Militer Nigeria Disebut Bantai Anak-anak saat Perangi ISIS

Jakarta, IDN Times – Angkatan bersenjata Nigeria dikabarkan melakukan pelanggaran hukum humaniter dalam perang melawan pemberontak. Mereka dilaporkan membantai anak-anak dalam beberapa operasi untuk membasmi Boko Haram, organisasi yang berafiliasi dengan ISIS.
Hal itu diungkap oleh Kantor Berita Reuters dalam hasil investigasinya yang diterbitkan pada Senin (12/12/2022). Menurut laporan itu, lebih dari 40 militer dan warga sipil menjadi saksi kekejian tersebut.
Saksi mengungkap kepada media bahwa mereka menyaksikan militer Nigeria membunuh atau melihat mayat anak-anak Nigeria setelah operasi militer. Ribuan anak diperkirakan menjadi korban dari tindakan naas tersebut.
1. Anak-anak dibantai karena dianggap bekerja sama dengan pemberontak

Gejolak konflik di Nigeria telah berlangsung lama. Dilansir CFR, sejak 2011 Boko Haram merupakan salah satu kelompok militan Islam terbesar di Afrika. Mereka melakukan teror terhadap kelompok agama dan politik, polisi setempat, dan militer, serta menyerang warga sipil tanpa pandang bulu di ruang publik.
Milisi itu juga melakukan serangkaian aksi penculikan terhadap anak-anak. Kekhawatiran semakin meningkat tatkala Boko Haram memutuskan berbaiat kepada ISIS pada Maret 2015. Hal ini mengundang reaksi berbagai pihak.
Di lain sisi, Nigeria berupaya membasmi kelompok ini. Namun, dalam upayanya, sering kali terjadi aksi-aksi yang melanggar hukum perang.
Salah satu dari banyak kasus yang diselidiki Reuters adalah pembantaian oleh militer Nigeria yang menewaskan sekitar 60 anak. Seorang ibu beranak dua, Yaganan Bukar, mengungkapkan alasan militer membunuh anaknya.
“Tentara mengatakan mereka membunuh anak-anak itu karena mereka adalah anak Boko Haram, mereka bukan manusia,” kata Bukar.
Pendapatnya itu dikuatkan oleh pernyataan salah satu mantan tawanan.
“Mereka mengancam saya bahwa jika saya tidak hati-hati dan tidak diam, mereka akan membunuh saya juga,” ungkap sumber yang tidak disebutkan secara detail itu.
Beberapa orang tua mengaku risau karena anak-anak mereka dibawa oleh militer dan tidak pernah kembali. Tidak dapat dipastikan bahwa apakah anak-anak mereka masih hidup atau sudah mati.
“Tolong, lakukan apa yang bisa Anda lakukan. Agar beritanya bisa viral, sehingga jika anak saya masih hidup, dia bisa kembali kepada saya,” kata seorang ayah kepada reporter sambil memohon.
Dalam beberapa kasus, sebagian besar anak-anak dibunuh dengan ditembak dari belakang oleh tentara ketika mencoba melarikan diri. Selain itu, mereka juga dikabarkan dibunuh dengan beberapa metode lainnya seperti dicekik atau diracuni.
Pembunuhan anak-anak yang ditargetkan sering kali tidak terdeteksi dan ditutup-tutupi oleh militer. Pembunuhan sering terjadi di desa-desa kecil yang terpencil, di mana hanya ada sedikit komunikasi dengan kota-kota lain. Saksi dan kerabat ketakutan hingga diam, dan mayat dikuburkan atau dibakar, menurut berbagai sumber.
2. Militer membantah laporan investigasi Reuters

Pemimpin militer Nigeria, Mayor Jenderal Christopher Musa, menyangkal isu pembantaian tersebut. Menurutnya tentara tidak pernah menargetkan anak-anak untuk dibunuh.
Pihak militer juga mengatakan bahwa laporan Reuters merupakan penghinaan terhadap warga Nigeria, dan bagian dari upaya asing untuk merusak perjuangan negara melawan pemberontak.
“Itu tidak pernah terjadi, tidak terjadi, tidak akan terjadi. Itu bukan karakter kami. Kami sangat profesional. Kami adalah manusia, dan ini adalah orang Nigeria yang telah Anda bicarakan,” ungkap Musa.
Jenderal Lucky Irabor, kepala staf pertahanan Nigeria, tidak ingin memberikan komentar.
Sementara, direktur informasi pertahanan militer Nigeria, Mayor Jenderal Jimmy Akpor, juga membantah laporan itu. Menurutnya, tuduhan terkait pembantaian anak-anak itu tidak berdasar.
“Personel militer Nigeria dibesarkan dan dilatih lebih lanjut untuk melindungi kehidupan, bahkan dengan risiko mereka sendiri, terutama jika menyangkut kehidupan anak-anak, wanita, dan orang tua,” katanya.
Namun demikian, dalam laporan lanjutan disebutkan bahwa aksi pembunuhan terhadap anak-anak juga sering dilakukan para perwira untuk membalas kekalahan mereka dalam pertempuran melawan pemberontak ISIS. Tentara menjadikannya alat untuk melampiaskan kemarahan mereka atas kematian rekan-rekannya.
"Saya tidak melihat mereka sebagai anak-anak, saya melihat mereka sebagai Boko Haram," kata seorang tentara, yang mengatakan bahwa sahabatnya ditembak mati oleh pemberontak.
Tentara itu mengatakan, dia telah membunuh anak-anak dengan tangannya sendiri.
"Jika saya mendapatkan mereka, saya tidak akan menembaknya. Saya akan menggorok leher mereka, saya menikmatinya," ungkapnya.
Tentara lain mengatakan, mereka mengadopsi sikap bunuh-atau-dibunuh terhadap anak-anak, karena pemberontak menggunakan mereka sebagai pejuang, informan, dan pelaku bom bunuh diri.
Hal itu dikonfirmasi oleh badan anak-anak PBB UNICEF bahwa kelompok bersenjata non-negara di Nigeria telah merekrut ribuan anak, di mana beberapa di antaranya sebagai “bom manusia".
Boko Haram telah mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan itu, di mana anak-anak disuruh membawa bahan peledak.
3. Kasus kejahatan perang

Membunuh warga sipil dengan sengaja dalam konflik bersenjata adalah kejahatan perang. Jika pembunuhan itu dilakukan dalam konteks serangan yang meluas atau sistematis terhadap warga sipil, itu termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.
Nigeria merupaka salah satu negara yang meratifikasi Statuta Roma 2002 terkait Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Dalam hal ini, pengadilan domestik akan bertindak untuk mengadili aktor yang melanggar ketetapan. Namun, ICC dapat turun tangan langsung jika suatu negara tidak mau atau tidak dapat melakukannya.
ICC menolak menanggapi laporan investigasi yang diterbitkan Reuters.
Pembunuhan anak-anak non-kombatan juga dapat melanggar kode etik militer Nigeria itu sendiri. Versi terbaru yang dikeluarkan pada 1967 melarang pembunuhan anak-anak dan menyatakan bahwa mereka tidak boleh diserang, kecuali jika mereka terlibat dalam permusuhan terbuka terhadap pasukan pemerintah. Mereka harus diberikan semua perlindungan dan perawatan.