Kabul, IDN Times - Penyelenggara Pemilu di Afghanistan secara resmi mengganti jadwal Pemilihan Afghanistan yang semula awalnya adalah April 2019 menjadi Juli 2019. Namun, belum diketahui pasti tanggal tetap penyelenggaran Pemilihan Presiden Afghanistan ini. Bagaimana awal ceritanya?
Jadwal Pemilihan Umum Presiden Afghanistan Diundur Hingga Juli 2019
1. Alasannya karena memperbaiki masalah teknis
Dilansir dari BBC, Pemilihan Presiden Afghanistan secara resmi diundur jadwalnya yang semula pada bulan April 2019 menjadi Juli 2019 mendatang. Penundaan ini disebabkan karena untuk memperbaiki beberapa masalah teknis selama beberapa bulan dimana sebelumnya Pemilihan Parlemen bulan Oktober 2018 lalu terjadi banyak masalah teknis. Dengan lebih banyak waktu yang diperlukan ini, para anggota penyelenggara Pemilihan Umum dapat memverifikasi daftar pemilih serta melatih para staf tentang sistem identifikasi biometrik yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya kecurangan.
Seperti yang terjadi pada Pemilihan Parlemen lalu, telah terjadi penundaan setelah beberapa staf yang sebelumnya sudah dilatih tidak muncul di tempat pemungutan suara dan banyak sekali pemilih yang tidak dapat menemukan nama mereka dalam daftar pemilih. Atas kekacauan ini, pemungutan suara harus dilanjutkan di hari kedua setelah ratusan TPS di Afghanistan terlambat dibuka beberapa jam kemudian. Akibatnya, banyak sekali keluhan dengan menentang hasil akhir Pemilihan Parlemen tersebut.
Untuk Pemilihan Presiden Afghanistan kali ini, pihak penyelenggara belum menetapkan tanggal pasti meski sudah ditetapkan di jadwal pada bulan Juli 2019 ini.
2. Terakhir kali, Pemilihan Presiden Afghanistan diadakan pada tahun 2014
Pemilihan Presiden Afghanistan terakhir kali diadakan pada tahun 2014 lalu, yang mempertemukan dua kandidat, yakni Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah. Sayangnya, proses Pemilihan Presiden Afghanistan saat itu mengakibatkan kontroversi dan dituding melakukan kecurangan. Sebelum hasil akhir Pemilihan Presiden Afghanistan diumumkan, kandidat Abdullah Abdullah justru menuding adanya kecurangan suara secara besar-besaran dan memperingatkan adanya protes besar.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat saat itu, John Kerry, menjadi pihak penengah dan membantu membangun pemerintahan persatuan dan meyakinkan pihak penyelenggara untuk menunda hasil akhir Pemilihan Presiden Afghanistan ini. Saat itu, Ashraf Ghani memperoleh suara terbanyak dan terpilih menjadi Presiden Afghanistan hingga saat ini, sedangkan Abdullah Abdullah mendapatkan jabatan Kepala Eksekutif Pemerintahan Afghanistan yang merupakan jabatan baru.
Akan tetapi, pengaturan tersebut sebenarnya hanya berlangsung selama 2 tahun saja dan masih berlanjut hingga saat ini. Akibatnya, pemerintahan Afghanistan ditandai dengan adanya perpecahan mendalam yang telah berjuang memerangi Taliban yang kini tengah bangkit kembali.
3. Dengan ditundanya Pemilihan Presiden Afghanistan, pihak Amerika Serikat memiliki waktu mengakhiri perang
Penundaan Pemilihan Presiden Afghanistan ini juga memberikan waktu bagi pihak Amerika Serikat untuk mengakhiri perang selama 17 tahun. Utusan Amerika Serikat, Zalmay Khalilzad, telah berkunjung Afghanistan beberapa kali sejak ditunjuk pada bulan September 2018 lalu dan bertemu dengan kelompok Taliban dalam beberapa kesempatan.
Ia mengatakan bahwa ia ingin melihat Taliban dan pemerintah Afghanistan menyusun peta jalan sebelum digelar Pemilihan Presiden yang seharusnya pada bulan April 2019 ini. Kedua belah pihak mengatakan jadwal tersebut merupakan tenggat waktu yang tidak realistis.