Rusia Sebut Hubungan Armenia-NATO Picu Tensi di Kaukasus Selatan

- Kedekatan Armenia dan NATO memicu tensi di Kaukasus Selatan, menyebabkan instabilitas di kawasan tersebut.
- Rusia memblokir impor produk pertanian dari Armenia, dituduh melanggar aturan residu pestisida sebagai pembalasan atas kedekatan Armenia dengan Barat.
- AS menunjuk penasehat khusus di Kementerian Pertahanan Armenia untuk meningkatkan hubungan kedua negara menjadi kerja sama strategis.
Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut kedekatan Armenia dan NATO telah memicu tensi di Kaukasus Selatan. Ia menyebut bahwa tindakan Armenia akan mengakibatkan instabilitas di kawasan tersebut.
Sebelumnya, Rusia sudah menetapkan pemblokiran impor produk pertanian dari Armenia karena dituduh melanggar aturan residu pestisida. Terdapat dugaan bahwa tindakan tersebut sebagai pembalasan atas kedekatan Armenia dengan Barat.
1. Sebut AS hanya ingin membuktikan kekalahan Rusia
Zakharova mengungkapkan bahwa kedekatan Armenia dan NATO sangatlah aneh. Ia pun mengkritisi latihan militer Armenia dan Amerika Serikat (AS) yang mengkhawatirkan stabilitas di Kaukasus Selatan.
"Latihan militer gabungan Armenia-AS tidak hanya disayangkan, tapi juga menimbulkan kekhawatiran soal masa depan Armenia karena AS, Uni Eropa (UE), dan NATO sudah menggerakkan skema seperti ini di berbagai negara berulang kali," tuturnya pada Kamis (18/7/2024), dilansir News AM.
"Mereka menggunakan ini, kemudian membuangnya ketika tidak membutuhkannya lagi. Dengan memperdalam relasi dengan Armenia, AS dan NATO ingin mendeklarasikan kekalahan Rusia dan memperkuat hegemoni-nya," tambahnya.
2. Klaim AS berniat jadikan Kaukasus Selatan jadi arena permainan
Zakharova menambahkan bahwa AS berniat menggunakan kawasan Kaukasus Selatan sebagai area permainan dalam aksinya melawan Rusia dan merusak perdamaian di kawasan tersebut.
"Mereka tidak puas dengan kapabilitas Rusia di sini. Maka, kenapa mereka tidak puas? Ya, karena mereka punya tujuan merusak perdamaian dan mereka tidak suka dengan kebijakan yang mengutamakan perdamaian itu sendiri," tuturnya.
"Mencapai perdamaian dan stabilitas kawasan mungkin hanya dapat dilakukan lewat normalisasi hubungan antarnegara di Kaukasus dengan keikutsertaan dari tetangganya, seperti Iran, Turki, dan Rusia, bukan kehadilan Washington dengan segala tujuannya," sambungnya.
Ia menekankan bahwa AS sendiri sudah melakukan hal yang sama di beberapa negara lain, yakni menciptakan sebuah aksi yang berbuntut pada kebrutalan.
3. AS tunjuk penasehat di Kemhan Armenia
Pada hari yang sama, AS sudah menunjuk penasehat khusus di Kementerian Pertahanan Armenia sebagai bagian dari upaya meningkatkan hubungan kedua negara.
"Kami menyambut baik penguatan hubungan pertahanan dan kerja sama keamanan sipil antara AS dan Armenia. Ini adalah bagian dari semangat untuk perbaruan sejarah relasi AS-Armenia menjadi kerja sama strategis," ungkap Sekretaris Kementerian Luar Negeri AS untuk Demokrasi dan HAM, Uzra Zeya, dilansir RFE/RL.
Duta Besar AS di Yerevan, Kristian Kvien mengungkapkan penunjukkan ini akan memberikan arahan kepada Kemhan Armenia dalam membangun kapabilitas, terutama dalam misi perdamaian.
"Kami akan bekerja dengan mereka dalam mereformasi secara internal, bagaimana Kemhan Anda memiliki standar modern dan kemudian bagaimana bertindak dalam ranah penjagaan perdamaian," ungkap Kvien.