Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Monumen Vittorio Emanuele II di Roma, Italia. (unsplash.com/Michele Bitetto)
Monumen Vittorio Emanuele II di Roma, Italia. (unsplash.com/Michele Bitetto)

Jakarta, IDN Times - Polisi Italia telah membongkar jaringan pemalsuan berskala besar di seluruh Eropa. Mereka membuat dan menjual karya seni palsu yang dikaitkan dengan beberapa nama besar dalam seni modern dan kontemporer, seperti Banksy, Pablo Picasso, dan Andy Warhol.

Pasukan seni paramiliter Carabinieri dan kantor kejaksaan Pisa pada Senin (11/11/2024) mengatakan, sekitar 38 orang sedang diselidiki di Italia, Spanyol, Prancis, dan Belgia. Mereka menghadapi tuduhan konspirasi untuk menangani barang curian, pemalsuan, dan penjualan karya seni secara ilegal.

Dilansir dari Reuters, penyelidik telah menyita lebih dari 2.100 karya palsu, dengan potensi nilai pasar sekitar 200 juta euro (sekitar Rp3,3 triliun). Pihaknya juga menemukan enam bengkel pemalsuan, termasuk dua di Tuscany, satu di Venesia, dan tiga lainnya di tempat lain di Eropa.

1. Investigasi telah dimulai sejak 2023

Penyelidik telah memulai investigasi pada 2023, ketika menyita sekitar 200 barang palsu dari koleksi seorang pengusaha di Pisa. Itu termasuk salinan gambar karya pelukis Italia Amedeo Modigliani.

Penyitaan itu mengarahkannya pada pemalsuan yang dijual oleh rumah lelang di seluruh Italia. Hal tersebut juga menghubungkannya dengan kelompok terkenal yang diyakini sebagai spesialisasi pemalsuan karya Banksy dan Warhol.

Penyelidik mengungkapkan, para tersangka kebanyakan membuat salinan karya Warhol dan Banksy sebelum membuat perjanjian dengan berbagai rumah lelang Italia. Untuk meningkatkan kredibilitasnya, mereka mengadakan dua pameran Banksy dengan katalog yang diterbitkan di lokasi bergengsi di Mestre dekat Venesia dan Cortona di Tuscany.

"Kegiatan yang dilakukan memungkinkan untuk menjelaskan sistem pemalsuan transnasional yang saling berhubungan dengan rumah lelang yang patuh," kata kepala jaksa Pisa, Teresa Angela Camelio, dikutip dari The Guardian.

2. Pembongkaran oleh polisi jadi perlindungan terbesar terhadap karya Banksy

bendera Italia (pexels.com/Maria Lucia P. Sampaio)

Camelio mengatakan, para ahli dari arsip Banksy yang membantu penyelidikan menganggap operasi pada Senin sebagai tindakan perlindungan terbesar terhadap karya seni.

Namun, badan resmi yang mewakili Banksy tidak segera memberi tanggapan. Dalam situs webnya, dikatakan bahwa pemalsuan adalah hal biasa dan mengimbau orang-orang yang ingin membeli karya seniman itu untuk berhati-hati terhadap barang palsu yang mahal.

Camelio menambahkan, jika polisi tidak mengungkap jaringan tersebut, karya seni Banksy bisa saja dijual dengan harga mendekati karya asli sang seniman. Itu menjadi sebuah kemungkinan yang pasti akan mengubah pasar lelang secara signifikan.

3. Kejahatan karya seni telah beberapa kali terjadi

Koleseum roma di Italia. (pixabay.com/maiterozas)

Seniman lain yang diduga karyanya dipalsukan adalah raksasa seni abad ke-19 dan ke-20, seperti Claude Monet, Vincent van Gogh, Salvador Dalí, Henry Moore, Joan Miró, Giorgio de Chirico, Marc Chagall, Francis Bacon, Paul Klee, dan Piet Mondrian. Sebelumnya, kejahatan terhadap karya seni, seperti pencurian dan pemalsuan, telah beberapa kali terjadi.

Dalam kasus terpisah, gambar yang dikaitkan dengan Modigliani akan dijual seharga 300 ribu euro (setara Rp5 miliar). Karya itu kemudian disita oleh otoritas Venesia setelah unit perlindungan budaya kota itu mengungkap bahwa gambar tersebut palsu.

Selain itu, pada September, dua pencuri ditangkap dan didakwa mencuri karya terkenal Banksy, Gadis dengan Balon. Karya tersebut dicuri dari galeri seni pusat kota London. Karya Warhol juga akhir-akhir ini menjadi sasaran para penjahat. Awal bulan ini dua karya seniman tersebut dicuri saat pembobolan di sebuah galeri di Belanda, mengutip BBC.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team