Hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. (Pixabay.com/Tumisu)
Ada beberapa masalah utama yang dipermasalahkan oleh dua raksasa ekonomi tersebut, dengan yang utama adalah urusan hak asasi manusia dan demokrasi.
AS menuduh China melakukan genosida terhadap etnis Uighur di Provinsi Xinjiang. Ia juga mengatakan China telah menginjak-injak hak-hak demokrasi di Hong Kong dengan Undang-Undang Keamanan, yang menurut para kritikus digunakan untuk menindak kebebasan berpendapat.
Sementara itu, China telah berulang kali mengatakan kepada AS untuk berhenti mencampuri apa yang dianggapnya sebagai urusan domestik dan menuduh Washington telah menodai Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, memperingatkan utusan iklim Amerika Serikat, John Kerry, bahwa memburuknya hubungan kedua negara dapat merusak kerja sama soal perubahan iklim.
Wang mengatakan kepada Kerry, yang mengunjungi Tianjin untuk pembicaraan iklim, bahwa kerja sama semacam itu tidak dapat dipisahkan dari hubungan yang lebih luas.
Pada Juli 2021 lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman, menghadapi daftar panjang tuntutan dan keluhan, termasuk tuduhan bahwa AS berusaha menahan dan menekan perkembangan China.
Wakil Menteri Luar Negeri China, Xie Feng, mendesak AS untuk mengubah pola pikirnya yang sesat dan kebijakan berbahayanya.
Biden, yang membangun hubungan dengan Xi saat menjabat sebagai Wakil Presiden AS era Presiden Barack Obama, memiliki keyakinan pada kekuatan kontak pribadinya dalam hal diplomasi.
Pejabat senior Amerika Serikat mengatakan, kedua pemimpin menghabiskan beberapa pembicaraan tentang pengalaman bersama di masa lalu dan bahwa nadanya "hormat" dan "terus terang", tanpa ada "ceramah".