Siapa Abu Mohammed al-Golani? Sosok Pemimpin Transisi Suriah

Jakarta, IDN Times – Suriah kini mengalami transisi kepemimpinan setelah tumbangnya rezim Basar Al Assad, Minggu (8/12/2024). Salah satu tokoh penting di balik kejadian terbaru ini adalah Abu Mohammed al-Golani, yang dulunya identik dengan jihad dan perang bersenjata.
Dari sosok misterius yang jarang muncul di hadapan publik, ia berhasil memimpin faksi pemberontak paling kuat di Suriah dan berupaya mengubah citranya menjadi pemimpin yang membawa visi pluralisme.
Siapakah sebenarnya Golani, dan bagaimana ia bertransformasi dari pemimpin jaringan al-Qaeda menjadi tokoh yang kini mendominasi panggung politik Suriah?
1. Berawal sebagai anggota kelompok al-Qaeda
Golani, yang sebelumnya dikenal dengan nama Ahmed al-Sharaa, adalah tokoh utama dalam perang saudara Suriah yang kini dikenal sebagai pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Dilansir Reuters, sebagai mantan anggota al-Qaeda, Golani memimpin Front Nusra, cabang al-Qaeda di Suriah, sebelum memutus hubungan dengan organisasi tersebut pada 2016. Golani pertama kali bergabung dengan al-Qaeda pada 2003 saat invasi AS ke Irak.
Setelah beberapa tahun ditahan oleh militer AS, ia kembali ke Suriah pada 2011 atas perintah Abu Omar al-Baghdadi untuk mendirikan Front Nusra, cabang al-Qaeda yang bertujuan menggulingkan Assad.
Kelompok ini segera dikenal sebagai salah satu kekuatan pemberontak paling signifikan di Suriah.
2. Membuka diri untuk pembangunan negara
Pada 2016, Golani memutus hubungan dengan al-Qaeda dan mengubah nama kelompoknya menjadi Jabhat Fateh al-Sham, yang kemudian berganti menjadi HTS. Sejak itu, ia berusaha mengubah citra dari seorang jihadis menjadi pemimpin yang berfokus pada pluralisme dan pembangunan negara.
Dilansir dari AP News, langkah ini mencakup mengenakan pakaian sipil, memberikan wawancara, dan menyampaikan pesan toleransi terhadap minoritas di Suriah.
Di bawah kepemimpinan Golani, HTS menguasai provinsi Idlib di barat laut Suriah, mendirikan pemerintahan de facto yang disebut Pemerintahan Keselamatan. Pemerintahan bertujuan menciptakan stabilitas di wilayahnya dengan pendekatan administratif dan logistik yang dianggap lebih moderat dibandingkan kelompok ekstremis lainnya seperti ISIS.
3. Golani jamin perlindungan kepada seluruh masyarakat Suriah
Golani berulang kali menyampaikan jaminan kepada komunitas minoritas, seperti Alawi dan Kristen, bahwa mereka akan dilindungi dalam pemerintahan Suriah yang baru. Ia menyatakan komitmennya untuk menciptakan pemerintahan inklusif yang tidak sektarian, meskipun banyak pihak skeptis terhadap perubahan ini.
Meski menunjukkan perubahan signifikan, negara seperti Amerika Serikat dan Turki masih menganggap HTS sebagai organisasi teroris. Golani juga kerap dituduh memanfaatkan perubahan citra ini sebagai strategi politik untuk memperoleh dukungan internasional dan domestik.
Dengan perjalanan panjang dari seorang militan al-Qaeda hingga pemimpin transisi Suriah, Abu Mohammed al-Golani tetap menjadi salah satu figur paling kontroversial dan berpengaruh dalam konflik Suriah.