Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock pada acara pengembalian 22 perunggu Benin ke Nigeria pada 20 Desember 2022. (Twitter.com/@FMICNigeria)
Baerbock pada acara restitusi itu mengakui Jerman telah melakukan kesalahan di masa lalu dan masa kini, karena terlalu lama mengembalikan artefak.
"Pejabat dari negara saya pernah membeli perunggu, mengetahui bahwa mereka telah dirampok dan dicuri. Setelah itu, kami mengabaikan permintaan Nigeria untuk mengembalikannya untuk waktu yang sangat lama. Mengambilnya dan menyimpannya adalah salah," kata Baerbock.
"Ini adalah kisah kolonialisme Eropa. Ini adalah sebuah kisah, di mana negara kita memainkan peran gelap, menyebabkan penderitaan yang luar biasa di berbagai bagian Afrika," tambahnya, dikutip dari DW.
Baerbock pada acara itu juga menyampaikan betapa pentingnya karya seni.
"Seni menginformasikan siapa kita. Seni membentuk bagaimana kita memandang diri sendiri dan bagaimana memandang dunia. Dari ini (artefak jarahan) kami telah belajar dari Anda. Apa yang kami kembalikan adalah bagian dari sejarah Anda, bagian dari siapa Anda," sambung dia.
Benda-benda yang dikembalikan ke Nigeria sebelumnya disimpan di museum di Berlin, Hamburg, Cologne, Dresden, Leipzig, dan Stuttgart. Museum Jerman pada Juni untuk pertama kalinya mengalihkan hak kepemilikan semua Perunggu Benin. Beberapa artefak dapat ditampilkan lebih lanjut di Jerman sebelum dikembalikan.
Pekan lalu, Kota Cologne secara simbolis menyerahkan kembali 92 barang, ketika Abba Isa Tijani dan Yusuf Maitama Tuggar, duta besar Nigeria untuk Jerman, mulai melakukan perjalanan ke seluruh negeri untuk mengumpulkan gelombang pertama pemulangan Perunggu Benin.
"Restitusi ini merupakan pengakuan atas ketidakadilan masa lalu kolonial, yang menyita harta curian," kata Roth.