas dan lebih dari 120 lainnya terluka dalam insiden tersebut.
Setelah serangan itu, kompleks Masjid Ibrahimi dibagi menjadi dua bagian, dengan 63 persen areanya diperuntukkan bagi pemukim Yahudi, sementara 37 persen sisanya dialokasikan untuk umat Muslim, dilansir dari The New Arab.