Pengungsi Suriah di Turki Berbaris untuk Pulang Kampung

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Suriah yang menjadi pengungsi di Turki, pada Senin (9/12/2024), berbondong-bondong ke Gerbang Perbatasan Cilvegozu dan Oncupinar. Di sisi Suriah, gerbang perbatasan itu bertepatan dengan gerbang Bab al-Hawa dan Bab al-Salameh. Pejabat Ankara belum mengatakan berapa tepatnya warga Suriah yang telah pulang ke negaranya.
Otoritas setempat membuat pos pemeriksaan sekitar 5 kilometer dari Cilvegozu. Mereka hanya mengizinkan warga yang memiliki dokumen sah untuk memasuki gerbang perbatasan tersebut.
1. Kebahagiaan untuk pulang ke kampung halaman

Jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad membuat ribuan pengungsi Suriah di Turki berbahagia. Salah satu pengungsi bernama Muhammed Zin. Dia melarikan diri dari Damaskus pada 2016 kemudian tinggal di Istanbul.
"Assad menembaki kami, membunuh kami. Saya akan kembali ke Suriah sekarang. Syukurlah, perang sudah berakhir," katanya, dikutip Associated Press.
Pengungsi lain, Seer Ali, meninggalkan Damaskus enam tahun lalu. Dia bekerja di Gaziantep untuk menghidupi ibu dan saudara-saudaranya.
"Kami sangat bahagia, sangat bahagia. Bukan hanya saya, tetapi semua orang, kami semua warga Suriah di sini sangat bahagia. Semua orang akan kembali, tidak ada yang akan tinggal di sini. Mereka semua akan pergi ke keluarga mereka," ujarnya.
2. Berterima kasih kepada Turki
Perang saudara di Suriah dimulai pada 2011. Protes dampak Musim Semi Arab ditanggapi oleh rezim Assad dengan kekerasan. Konflik kemudian meletus menjadi peperangan bertahun-tahun.
Konflik tersebut memicu pengungsian besar-besaran warga Suriah. Turki menampung sekitar 3 juta orang di antaranya.
Dilansir Daily Sabah, Ali Hasiko berada di Turki selama 12 tahun. Dia berasal dari Hama dan ingin kembali pulang ke kampungnya.
"Saya berterima kasih kepada Turki karena telah membuka pintunya bagi kami," katanya.
Pengungsi lain, Ibrahim al-Muta, bersama keluarganya beranggotakan enam orang untuk kembali ke Hama. Mereka telah berada di Turki selama hampir 11 tahun.
"Alhamdulillah, perang telah berakhir. Turki memang luar biasa, tetapi tanah air kami adalah Suriah," ujarnya.
3. Kembali mencari saudara yang tak berkabar selama 13 tahun
Menurut Syrian Network for Human Rights (SNHR), dalam perkiraan pada 2022, pemerintahan Assad menghilangkan secara paksa lebih dari 110 ribu orang selama perang saudara.
Jutaan orang meninggalkan negara itu karena perang, banyak yang pergi ke Turki dengan berjalan kaki. Salah satunya adalah pria berusia 29 tahun bernama Alikabor. Dia berasal dari Idlib dan keluar dari Suriah pada 2013.
Dilansir France24, Alikabor kemudian naik perahu menuju Yunani dan tiba di Jerman. Di negara tersebut, dia mendapatkan kewarganegaraan. Sekitar 24 jam setelah oposisi menggulingkan Assad, dia langsung menuju perbatasan Turki-Suriah, bergabung dengan pengungsi lain untuk bisa kembali ke negaranya.
"Saya akan kembali untuk mencari saudara saya yang hilang. Kami tidak mendapat kabar tentangnya selama 13 tahun," katanya.
Alikabor dan saudaranya kuliah bersama di Homs. Ketika dia pulang menjenguk orang tua, teman-temannya mengabarkan bahwa saudaranya tersebut hilang.
Saat ini dia tidak tahu apakah saudaranya masih hidup atau sudah meninggal. Alikabor berencana untuk berkeliling seluruh Suriah, mengunjungi penjara-penjara untuk mencari apakah saudaranya termasuk di antara mereka yang dibebaskan oleh kelompok oposisi.