Jurnalis AS yang Dituduh Mata-mata Divonis 16 Tahun Penjara di Rusia

Jakarta, IDN Times - Jurnalis Amerika Serikat (AS) Evan Gershkovich, yang dituduh melakukan spionase oleh Rusia, dijatuhi hukuman 16 tahun penjara pada Jumat (19/7/2024). Gershkovich ditangkap pada Maret tahun lalu saat sedang melakukan perjalanan pelaporan di kota Yekaterinburg.
Dia menjadi jurnalis AS pertama yang diihukum atas spionase oleh Rusia sejak Perang Dingin berakhir lebih dari 30 tahun lalu.
1. Dituduh mengumpulkan informasi rahasia militer
Dilansir Associated Press, persidangan dimulai pada bulan lalu, yang dilanjutkan kembali pada Kamis secara tertutup. Media hanya diizinkan masuk pada Jumat untuk pembacaan putusan. Jaksa meminta hukuman 18 tahun, tapi hakim memvonisnya 16 tahun bui.
Pengadilan Rusia menghukum lebih dari 99 persen terdakwa dan jaksa dapat mengajukan banding atas hukuman yang mereka anggap terlalu ringan. Kedua belah pihak memiliki waktu 15 hari untuk mengajukan banding terhadap putusan tersebut.
Dia telah mendekam di balik jeruji besi sejak penangkapannya, waktu yang akan dihitung sebagai bagian dari hukumannya. Sebagian besar masa tahanannya dihabiskan dalam Penjara Lefortovo yang terkenal di Moskow, sebelum dipindahkan ke Yekaterinburg.
Jaksa Mikael Ozdoyev mengatakan, Gershkovich dituduh mengumpulkan informasi rahasia tentang produksi dan perbaikan peralatan militer di Uralvagonzavod, sebuah pabrik industri yang memproduksi tank. Dia diklaim melakukan tindakan itu atas instruksi pihak berwenang AS. Gershkovich membantah telah melakukan kesalahan.
"Evan tidak pernah bekerja di pemerintah AS. Evan bukan mata-mata," kata John Kirby, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, bulan lalu.
Penafsiran Rusia terkait kejahatan tinggi seperti spionase dan pengkhianatan sangat luas, dengan pihak berwenang sering mengejar orang-orang yang berbagi informasi yang tersedia untuk publik dengan orang asing dan menuduh mereka membocorkan rahasia negara.
2. Biden mengecam hukuman
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa Gershkovich tidak melakukan kejahatan apa pun dan menjadi sasaran Rusia, karena ia adalah seorang jurnalis dan warga negara AS.
"Evan telah menghadapi cobaan beratnya dengan kekuatan yang luar biasa. Jurnalisme bukanlah kejahatan. Kami akan terus berdiri teguh demi kebebasan pers di Rusia dan di seluruh dunia, serta menentang semua pihak yang berusaha menyerang pers atau menyasar jurnalis," kata Biden, dilansir dari BBC.
Sehari sebelum vonis dijatuhkan, Biden mengatakan dia tidak punya prioritas lebih tinggi daripada mencari pembebasan dan pemulangan dengan selamat untuk Gershkovich dan Paul Whelan, warga AS lainnya yang ditahan Rusia.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan Rusia menghukum jurnalisme dengan sistem hukum yang dipolitisasi.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menggambarkan hukuman tersebut sebagai hal tercela
3. Kemungkinan pertukaran tahanan
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan bahwa dinas khusus Moskow dan Washington sedang membahas pertukaran. Rusia sebelumnya telah mengisyaratkan kemungkinan pertukaran, tapi mengatakan keputusan harus diambil terlebih dahulu.
Para pejabat AS telah menawarkan pertukaran terkait Gershkovich pada tahun lalu, tapi usulan itu ditolak Rusia dan mereka belum mengumumkan kemungkinan kesepakatan apa pun sejak saat itu.
Pada Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan tentang kemungkinan pertukaran tahanan dengan AS. Dia diperkirakan merujuk pada Vadim Krasikov, pembunuh bayaran Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) yang menjalani hukuman seumur hidup di Jerman karena menembak mati mantan komandan pemberontak Chechnya di Berlin.
Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Linda Thomas-Greenfield, menuduh Moskow memperlakukan manusia sebagai alat tawar-menawar. Dia secara khusus menunjuk Gershkovich dan Whelan.
Gershkovich merupakan wartawan AS pertama yang ditangkap atas tuduhan spionase sejak Nicholas Daniloff pada tahun 1986, ketika Perang Dingin masih berlangsung. Penangkapan terhadap warga AS semakin umum terjadi di Rusia, dengan sembilan warga negara AS diketahui ditahan di sana karena ketegangan antara kedua negara meningkat akibat pertempuran di Ukraina.