Jurnalis AS yang Disandera 7 Tahun di Lebanon Meninggal Dunia

Jakarta, IDN Times - Terry Anderson, jurnalis senior asal Amerika Serikat (AS) yang pernah disandera hampir 7 tahun di Lebanon, meninggal dunia pada usia 76 tahun. Ia wafat di kediamannya di Greenwood Lake, New York, pada hari Minggu (21/4/2024).
Putrinya, Sulome Anderson, mengabarkan bahwa sang ayah baru-baru ini menjalani operasi jantung, namun penyebab pasti kematiannya belum diketahui.
"Dia tidak pernah suka disebut pahlawan, tapi itulah yang semua orang sebut tentang dirinya," kenang Sulome, dikutip dari The Guardian.
Semasa hidup, Anderson dikenal sebagai simbol perjuangan sandera barat dalam konflik Lebanon. Ia diculik oleh militan Islam pada 1985 dan baru dibebaskan pada 1991. Selama penyanderaan, Anderson mengalami penyiksaan dan hidup dalam kondisi yang menyedihkan.
1. Anderson diculik di Beirut pada 1985
Kisah penyanderaan Anderson bermula pada 16 Maret 1985. Setelah bermain tenis, ia diculik oleh tiga pria bersenjata dan dipaksa masuk ke dalam mobil ketika mengantar rekannya.
Kelompok militan pro-Iran mengaku sebagai dalang penculikan tersebut. Mereka menyebut aksi itu sebagai operasi melawan orang AS dan menuntut dibebaskannya tahanan muslim Syiah di Kuwait.
Selama hampir 7 tahun, Anderson disekap di ruang bawah tanah di Beirut dalam kondisi memprihatinkan. Ia kerap dirantai, ditutup matanya, kekurangan makan, dan hanya tidur di kasur tipis.
Di masa itu, ayah dan saudara laki-lakinya meninggal dunia. Ia juga tak bisa bertemu putrinya, Sulome, hingga anak itu berusia 6 tahun.
2. Ketabahan Anderson hadapi penyiksaan
Meski ditawan, Anderson digambarkan sesama sandera sebagai sosok tangguh dan aktif. Ia memanfaatkan waktu dengan belajar bahasa Prancis, Arab, dan rajin berolahraga.
Namun di saat-saat tertentu, Anderson tampak putus asa. Frustrasi akibat siksaan, isolasi, dan harapan palsu membuatnya kerap membuatnya membenturkan kepala ke dinding hingga berdarah.
"Ada batas seberapa lama kita bisa bertahan. Beberapa dari kami mendekati batas itu dengan sangat buruk," ujarnya dalam video yang dirilis penyandera pada 1987.
Kendati demikian, Anderson mampu bertahan berkat dukungan sesama sandera, keimanan, dan ketegarannya.
"Anda lakukan apa yang harus dilakukan. Bangun tiap hari, kumpulkan energi entah dari mana. Anda kira tak mampu melewatinya, tapi Anda lalui hari demi hari," tutur Anderson setelah pembebasan dirinya.
3. Babak baru kehidupan Anderson usai dibebaskan
Usai dibebaskan pada 1991, Anderson mengajar jurnalistik di sejumlah universitas ternama AS hingga pensiun pada 2015. Ia juga sempat berbisnis di bidang kuliner dan peternakan.
Melansir NPR, Anderson memenangkan gugatan terhadap Iran terkait penyanderaannya. Ia mendapat kompensasi jutaan dolar, namun sebagian besar lenyap akibat investasi yang buruk. Anderson kemudian menyatakan bangkrut pada 2009.
Di balik kebebasannya, Anderson masih berjuang melawan trauma akibat penyanderaan.
"Saya tidak benar-benar melupakannya. Itu ada di sana meski tidak lagi jadi hal utama dalam hidup saya," ujar Anderson saat diwawancarai pada 2018.
Perlahan, Anderson berhasil pulih dan berdamai dengan masa lalu. Pada 2017, putrinya bahkan menerbitkan buku The Hostage's Daughter yang mengisahkan pertemuannya dengan salah satu penyandera sang ayah di Lebanon.