Pada Minggu (8/12/2024), Kanselir Olaf Scholz dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock menyambut baik berakhirnya pemerintahan Assad.
“Rakyat Suriah berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Mereka telah melalui hal-hal yang mengerikan. Seluruh generasi tumbuh dalam perang, kesulitan dan kekurangan kemanusiaan, terancam oleh pengungsian terus-menerus,” tulis Baerbock di media sosial X.
Di berbagai kota di Jerman, ribuan warga Suriah merayakan tumbangnya rezim Assad sepanjang akhir pekan. Di distrik Neukolln dan Kreuzberg di Berlin, mobil-mobil yang dihiasi bendera oposisi Suriah berkeliling sambil membunyikan klakson, sementara orang-orang berkumpul untuk bernyanyi dan meneriakkan yel-yel hingga larut malam.
Mohammad al Masri, salah satu partisipan, bahkan sudah mencoba mencari penerbangan dari Berlin ke Damaskus. Pria berusia 32 tahun itu telah tinggal di Jerman selama hampir 1 dekade.
"Banyak orang meninggal hanya karena mereka keluar dan menyerukan kebebasan. Sekarang, saya bisa melihatnya, kami akhirnya mewujudkan impian kami. Saya bisa kembali ke rumah, akhirnya bertemu dengan orang tua saya, bertemu dengan teman-teman saya, tidur di kamar saya lagi, merasakan udara, suasana tanah air saya," ungkapnya.
Rana, yang ikut serta dalam protes terhadap Assad di Damaskus pada 2011, juga berharap dapat mengunjungi kampung halamannya di Qamishli sesegera mungkin. Seperti banyak warga Suriah lainnya, dia berharap Assad akan dimintai pertanggungjawaban atas kekejaman yang ia lakukan di bawah pemerintahannya.
“Kami menginginkan keadilan. Kami ingin dia diadili di ICC (Pengadilan Kriminal Internasional) karena dia adalah penjahat perang, dan kami akan menangkapnya, Insya Allah," kata perempuan berusia 34 tahun itu.