Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Taylor Brandon)
Ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Taylor Brandon)

Jakarta, IDN Times - Israel menangkap tiga warga negaranya yang diduga menjadi mata-mata Iran. Para tersangka terdiri dari pasangan suami istri dari Lod dan seorang pria dari Bnei Brak. Mereka didakwa dengan tuduhan membantu musuh saat perang yang bisa diganjar hukuman seumur hidup atau bahkan hukuman mati.

Dilansir Reuters pada Jumat (1/11/2024), penangkapan ini merupakan bagian dari serangkaian pengungkapan jaringan mata-mata Iran di Israel dalam beberapa pekan terakhir. Badan intelijen Israel, Shin Bet dan polisi Israel menyebut kasus ini sebagai upaya intelijen Iran untuk memanfaatkan warga Israel dalam kegiatan spionase dan teror.

Jaksa penuntut meminta tersangka ditahan hingga proses persidangan selesai.

"Mereka melakukan pelanggaran keamanan saat Israel sedang menghadapi salah satu perang terberat sepanjang sejarah di berbagai front, termasuk Iran," tutur jaksa, dilansir dari The Times of Israel. 

1. Pasangan suami istri mata-matai lokasi strategis

Rafael dan Lala Guliyev, keduanya berusia 32 tahun, ditangkap setelah terbukti memata-matai berbagai infrastruktur penting Israel. Pasangan ini direkrut oleh jaringan Iran yang fokus merekrut imigran dari wilayah Kaukasus melalui perantara bernama Elshan Agyeiv (56).

Pasangan tersebut memotret dan merekam video berbagai lokasi strategis termasuk markas badan intelijen Mossad, konsulat Moldova, fasilitas Israel Electric Corporation, Pelabuhan Haifa, dan makam korban serangan Hamas. Mereka juga diminta mencari apartemen di Tel Aviv untuk mengawasi pangkalan intelijen di Glilot.

Dilansir dari Haaretz, pasangan Guliyev mengaku telah menerima total 26 ribu dolar Amerika Serikat (AS) (sekitar Rp408 juta) dari Iran untuk tugas-tugas tersebut. Meski mengaku bersalah, mereka mengklaim tidak berniat membahayakan keamanan Israel. Para tersangka menggunakan aplikasi Telegram dan perangkat lunak enkripsi untuk berkomunikasi dengan Iran.

2. Target operasi mata-mata termasuk ilmuwan nuklir

Tersangka ketiga, Asher Binyamin Weiss dari Bnei Brak, ditangkap karena dicurigai memata-matai seorang ilmuwan nuklir Israel. Weiss menggunakan kamera GoPro untuk merekam rumah dan mobil sang ilmuwan yang menjadi target pembunuhan Iran.

Weiss mengirimkan rekaman video tersebut kepada agen Iran, yang kemudian meneruskannya kepada seorang pemuda Yerusalem Timur yang ditugaskan membunuh ilmuwan itu. Tujuh warga Yerusalem Timur ditangkap bulan lalu terkait kasus tersebut.

Jaksa penuntut menyatakan Weiss juga melakukan aksi sabotase seperti membakar mobil dan menyemprotkan grafiti. Dia dibayar ribuan dolar dalam bentuk mata uang kripto oleh Iran. Weiss mengirimkan foto-foto aksinya sebagai bukti kepada pengawasnya.

3. Akademisi think tank turut jadi target

Rafael Guliyev juga ditugaskan memata-matai seorang akademisi wanita dari Institut Studi Keamanan Nasional (INSS). Dia menerima bayaran 600 dolar AS (Rp9,4 juta) per hari untuk mengawasi target, termasuk memotret rumah dan mobilnya selama berjam-jam.

Iran berencana menyakiti secara fisik akademisi tersebut, meski detail rencananya tidak disebutkan dalam pernyataan resmi.

Direktur INSS, Tamir Hayman, berterima kasih kepada Shin Bet karena telah menggagalkan rencana penyerangan terhadap karyawannya. Dia mengaku tidak terkejut jika staf INSS menjadi target Iran, mengingat peran lembaga tersebut dalam penelitian keamanan.

"Meski INSS adalah lembaga penelitian independen, bukan bagian dari pertahanan Israel, ini adalah institut penelitian keamanan terkemuka negara," ujarnya.

Kementerian Luar Negeri Iran belum memberikan komentar terkait kasus ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLeo Manik